Karena kelelahan, akhirnya Shaunia pun akhirnya terkulai dan ikut tertidur dalam posisi duduk di sofa empuk tersebut.
Keesokan pagi harinya, Shaunia terbangun dengan terkejut. Ia sudah berada di sofa dalam posisi berbaring. Kepalanya bersandar pada sebuah bantal sofa kecil. Tubuhnya pun telah terbungkus dengan selimut hangat berwarna biru.
Shaunia segera mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk.
Ia menolehkan kepalanya kesana kemari untuk mencari Kiehl. Dan pada akhirnya ia menemukan pria tersebut sedang membawa sebuah cangkir berisi teh apel, yang merupakan minuman khas negara Androva. Wangi segar khas apel hijau yang bercampur dengan teh tercium sangat menggoda dan harum.
"Kau sudah bangun?" T
Oh, My PrinceBy : Miss MShaunia merasakan bahwa mulutnya ternganga membuka ketika mendengar pernyataan Alex yang sangat tidak disangka olehnya tersebut.Bagian manakah yang Alex katakan bahwa ia tidak menyesali perbuatannya kemarin? Apakah bagian ketika ia menyakiti Kiehl? Ataukah bagian ketika ia mencium bibir Shaunia?Akhirnya dengan terpaksa, Shaunia berlari kecil untuk menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya.Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat barulah Shaunia bisa sedikit bernafas lebih teratur. Ia berjalan dibelakang Alex sesuai dengan peraturan negara bahwa seorang pelayan ataupun asisten pribadi tidak diperkenankan untuk berjalan beriringan atau berdampingan dengan anggota keluarga kerajaan yang lain.Ternyata Alex berjalan kembali menuju ke ruang tempat Kiehl. Beberapa orang pekerja terlihat masih berusaha merapihkan
Maaf, Yang Mulia … maksud Anda …." Shaunia membiarkan kalimatnya menggantung sambil menatap ke arah Alex dengan bingung."Aku baru tahu bahwa Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea oleh ayah dan ibu," Alex menatap Shaunia lurus-lurus."Apakah kau tahu akan hal tersebut?" Tanya Alex dengan pandangan menuduh.Bukannya tahu lagi, Shaunia malah sangat tahu penyebab Kiehl ditunangkan secara paksa dengan Chelsea. Ayah Kiehl ingin menghentikan hubungan asmara Shaunia dengan Kiehl, namun Alex yang selama ini berada di Inggris sama sekali tidak mengetahuinya."Ya, Yang Mulia saya tahu," jawab Shaunia memutuskan untuk mengaku dengan jujur hanya sebatas pertanyaan Alex."Bukankah mereka saling mencintai?" Tanya Alex lagi seperti berusaha ingin tahu. Ia benar-benar tidak habis pikir. Bukankah dulu Kiehl begitu tergila-gila dengan Chelsea dan begitu pula sebaliknya?Semua orang selalu menggaungkan keserasian pasan
"Balikin nggak!" Ucap Alex kecil dengan nada marah."Nggak mau! Ini punya aku!" Teriak Shaunia kecil sambil memeluk dan melindungi mainannya dengan sungguh-sungguh. Bibir merah mungil milik Shaunia Evangeline yang berusia tujuh tahun, memberengut marah dengan sangat menggemaskan."Dasar si karat gendut!" Ejek Alex kepada Shaunia. Shaunia kecil memang berperawakan sangat montok dan ia mengenakan behel (baca : kawat gigi) serta kacamata super besar."Apapun yang kuinginkan, harus menjadi milikku!" Kata Alex lagi dengan angkuhnya.Meskipun masih baru berusia sembilan tahun, Pangeran Alexander Phillip Roland III, Putra kedua sekaligus bungsu dari pasangan Raja Roland dan Ratu Sophia dari negara Androva, sudah menunjukkan sikap angkuh menyebalkan yang luar biasa."Nggak bisa. Mainan ini diberikan oleh ayahku sebelum meninggal," Shaunia masih bersikeras."Milikku!" Ujar Alex sambil menarik mainan tersebut dari pelukan Shaunia."Punyaku!" Sh
Siang itu, Alex duduk di dalam sebuah pesawat jet pribadi miliknya yang akan membawanya kembali ke Androva.Meski ia telah dibuang dari keluarga kerajaan, tapi kedua orang tuanya tetap memberikan fasilitas mewah untuk dinikmatinya selama ia diasingkan di Inggris.Di sana ia menempuh pendidikan di tempat para bangsawan menyekolahkan anak-anak mereka. Setelah lulus, ia hanya menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, berpesta dan membawa sederet wanita cantik nan sexy ke atas tempat tidurnya.Ia sama sekali tidak mau repot-repot bekerja apalagi memikirkan masalah kenegaraan. Toh bukan ia yang akan mewarisi tahta kerajaan.Nama 'Calon Pewaris kedua' itu hanya sebuah daftar tunggu yang panjang dan tidak mungkin diraihnya. Karena sang kakak yang hanya berbeda dua tahun tiga bulan darinya itu selalu lebih unggul darinya dalam segala hal.Ayah dan ibunya selalu membuat dirinya dan sang kakak bersaing untuk menempati posisi nomor satu. Tentu
Alex sudah tiba kembali di istana dengan pasukan pengaman kerajaan yang minim jumlahnya. Ini tentunya menunjukkan bahwa dirinya bukan merupakan anggota kerajaan yang penting. Sebab perdana menteri mereka saja mendapatkan pengamanan yang lebih ketat daripada Alex. Ia menghela nafas dan menatap bangunan megah yang didominasi dengan warna putih itu. Tempat yang telah menjadi rumahnya selama dua belas tahun sebelum ia diasingkan ke Inggris.Ia tidak suka kembali ke tempat kenangan yang menyakitkan ini. Terlebih ia sebetulnya sangat tidak ingin bertemu dengan Kiehl, sang kakak.Tapi, justru di sinilah ia berada. Ia melangkah memasuki pintu utama istana.Beberapa staff istana dan beberapa pelayan istana menyambut kedatangannya dengan sikap resmi. Mereka berdiri berbaris dengan rapi. Hanya itu saja. Bukan sambutan meriah seperti yang seharusnya.Alex berjalan melewati mereka sambil memantau wajah para pelayan satu per satu. Ia mencari Shaunia. Nam
"Benar, Pangeran!" Jawab Shaunia singkat sambil menunduk untuk memberi hormat walaupun sesungguhnya ia enggan.Alex menatap Shaunia, seakan Shaunia adalah makhluk asing yang baru pertama kali dilihatnya. Ia terhenyak menyadari kenyataan bahwa Shaunia sudah berubah.'Bagaimana mungkin Shaunia yang dulu bisa berubah menjadi secantik ini?' Pikir Alex masih dengan mulut ternganga."Cukup bicara mengenai pelayan!" Raja Roland mengambil alih keadaan."Ada hal yang jauh lebih penting yang harus kubicarakan kepadamu, Alex!" Ujar Raja Roland."Mengenai mengapa aku menyuruhmu untuk pulang.""Alexander Phillip Roland III, mulai saat ini kau adalah putra mahkota baru, menggantikan Kiehl, kakakmu!" Raja Roland mengeluarkan titah baru yang mengejutkan.Alex terhenyak syok mendengar pengumuman itu. Ia sama sekali tak mengira bahwa dirinya dipanggil pulang untuk menggantikan posisi kakaknya.Gelar 'calon raja' sudah melekat dengan Kiehl
"Apa katamu?" Tanya Kiehl tak percaya dengan pendengarannya sendiri.Sementara itu Shaunia terasa seperti menerima sambaran petir yang bertubi-tubi mendengar ucapan Alex.'Mimpi apa aku semalam? Mengapa Alex tiba-tiba memintaku menjadi asisten pribadinya?' Shaunia bergelut dalam hati."Aku bilang jika kalian akan menjadikanku sebagai seorang calon raja, maka aku akan membutuhkan seorang asisten pribadi jugakan? Ulang Alex."Sama seperti dirimukan, Kiehl?" Tanya Alex.Ia sengaja melakukannya untuk membuat Kiehl kesal. Dan ia juga masih tidak rela bahwa Shaunia kecil yang dulu selalu menjadi korban ejekannya kini menjadi asisten kepercayaan Kiehl."Aku tidak akan mengijinkannya!" Sahut Kiehl mantap."Kenapa? Bukankah aku akan menggantikanmu?" Tanya Alex sambil mengangkat rahangnya."Tentunya aku juga membutuhkan seorang yang dapat kupercayakan?" Tanya Alex."Jika kau dapat mempercayai dia, kupikir akan aman jika aku menjad
"Ini sudah keputusan dariku!" Kata Raja Roland."Apa kau dan Shaunia ingin menentangku?" Tanya Raja Roland.Kiehl yang semula ingin menentang, kemudian mengurungkan niatnya. Namun terlihat jelas bahwa ia tidak rela. Tangannya mengepal dengan erat. Matanya memandang sang adik dengan sorot kebencian yang tidak ditutupi. ****Shaunia kembali ke kamarnya segera setelah pertemuan itu. Ia bahkan tak menggubris panggilan Kiehl.Tubuhnya gemetar. Gemetar karena marah dan takut. Apalagi rencana Alex kini? Apa ia ingin kembali menjadikan Shaunia sebagai bulan-bulanannya?Shaunia merasa tak sanggup jika ia harus melayani Alex. Namun di sisi lain, ia juga tergoda untuk menerima penugasan yang diberikan kepadanya itu.Baginya tidak ada orang yang lebih dibencinya dibandingkan dengan Alex, sang pembunuh ibunya.Ya, Alex