Akibat pura-pura hamil, Klarisa dan Daffa dituntut untuk menikah. Pada awalnya tidak ada cinta antara keduanya, hingga yang dilakukan adalah menjalani skenario nikah kontrak. Namun, apa dengan tinggal bersama tidak akan tumbuh cinta antara keduanya? Ikuti keseruan bagaimana dua orang pemilik karakter unik ini menjalani pernikahan.
View MoreSuara Daffa terdengar bergetar marah, tangannya terangkat hendak memukul wajah Sovia. Melihat hal itu membuat Sovia memejamkan matanya, bersiap menerima pukulan dari Daffa.Namun gerakan tangan Daffa terhenti, dia tak sanggup memukul perempuan. Ajaran ibunya sejak kecil membuat Daffa mengurungkan niat dan memukul tembok di belakang Sovia.Saking kencangnya pukulan yang Daffa keluarkan, tangannya bahkan berdarah, membuat bergidik ngeri, tak bisa membayangkan bagaimana jika pukulan itu benar-benar mengenai wajahnya.“Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran Tante sih?! Kenapa Tante begitu dendam dengan istri saya? Apa yang sudah Risa perbuat sama Tante? Dia gak pernah sakitin Tante, selama ini dia bahkan memperlakukan Tante dengan baik, tapi kenapa Tante seperti ini?”Mata Daffa memanas, tatapannya tak bisa lepas pada Klarisa di ranjangnya. Tanpa sadar air matanya terjatuh, ia terisak membayangkan Klarisa jadi seperti ini karena perbuatan ibu tirinya.“Saya kira Tante sudah puas dengan
BAB 99Mandala memasuki ruang rawat Klarisa dengan menyeret Sovia di belakangnya, dibantu oleh satpam yang telah dijelaskan perkaranya oleh Mandala. Walaupun saat masuk tadi Mandala sempat dihadang dan hampir dibawa ke UGD karena kondisinya yang sangat buruk.“Man! Lo habis ngapain? Badan bonyok begitu, kalau Mama Raida liat gimana,” tanya Daffa terkejut sekaligus khawatir melihat kondisi sahabatnya yang penuh luka.Namun Mandala mengabaikan pertanyaan itu dan langsung mendorong Sovia ke tengah-tengah hingga jatuh bersimpuh di lantai.“Gue habis cari keadilan buat Risa, adik gue!” ucap Mandala lantang. Matanya menatap dingin pada Sovia yang kini tertunduk di lantai.“Apa maksud kamu Nak Mandala? Kenapa kamu memperlakukan istri saya seperti ini?” tanya Handri bingung, tetapi dia juga sama sekali tak menolong Sovia. “Apa Sovia melakukan kesalahan padamu?”Mandala mengalihkan pandangannya pada Handri, dia menunjuk Sovia. “Om mau tahu apa yang sudah istri iblis Om ini perbuat?” Rahangnya
Sovia yang baru saja sampai segera memanggil kedua putrinya, dia memerintahkan Fania dan Gea untuk bergegas membereskan barang-barang mereka dengan terburu-buru.Gea dan Fania yang melihat ibunya panik dibuat bingung seketika.“Ada apa sih, Mi? Aneh banget pulang terus tiba-tiba minta kita berkemas,” protes Fania.“Udah! Kalian nurut aja kata Mami, cepat beresin barang-barang kalian. Kita harus pergi dari rumah ini secepatnya,” ucap Sovia tergesa-gesa.“Tapi M—““Gak ada tapi-tapian, Ge! Mami bilang cepat beresin barang kalian!” bentak Sovia yang seketika membuat kedua putri ya bungkam dan langsung masuk ke kamar masing-masing.Dia juga mengambil koper di kamarnya dan memasukkan pakaiannya dari lemari secara acak, bahkan sangat berantakan. Namun Sovia tak memusingkan hal itu, dia harus bergegas.Fania dan Gea pun hanya menuruti perintah ibunya dan melakukan hal yang sama. Sovia yang melihat gerakan lambat kedua putrinya terus mengomeli mereka dan mendesak untuk bergerak cepat.Saat ke
BAB 98Dalam sekali perintah, rekan-rekan pembunuh bayaran tersebut langsung bergerak untuk menyerang Mandala. Mereka mengeroyoki Mandala dan berusaha menjatuhkannya.Sementara Sovia langsung memanfaatkan kesempatan itu, Mandala tengah lengah. Sovia langsung berlari keluar dari rumah itu dan meninggalkan Mandala.Mandala yang menyadari bahwa Sovia telah kabur pun menggeram kesal, dia meninju orang di depannya dengan kencang. Seolah sedang melampiaskan kekesalannya pada orang tersebut.“Sial! Kalau gue gak cepat-cepat susul, yang ada dia bakal kabur lebih jauh,” gumam Mandala.Kepalanya terus berputar, memikirkan strategi bagaimana agar dia bisa dengan cepat keluar dari sini. Walaupun mungkin mustahil mengingat dirinya yang kalah jumlah.“Lawanmu di sini!” ucap salah satu dari mereka hendak menusukkan belati di pinggang Mandala. Tetapi dengan cepat Mandala menghindar, walaupun pada akhirnya dia harus merelakan pinggangnya terluka.Beberapa menit digunakan hanya untuk menghindari serang
“Iya, iya. Saya bakal lunasin semuanya kalau Klarisa sudah mati,” ucap Sovia. “Dia masih koma sekarang! Masih ada kemungkinan bisa hidup kembali kan?”Tangan Mandala terkepal, benar saja sesuai dugaannya! Semua ini adalah ulah Sovia. Penyebab adiknya mengalami kecelakaan adalah karena Sovia!“Aku akan membayarnya paling lama Minggu depan, jangan mengusik putriku!” bentak Sovia yang tampak marah dan juga tertekan di saat bersamaan.Setelah hari di mana Mandala menyaksikan video tersebut, Mandala semakin rutin mengikuti aktivitas Sovia setiap harinya. Beberapa hari ini Mandala mendapati Sovia sedang sibuk dan gencar menjual tas-tas dan perhiasan mahalnya.Mandala bisa menebak bahwa semua itu pasti dilakukan untuk membayar orang yang ditelepon Sovia malam itu. Apalagi mengingat uang belanjanya yang dibatasi oleh Handri dan dia tak bisa lagi bebas menggunakan uang perusahaan seperti dulu.Mandala bertekad untuk mengumpulkan bukti-bukti dan mengungkapkan kelicikan Sovia pada semua orang. D
BAB 97Mandala bersembunyi di balik semak-semak yang lumayan lebat, meminimalkan geraknya agar tak ada yang menyadari keberadaannya. Ia mengintip dari balik celah yang ada di semak tersebut.Tak jauh dari tempatnya Mandala bisa melihat Sovia tengah berdiri menunggu, tak lama kemudian seorang pria berusia matang datang menghampiri Sovia dengan terburu-buru.“Lama banget sih! Saya kan bilang jangan sampai terlambat,” omel Sovia ketus.Pria itu hanya meminta maaf, ia menyerahkan sebuah dokumen pada Sovia. Kemudian Sovia merogoh tasnya dan mengeluarkan seikat uang seratus ribu.“Lakukan secepatnya! Saya sudah menunggu sangat lama dan saya mau hasil secepatnya,” pinta Sovia.Setelah menyelesaikan transaksi mereka, Sovia langsung kembali ke taksi yang membawanya dan pergi dari sana.Mandala yang melihat kejadian itu mengernyit halus, ia kemudian mengejar pria yang bertransaksi bersama Sovia tadi. Mandala langsung mencekal tangannya dan mengunci pergerakannya, membuat pria itu terkejut karen
“Risa sekarang sedang koma,” ucap Mandala, ia menundukkan kepalanya. “Sebenarnya kalau boleh jujur, aku menyesal sudah memberikan izin pada Daffa untuk kembali dengan adikku.”“Setelah bersama Daffa, bukan kebahagiaan yang adikku dapatkan, tapi Risa malah selalu ditimpa kemalangan,” tambahnya.Gea mengangkat kursinya dan mencoba duduk lebih dekat dengan Mandala, ia mengusap-usap tangan Mandala dengan malu-malu. Seolah sedang menguatkan pria itu.“Kak aku tahu banget perasaan kamu. Selama ini aku lihat di rumah pun Kak Risa gak pernah bahagia, Kak Risa selalu sibuk dengan banyak hal. Aku kadang kasian liat Kak Risa harus urus suami, urus anak, urus rumah, kerja pula,” ucap Gea mengompori.“Aku juga sebenarnya menyesal telah menikah dengan istriku sekarang.”Ucapan Mandala kali ini berhasil mengejutkan Gea, membuat gerakannya yang sedang mengelus terhenti seketika. Ia menatap Mandala penuh harap.“M-maksud Kakak? Bukannya istri Kak Mandala adalah perempuan baik-baik?” tanya Gea gugup.M
BAB 96Mandala mengeluarkan jaket kulitnya dari lemari dan mengenakannya, membuat Humairah yang baru saja masuk menatap Mandala heran.“Mau ke mana malam-malam gini, Mas?” tanya Humairah. Pasalnya jam telah menunjukkan pukul sebelas, dan itu sudah cukup larut.Mandala menoleh, ia menghampiri istrinya dan menciumi kening Humairah. “Ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu tidur duluan aja ya,” ucap Mandala.Humairah mengernyitkan kening, jawaban Mandala sama sekali tak menjawab pertanyaannya. “Mas? Kamu gak aneh-aneh kan? Walaupun ini kota besar dan bukan lagi lingkungan pesantren, tolong selalu ingat Gusti Allah, ya?” Ada sirat kekhawatiran di kedua matanya.Ia mengusap rahang suaminya, sedikit tak rela membiarkan Mandala untuk pergi selarut ini. Apalagi Humairah tak tahu tujuan Mandala akan ke mana dan berbuat apa.“Doain aja ya? Aku bukan mau melakukan hal jahat, apalagi hal yang melanggar agama. Aku hanya ingin mengungkap kebenaran, dan aku mohon doa kamu. Bantu aku biar semuanya
Pagi ini Arsyla sudah dititipkan di rumah Raida, dan disambut dengan bahagia oleh Humairah. Semenjak di Jakarta, Humairah menjadi sangat dekat dengan Arsyla, dia selalu memastikan Arsyla tidak kesepian karena ibunya tidak ada.“Onty, Cila boleh nanya gak?” tanya Arsyla di tengah-tengah aksinya main boneka.Humairah yang sedang menemani pun menatap Arsyla lembut. “Boleh. Mau tanya apa Cila Sayang?”“Mama kok belum bangun-bangun ya, Onty? Mama bakal bangun kan? Mama gak bakal tinggalin Cila kan?”Pertanyaan yang keluar dari mulut polos Arsyla membuat Humairah terdiam, tetapi dengan cepat dia kembali sadar dan mengusap kepala Arsyla. “Mama Cila gak kenapa-kenapa kok. Mama cuma butuh istirahat banyak biar cepat sembuh, jadi Cila jangan khawatir ya. Selama Mama gak ada, Cila main sama Onty dan Uncle aja.”**Mandala menepuk pundak Daffa yang baru saja mengurus administrasi, Klarisa telah melewati masa kritis dan akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Namun, dokter juga belum bisa memastik
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.