Cyra pun menjadi bingung sendiri dengan keinginan suaminya itu. Setelah Felix kenyang dan perutnya terasa begah. Barulah Felix berhenti menyuruh Cyra membuat teh untuknya."Dari mana kamu belajar meracik teh sehingga rasanya seperti itu?" tanya Felix, menusuk.Seketika nyali Cyra menciut saat mata elang milik Felix menatap penuh selidik ke arahnya.Dengan penuh rasa takut, Cyra menjawab perkataan suaminya."Sa ... saya sudah biasa membuat teh sejak kecil, Tuan." kawabnya."Apakah kamu yakin dengan jawabanmu, itu?" selidik, Felix."I ... iya, Tuan.""Atau jangan-jangan kamu pernah ikut kursus membuat teh sebelumnya?" Felix semakin curiga kepada Cyra."Tu ... tuan, saya orang desa. Dari mana saya mendapatkan uang untuk kursus seperti yang Anda maksudkan?" sahut Cyra, sambil membalas tatapan tajam Felix selembut mungkin."Shit! Sorot matanya mengandung sihir!" tukasnya.Felix segera melepas pandangannya dari Cyra. Sambil berpikir bagaimana bisa rasa teh buatan Cyra, sama dengan rasa teh
"Maaf, Asisten Peter. Tugas saya selanjutnya. Apa, ya?" tanya Puspa, gugup. Dia segera mengalihkan pandangannya dari hadapan Peter.Menyadari dirinya yang tidak fokus. Peter juga secara spontan ikut membuang mukanya."Sepertinya, cukup dulu. Silakan keluar dari ruangan ini! Layani Nona Cyra dengan baik. Jika kamu melakukan sedikit kesalahan. Kamu akan mendapat hukuman dariku." perintahnya, lagi."Ba ... baik, Asisten Peter. Saya permisi, dulu." Dengan penuh rasa ketakutan, Puspa pun keluar dari ruangan yang sangat mencekam itu. Dia sampai-sampai memegang dadanya untuk menahan gemuruh aneh dan degupan jantung yang sangat cepat. Yang tidak pernah Puspa rasakan sebelumnya.Sementara di dalam ruangan, Peter sama sibuknya dengan Puspa. Mencoba menetralisir detak jantungnya yang dua kali lebih cepat dari sebelumnya."Sial! Kenapa makin ke sini. Gue semakin gugup jika berhadapan dengannya? Ini tidak bisa dibiarkan!" kesalnya dalam hati.Sesuai perintah dari Asisten Peter, Puspa segera mencar
"Maaf, Nona. Saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Felix." ucap Puspa, mencoba menjelaskan semuanya kepada Cyra."Duh, Puspa. Aku tetap saja risih, deh. Bagaimana kalau kamu tunggu aku di depan toilet saja, aku pastikan akan mandi dengan bersih." tawarnya, kepada Puspa."Ta ... tapi, Nona. Kalau saya tidak mengurus Anda dengan baik. Asisten Peter akan menghukum saya." ucap Puspa, cemas."Sudah, kamu tenang saja. Biar nanti Asisten Peter, saya yang marahi." seru Cyra cepat, sambil mendorong tubuh Puspa untuk keluar dari toilet mewah itu.Mau tak mau, Puspa menuruti saja kemauan Cyra. Dia berharap Asisten Peter tidak mengetahui kesalahannya.Sementara di dalam kamar mandi, Cyra mulai menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Lalu masuk ke dalam bathtub dan memulai ritual mandinya.Felix baru saja selesai meeting. Mengetahui sang atasan telah selesai dengan urusannya, Peter pun masuk ke dalam ruang kerja milik Felix.Peter sedikit khawatir dengan informasi yang baru saja di
"I ... iya, Tuan. Saya baru selesai mandi." jawabnya, sambil menundukan kepalanya. Entah kenapa dia tiba-tiba merasa gugup.Felix menatap tubuh Cyra dari bawah sampai atas. Rasa kagum mulai menyeruak dari dalam sanubarinya. Sepertinya dia terpesona dengan penampilan Cyra yang cantik dan anggun.Sejenak naluri memangsanya mulai menyelimuti jiwanya. Dia ingin segera merengkuh tubuh gadis itu di dalam pelukannya, ingin membawanya merasai nikmatnya puncak nirwana."Sini, kamu!" perintah, Felix."Ma ... maksudnya, Tuan?" tanya Cyra, yang masih tidak tahu dengan keinginan tersembunyi dari Felix."Ke marilah! Mendekat ke sini!""Ta ... tapi, Tuan." Cyra mengangkat kepalanya dan mulai melihat aura mesum di wajah suaminya. Semakin menambah ketakutannya."Nggak ada tapi-tapi! Ayo buruan ke sini!" perintahnya lagi.Namun Cyra tak bergeming. Dia tetap berdiri di depan kamar mandi. Serasa sangat enggan melangkah mendekati Felix yang sedang menunggunya di atas ranjang.Melihat Cyra yang membantah pe
"Cih! Banyak banget sih peraturannya!" keluh Felix tak suka."Semua memang harus Anda jalani, Tuan." sahut Bik Upik."Terserah! Saya mau istirahat Bik. Tolong ke luar dari kamar ini secepatnya." perintah Felix kepada sang ART.Felix mulai mengusir Bik Upik dari kamar utama. Seketika ketakutan melanda Cyra, saat mengetahui jika Bik Upik akan keluar dari kamar itu.Cyra menatap ke arah Bik Upik. Memohon kepadanya untuk membantunya lepas dari amukan Felix, suaminya.Seolah tahu isyarat mata Cyra. Bik Upik segera angkat bicara,"Baik, Tuan Muda. Saya akan meninggalkan Anda di sini. Tapi ... bagaimana dengan Nona Cyra?""Memangnya, kenapa dia?""Apakah Nona Muda, ikut ke luar kamar bersama saya, Tuan Muda?" tanya, Bik Upik kepada Felix."Enak saja! Tentu tidak. Dia punya pekerjaan penting untuk ku!" cegat Felix, karena Bik Upik akan menghampiri Cyra dan hendak membawa serta dengannya ke luar dari kamar."Ta ... tapi, Tuan." Bik Upik ingin bernegosiasi kembali dengan Felix. Namun sang atasa
Bunyi alarm dari ponselnya. Membangunkan Felix sore itu. Dia pun segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas, untuk mematikan dering dari ponselnya yang begitu sangat menggangu pendengarannya.Perlahan Felix membalikkan badannya dan melihat jika Cyra sedang tidur sambil menghadap ke arahnya.Wajahnya yang cantik semakin terasa anggun saat dirinya sedang menutup matanya. Felix lalu memandang lekat-lekat wajah istrinya. Entah kenapa timbul perasaan menghangat di hatinya saat ini."Cyra Alesha kenapa sejak kehadiranmu. Hatiku seakan melunak karenamu? Siapakah sebenarnya dirimu?" tuturnya dalam hati.Tangan Felix mulai membelai lembut pipi Cyra dengan jari-jarinya. Lalu dia terpaku saat melihat leher istrinya yang sangat memerah seperti bekas bibir seseorang.Felix tiba-tiba tersenyum penuh arti saat ini. Dia menjadi ingat jika dirinya lah penyebab leher Cyra menjadi merah seperti itu.Lalu mata Felix mulai fokus melihat dua gundukan milik Cyra yang begitu sangat menggoda. Dia ingin
"Sial! Siapa lagi pengganggu kali ini!" gerutu Felix dalam hatinya.Mau tidak mau dia segera menghentikan kegiatan panasnya di bibir Cyra. Lalu melangkah menuju ke pintu kamar, untuk melihat siapa yang berani mengganggu mereka.Sementara Cyra bernapas terengah-engah saat ini, bibirnya masih bergetar, kebas dan hampir mati rasa akibat kuatnya lumatan Felix di bibirnya.Pintu kamar terbuka lebar, Felix menatap tajam kedua pasangan sejoli, Peter dan Puspa yang ada di depan pintu kamar utama."Cih! Baru sebentar gue comblangin, Lo berdua sudah main berduaan saja rupanya!" sindir Felix kepada asisten Peter. Sambil kembali masuk ke dalam kamar, lalu memilih meminum sebotol air mineral yang telah tersedia di atas meja. Sepertinya Felix merasa sangat haus setelah aktifitas memagut habis bibir Cyra.Bersamaan dengan itu Asisten Peter dan Puspa juga ikutan masuk. Gadis itu mulai bertanya-tanya di dalam hatinya, maksud dari perkataan Felix barusan.Namun ditengah kebingungannya, Asisten Peter se
"She is so pretty!" gumam Felix dalam hati.Cyra yang didampingi oleh Puspa akhirnya sampai juga di ruang tv itu."Tuan Muda, Nona Cyra telah siap untuk pergi." ucap perempuan itu kepadanya."Peter!" panggil Felix kepada asistennya."Siap, Tuan Muda. Apakah kita berangkat sekarang?" tanyanya."Kita berangkat sekarang, Tuan." jawab, Peter.Mendengar perkataan asistennya, Felix segera melangkah ke luar rumah menuju ke garasi. Untuk menutupi kegugupannya, saat melangkah melewati Cyra, Felix sama sekali tidak melirik istrinya. Dia terus melangkah dengan pandangan lurus ke depan.Sementara Peter segera memerintahkan Puspa agar ikut serta menemani Cyra."Anda juga ikut! Menemani Nona Muda." tuturnya kepada Puspa."Baik, Asisten Peter." serunya."Mari Nona, ikut saya." ucap Asisten Peter, kepada Cyra.Lalu Cyra pun melangkah menuju ke garasi, ditemani oleh Puspa. Mereka mengikuti langkah Asisten Peter.Di dalam mobil, tiba-tiba saja timbul naluri memangsa dari Felix. Dia ingin sekali mencici