Share

Bab 112. Senjata Makan Tuan

“Sebentar!”

Mas Tama berjalan pelan ke arah pintu, dan aku mengikuti sambil memegang lengan bajunya. Aku terkekeh dalam hati. Padahal yang punya apartemen kami, tetapi kenapa justru kami yang seperti maling.

Ah, sudahlah. Biarkan saja.

“Ada gak, Mas?” tanyaku. Aku tak bisa melihat ke luar karena terhalang oleh punggung suamiku. Aku mendengkus karena aroma wanginya benar-benar menggelitik hidung. Pengin meluk.

“Sepi,” jawabnya, melihatku dengan tatapan bingung.

“Benarkah?” Aku pun menyusup ke depan tubuh sang suami, memastikan apa yang baru saja dikatakan oleh Mas Tama. “Oh, iya. Kok, mereka gak ada ya, Mas?” Aku menggaruk belakang kepala, bingung.

Aku dan Mas Tama memutuskan untuk berjalan keluar kamar, dan memang sudah tidak ada siapa-siapa lagi di sana. Hanya ada sampah makanan dan juga pernak-pernak lain yang belum dibersihkan.

“Mungkin mereka tahu jika kita butuh waktu berdua, Sayang.” Mas Tama mencium pipiku, kemudian merangkul pinggangku juga.

Alamak.

Aku menonjok lengan kekarn
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status