Sesuai perkataannya, Andri mengajak Zelda menginap di hotel selama dua malam. Kini mereka sudah selesai membersihkan diri dan tengah memeriksa barang bawaan masing-masing sebelum meninggalkan kamar hotel. Andri juga telah mendapat kabar bahwa Dandy sudah dekat dengan hotel tempatnya menginap.
“Pastikan barang bawaanmu tidak ada yang tertinggal, Zel,” Andri mengingatkan sambil membalas pesan singkat yang diterimanya.
“Iya, Tuan,” Zelda menjawabnya dengan nada kesal karena sudah berulang kali Andri mengingatkan hal yang sama. “Ngomong-ngomong, temanmu sudah sampai di mana?” tanyanya sebelum melangkah menuju kamar mandi untuk memeriksa barang-barangnya di sana sekali lagi.
“Sepertinya ini dia,” jawab Andri saat mendengar ketukan pada pintu kamarnya. Tidak ingin membuat orang yang berada di luar kamarnya menunggu terlalu lama, dia pun segera menghampiri pintu.
Saat ini Andri dan Zelda telah duduk di ruang tamu sebuah rumah sederhana yang asri, walau ukurannya tidak terlalu besar. Kata Dandy, pemilik rumah yang rumahnya ingin Andri sewa tinggal di sini. Andri dan Zelda belum melihat rumah yang akan disewanya karena Dandy langsung membawanya ke rumah ini untuk bertemu dengan pemiliknya.“Maaf ya, Nak, telah lama menunggu,” ucap seorang wanita paruh baya yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan berisi empat gelas jus jeruk. Tidak hanya itu, wanita tersebut juga diikuti oleh balita perempuan yang sangat lucu dan menggemaskan.Andri tersenyum ramah. “Tidak apa-apa, Bu,” balasnya sopan. Dia menahan tawa saat melihat balita menggemaskan tersebut malu-malu menatapnya dan Zelda.“Panggil saja Bi Rani, Nak,” pinta Bi Rani setelah menyuguhkan minuman yang dibawanya. Dia ikut duduk sambil memangku balita yang dari tadi mengekorinya. “Sila
Hari ini Zelda lebih memilih memindahkan pakaiannya dan sang suami ke dalam lemari tiga pintu yang tadi siang telah diantarkan oleh pihak penjual, sedangkan Andri sibuk berkutat di dapur membuat hidangan untuk makan malam nanti. Rencananya Andri akan mengundang Nath dan Dandy beserta keluarganya masing-masing untuk makan malam bersama sebagai ungkapan terima kasihnya. Karena halaman rumah Bi Rani cukup luas, maka Andri berniat mengadakan acara makan malam di luar ruangan. Andri dan Zelda juga telah mengganti nomor ponsel masing-masing agar keberadaan mereka tidak bisa dilacak oleh orang-orang terdekatnya, terutama orang tua keduanya.Zelda memutuskan untuk berbaring sebentar karena pinggangnya terasa pegal. Zelda merasa sangat aneh ketika tempat tidurnya rendah karena tidak berdipan, dan mulai sekarang dirinya harus terbiasa. Karena pekerjaannya memindahkan pakaian hampir selesai, maka dari itu dia ingin bersantai sejenak.Baru saja Zelda he
Malam semakin larut, akhirnya Andri dan Zelda selesai juga mencuci perabotan yang tadi digunakan. Kini mereka ingin beristirahat setelah lelah beraktivitas seharian. Andri lebih dulu menuju kamar setelah membersihkan diri, sedangkan Zelda masih di dapur menyeduh susu khusus ibu hamil untuk dirinya sendiri.“Kenapa susunya belum diminum, Zel?” tanya Andri saat melihat Zelda memasuki kamar sambil membawa segelas susu di tangannya.“Masih panas,” jawab Zelda dan meletakkan gelas yang dibawanya di atas meja rias kecilnya. “Mulai sekarang kita harus terbiasa dengan tempat tidur yang rendah,” ucapnya saat melihat Andri hendak berbaring.Andri mengangguk dan terkekeh. “Kalau kamu merasa tidak nyaman dengan tempat tidur yang rendah seperti ini, besok aku akan membeli dipan.” Andri membuka atasan piamanya karena merasa gerah, padahal baru beberapa menit yang lalu dia selesai mandi.
Sepasang suami istri masih terlelap sambil saling berpelukan di atas tempat tidur baru mereka yang tanpa dipan. Saat ini menjadi hari pertama bagi pasangan tersebut menyambut matahari pagi yang telah menembus tirai kamar baru mereka. Salah satu dari mereka menggeliat karena matanya merasa silau dengan pencahayaan kamar yang terlalu terang. Selain itu, sebelah lengannya seperti mati rasa karena semalaman dijadikan bantal oleh wanita yang kini masih setia membenamkan wajah pada dadanya.Andri menyipitkan mata guna melihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam di tembok. “Ternyata sudah setengah sembilan,” gumamnya sambil menguap. “Tumben tidurku senyenyak ini,” imbuhnya saat mengalihkan tatapannya pada rambut wanita yang masih berada di pelukannya.Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian Andri menjauhkan tubuh serta mengangkat kepala Zelda. Dia meletakkan kepala tersebut pada bantal setelah menarik tangannya sendiri yang m
Nindy langsung terbatuk saat mendengar nama yang diberitahukan oleh Zelda. Untuk memastikan bahwa orang yang dimaksud Zelda juga dikenalnya, maka Nindy segera mengambil ponselnya setelah menaruh gelas di tangannya ke atas meja.“Apakah laki-laki ini yang Kakak maksud?” Nindy memperlihatkan foto seseorang yang ada di galeri ponselnya kepada Zelda.Zelda mengangguk saat memerhatikan laki-laki berwajah dingin yang ditunjukkan Nindy padanya. “Iya, ini laki-laki yang bernama Kenzo itu,” gumamnya tidak percaya. “Apakah kalian mempunyai hubungan kekeluargaan?” Zelda semakin penasaran.Tanpa ragu Nindy mengangguk. “Dia Kakak kandungku, Kak,” jelasnya singkat dengan santai.Zelda menatap Nindy lekat-lekat untuk memastikan kebenaran dari jawaban calon ibu tersebut. “Jadi, kamu anak perempuannya Om Shima? Yang dikatakan, demi cinta rela menikahi ….?&r
Zelda yang tengah fokus menonton televisi, terkejut saat mendengar bunyi nyaring dari dalam kamar tidurnya. Setelah menormalkan keterkejutannya, Zelda pun langsung menuju kamar karena tidak ingin menduga-duga. Dia kembali terkejut saat melihat keadaan kacau suaminya di dalam kamar. Pandangannya teralih ke arah lantai dan mendapati pecahan gelas berserakan di sana. Tanpa bertanya kepada Andri, dia kembali keluar kamar untuk mengambil pengki dan sapu yang ditaruhnya di luar rumah.“Biar aku yang membersihkannya, kamu lanjutkan saja menonton,” ucap Andri ketika melihat Zelda yang sudah membawa pengki dan sapu kembali memasuki kamar tidur mereka.Zelda menyerahkan kedua barang yang dibawanya kepada Andri. Bukannya menuruti ucapan Andri yang memintanya melanjutkan menonton, dia malah berjalan menuju kursi di meja riasnya. Dia sangat berhati-hati saat melangkah, agar kakinya tidak terkena pecahan gelas meski sudah memakai sandal.
Setelah Nath pergi, Zelda ingin kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda sebelum mulai mengajak Della bermain di dalam rumah.“Tunggu sebentar ya, Dell, Tante mau lanjut menyapu dulu,” ucap Zelda lembut. Dia mengambil sapu lidi yang tadi ditaruhnya asal setelah memberikan Della bonekanya sendiri.Della mengangguk sambil mendekap erat boneka kesayangannya. “Tante punya ikan?” Della memerhatikan Zelda yang tengah mengumpulkan daun-daun kering sebelum dibawa ke tempat sampah.“Ikan apa, Dell?” Zelda memastikan pertanyaan Della agar tidak salah sangka.“Ikan warna-warni seperti yang Della punya,” jawab Della antusias.“Banyak Della punya ikan di rumah?” Zelda menimpali Della yang sedang berbasa-basi dengannya.Della mengangguk. “Banyak, Tante,” ucapnya memastikan. “Mama
Andri dan Zelda tengah bersantai setelah menikmati makanan yang diberikan oleh Bi Rani. Karena terinterupsi oleh kehadiran Della, Zelda jadi belum sempat menanyakan kepada Andri menyangkut usaha suaminya tersebut dalam mencari pekerjaan. Dia melirik Andri yang duduk di sampingnya dan tengah sibuk memainkangamepada ponselnya sendiri.“Aku akan bekerja mulai besok.” Dengan santainya dan masih sibuk memainkangame, Andri memberi tahu Zelda.Zelda terkejut ketika Andri memberitahunya tanpa berbasa-basi terlebih dulu, padahal dia belum menanyakannya. “Di mana, An?” tanyanya antusias.“Di sebuah toko grosir sekaligus eceran yang menjual sembako dan kebutuhan sehari-hari lainnya,” jawab Andri. “Aku tidak keberatan harus menjadi karyawan toko, apalagi nanti diminta untuk mengangkat barang. Karena tokonya buka setiap hari jadi liburku nanti tidak menentu