“Aku tahu kau sedang memikirkan pria perebut itu!” Ya, tuduhan Ezra tidak sepenuhnya salah. Karena pada kenyataannya, Poppy memang memikirkan Keenan. Lebih tepatnya memikirkan sikap Keenan yang berubah.Sebenarnya, ada apa? “Kau diam, artinya benar!” Ezra mendengus sebal kemudian dengan sengaja menginjak pedal gas dalam.Sontak Poppy langsung menoleh dengan tangan yang refleks berpegangan pada sabuk pengaman. “Ezra, pelan-pelan!” Tidak menyahut, Ezra semakin mempercepat laju mobilnya membuat wajah Poppy pias. “Ezra, kau ingin membunuhku?” Poppy memekik histeris. Masih tidak menyahut membuat Poppy ketar-ketir. Meski hidup terasa berat, tetapi ia belum ingin mati! Pada akhirnya Poppy yang frustasi karena sikap Ezra pun hanya bisa menangis sambil berdoa.“Tuhan, aku tidak ingin mati tragis.” Meski lirih, tetapi pendengaran Ezra yang tajam membuatnya bisa mendengar dengan jelas. Perlahan Ezra memperlambat laju mobilnya. Hingga akhirnya benar-benar berhenti karena mereka sudah s
“Ezra, malam ini mau makan apa?” tanya Poppy mencoba mencairkan suasana.Sudah hampir dua minggu dari kejadian mereka makan bersama di rumah Belinda. Selama itu pula sikap Ezra kepada Poppy begitu dingin.Jelas hal itu membuat Poppy menyadari jika diabaikan itu tidak enak. Sehingga ia mencoba untuk mengakrabkan diri kembali.Sayangnya, Ezra seolah tidak memberikan kesempatan itu! “Terserah kau saja!” cetus Ezra ketus. Memang Poppy sudah terbiasa dengan sikap ketus Ezra. Namun, pria itu kini jadi jarang bicara padanya. “Kalau aku membuatkan sop iga, apa kau mau?” Ezra yang sedang fokus menyetir menoleh dan menatap Poppy dengan jengah. “Sudah kukatakan terserah padamu. Apa kau tidak paham?” Poppy mengembuskan napas gusar. “Baiklah,” balasnya. Tiba di apartemen Poppy langsung menyiapkan air dan pakaian untuk Ezra. “Air hangatnya sudah siap.” “Hemm.” Dengan cueknya Ezra melenggang ke kamar mandi.Padahal sebelum-sebelumnya pria itu akan menggoda Poppy dengan berbagai cara. Melih
“Jangan lupa bawa semua keperluanku, Poppy.” Ezra mewanti-wanti Poppy yang sedang menyiapkan segala keperluan Ezra selama di luar kota.“Memang akan berapa hari?” “Rencananya tiga hari.”“Baiklah.”Poppy kemudian memasukkan semua barang yang mungkin dibutuhkan. Sementara Ezra nampak santai menunggu Poppy selesai.Ting-tong …. Buru-buru Poppy membukkan pintu. Hingga tampaklah Kevin yang berdiri tegap. “Selamat pagi, Nona.” Kevin sedikit membungkukkan tubuhnya–memberi hormat kepada Poppy, membuat wanita itu tidak enak.“Kevin, kau jangan seperti itu. Aku bahkan hanya office girl, bukan nonamu.” Poppy mencoba memberikan penjelasan yang langsung disangkal Kevin.“Tidak, Nona. Anda wanita yang dicintai Pak Eza, jadi—” “Kau sedang apa berdiri di sana? Cepat siapkan semuanya!”Perintah Ezra memutus ucapan Kevin yang berniat menerangkan.Mendengarnya membuat Poppy meringis. “Aku harus menyiapkan keperluan Ezra, kau masuklah.”“Baik, Nona.” Setelah Poppy ke kamar, Ezra yang berdiri de
Poppy mengerutkan keningnya ketika tidak mendapati sofa di kamar yang Ezra sewa. “Kenapa?” tanya Ezra seolah tidak mengerti. “Sebenarnya kau menyewa kamar kelas apa?” “Maksudmu?” Ezra masih saja pura-pura. Padahal ini semua ulahnya! “Aku tidak menemukan sofa, Ezra.” Mata Ezra membola–seolah baru menyadari hal itu. “Ah, kau benar! Padahal aku menyewa kamar kelas VVIP. Bagaimana bisa tidak ada sofa?” “Kenapa kau malah balik bertanya? Lebih baik kau hubungi pihak hotel! Barangkali mereka salah memberikan kunci.” Ezra menggeleng kemudian berkata, “Aku rasa tidak perlu, Poppy. Aku sangat lelah.” “Kalau begitu biar aku yang menghubungi.”Tanpa menunggu persetujuan dari Ezra, Poppy langsung menghubungi pihak hotel. “Bagaimana?” tanya Ezra yang kini sedang rebahan dengan berbantalkan kedua lengannya. yang dilipat ke belakang.Poppy menatap Ezra tajam. “Aku tahu ini pasti ulahmu,” cetusnya. Satu alis Ezra terangkat. Sepertinya pria itu masih mempertahankan perannya.“Apa maksudmu m
“Kenapa dia lama sekali?” Ezra yang berniat membiarkan Poppy pergi dengan diikuti oleh pengawalnya malah dibuat ketar-ketir karena Poppy tidak kunjung kembali. Karenanya pria itu langsung menghubungi orang suruhannya. “Apa yang sedang calon istriku lakukan? Kenapa dia belum kembali?”“Mohon maaf, Pak. Sekarang Nona Poppy sedang bersama seorang pria.” Dada Ezra tiba-tiba terasa panas. Mendengar Poppy bersama seorang pria saja sudah membuatnya menggeram. Apalagi kalau melihat secara langsung? “Apa maksudmu?” tanya Ezra tidak sabaran.“Nona Poppy sedang berbincang dengan seorang pria, Pak. Tetapi saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan,” ujar Seseorang dari seberang sana.“Kenapa kau tidak bilang dari tadi!” “Karena Anda hanya menyuruh saya untuk mengikuti Nona Poppy, bukan melaporkan apa yang dilakukan Nona Poppy.” Demi apapun Ezra dibuat kesal dengan orang suruhannya ini! Ia benar-benar menyesal karena sudah mempercayakan Poppy kepada orang suruhnya. Dan tadi apa dia bilang
“Aku senang ternyata kau memiliki perasaan yang sama, Sayang.”Tidak henti-hentinya Ezra memandang Poppy dengan tatapan penuh cinta. Sementara Poppy yang ditatap mulai merasa salah tingkah.“Ezra, jangan menatapku seperti itu!” Dengan pelan Ezra menggeleng. “Tidak, aku akan menatapmu terus dengan tatapan seperti ini. Dan kau … harus mulai membiasakan diri!” “Jika boleh tahu, untuk apa kau melakukannya?” tanya Poppy membalas tatapan Ezra dengan intens. “Agar kau menyadari jika aku begitu mencintaimu. Setiap harinya … perasaan cintaku akan bertambah untukmu.”Sama seperti wanita pada umumnya, Poppy meleleh saat mendapatkan gombalan seperti itu. Namun, ia tidak menunjukkannya dengan jelas. “Kau sangat berlebihan, Ezra!”Ezra menggeleng kemudian berkata, “Aku mengatakan yang sebenarnya. Maka dari itu, ayo kita menikah!” Seharusnya Ezra jangan dulu membahas hal itu. Karena kini wajah Poppy berubah masam.Tidak sadarkah jika waktu itu Poppy memutuskan hubungan karena Ezra yang mengaja
Poppy mengulas senyum lembut saat melihat raut wajah Ezra yang menatapnya khawatir.“Sudahlah, kau tidak perlu mencemaskan sesuatu yang belum terjadi.”Wanita itu mencoba menenangkan, tetapi tidak berhasil. Ezra masih merasa takut jika Poppy kembali meninggalkan.“Aku benar-benar takut, Poppy.” “Itu artinya kau tidak mempercayaiku,” balas Poppy membuat Ezra bungkam. “Kali ini aku tidak lagi memiliki alasan untuk meninggalkanmu, Ezra.” Poppy kembali meyakinkan Ezra.“Kau benar,” ucap Ezra ketika mengingat alasan yang membuat Poppy meninggalkannya dulu.Sekarang, ia bahkan sudah memiliki segalanya. Lantas, apa yang perlu dikhawatirkan? Poppy bernapas lega. “Artinya kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun.” Ezra mengangguk membenarkan. Meski hati kecilnya masih terasa berat saat mengingat status pernikahan Poppy.Drrt … drrtt … Segera Ezra mengangkat panggilan dari Kevin. Pria yang sedang rebahan di pangkuan kekasihnya itu pun langsung bangkit.“Bagaimana?” “Setelah saya mencari t
Dengan terpaksa Ezra meminta pihak hotel menambahkan satu ranjang karena Poppy tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak tidur bersama sebelum menikah. “Sayang, apa kau sudah tidur?” Ezra berdecap ketika Poppy tidak menyahut sama sekali. “Menyebalkan! Aku bahkan tidak bisa tidur,” keluhnya. Segera pria itu turun ranjangnya kemudian dengan perlahan duduk di sisi ranjang milik Poppy. Niatnya hanya ingin menatap wajah Poppy yang terlelap, sehingga ia berbaring di samping sang kekasih. Namun, Ezra malah terbuai dan akhirnya terlelap. Hingga tiba-tiba …. Bruk! Tubuh Ezra terguling.“Argh!” Ezra memekik sambil mengusap bokongnya yang sakit. Sontak Poppy yang mendengar kegaduhan pun bangkit. Ia melihat Ezra yang meringis dengan wajah bangun tidur.“Ezra, kau kenapa?” tanya Poppy dengan polosnya.Terang saja hal itu membuat Ezra geram. “Kau masih tanya aku kenapa? Padahal ini ulahmu!” cetus Ezra kembali bangkit dan duduk di sisi ranjang.Poppy yang bangun tidur harus mencerna maksud