Share

Bab 4 : Sat-Set Nikah

Hidup lebih produktif di saat tidak memiliki siapa-siapa kecuali diri sendiri. Meskipun ada Raisa, Elvira tidak bisa mengandalkan mbak-nya di setiap waktu. Elvira memiliki kebutuhan, begitu juga Raisa dan keluarga kecilnya.

Rumah peninggalan mendiang kedua orang tua mereka memang masih di gunakan dengan baik sampai saat ini. Hampir tiap tahun rumah peninggalan itu selalu di renovasi.

Kedua wanita malang itu sempat merasakan hidup di atas awan, di mana apapun yang mereka inginkan bisa main tunjuk tanpa harus bersusah payah. Itu dulu, di saat bisinis orang tua mereka masih berjalan dengan baik.

Penyebab meninggalnya kedua orang tua mereka adalah serangan jantung di saat pabrik terbesar yang mereka punya habis di makan api dalam beberapa jam. Rasanya seperti mimpi, sejak saat itu kehidupan Elvira maupun Raisa seperti mimpi buruk.

Banyak penanaman saham yang meminta ganti rugi, belum lagi santunan untuk para karyawan yang menjadi korban kebakaran. Intinya, pada saat itu harta yang mereka miliki ikut ludes di telan masa.

Yang tersisa hanya rumah mewah ini, satu-satunya rumah penuh dengan sejarah. Semenjak kebangkrutan orang tua mereka, banyak orang-orang yang bermuka dua mulai menunjukkan taringnya, tak ada satupun yang ingin membantu kecuali keluarga Alvin yang terus pasang badan di saat keluarga Elvira di hujat habis-habisan oleh dunia.

Mengingat hal tersebut, membuat Elvira terasa begitu menyedihkan. Separuh hidupnya saat ini hanya di habiskan untuk mengabdi membayarkan hutang yang di tinggalkan kedua orangtuanya. Elvira tidak ingin di alam sana mereka di siksa karena meninggalkan banyak hutang di dunia, Elvira rela mengorbankan masa mudanya demi keluarga.

Raisa juga ikut membantu, tapi tidak seberapa.

"Tinggal seratus juta lagi," gumam Elvira saat mengecek sebuah kertas yang selalu ia dapatkan tiap bulannya.

Elvira sedang duduk di balkin kamarnya, membawa laptop hanya sekedar untuk menemani kesunyiannya malam ini. Elvira lalu mendongak menatap langit yang begitu cerah.

"Mama, papa. Apa kalian baik-baik saja di sana? Malaikat tidak menghukum kalian terlalu berat, 'kan?" Elvira bermonolog sambil menengadah menatap langit seakan di sana ada bayangan kedua orang tuanya.

"El janji, tahun ini El pasti bisa melunasi segalanya!" ucap Elvira meyakinkan.

Beberapa hari ini Elvira tidak benar-benar tenang, segala aktivitas sampai waktu tidurnya terganggu akibat permintaan Alvin yang menurutnya sangat amat gila. Namun Elvira juga tidak kuasa menolak, Alvin dan keluarganya sudah sangat baik apa iya Elvira yang di tolong malah tidak tahu diri.

Elvira yakin, Alvin pasti menepati janjinya. Ia akan di nikahi kurang lebih satu tahun. Selebihnya Elvira bisa kembali bebas mencari cintanya.

Elvira tersenyum tipis. "El ingin memberi tahu kalian kalau sebentar lagi, pria yang kalian anggak sebagai anak angkat itu, akan menikah dengan El. Apa kalian terkejut?" tanya El, sudah seperti gadis tidak waras karena berbicara sendirian.

Komplek ini terlalu sepi untuk sekedar berkumpul antar tetangga, mereka hidup sendiri-sendiri. Begitu juga Elvira dan Raisa.

Tanpa Elvira sadari jika air matanya sudah banyak berjatuhan dan Elvira enggan untuk menghapusnya. Di sini tidak ada siapapun kecuali dirinya, Elvira bebas melakukan apapun.

Sekitar jam 11 malam, angin sudah terasa sangat menusuk sampai ketulang. Elvira membereskan barang-barangnya dan segera masuk lalu bersiap untuk tidur, hari ini kakak iparnya ada di rumah setelah berbulan-bulan pergi mencari nafkah. Ya, kakak iparnya bekerja di pelayaran, gajinya sudah lumayan besar karena ia sudah lama bekerja di sana.

Elvira yang tidak terlalu akrba dengan kakak iparnya itu terlalu malas untuk bergabung sekedar mengobrol santai. Alhasil, Elvira memilih untuk mengurung diri saja di dalam kamar.

***

Setelah shalat subuh, Elvira kembali tidur karena ini adalah weekend. Ia akan pergi ke apartemen Alvin kisaran jam 10 nanti. Elvira masih memiliki waktu untuk bersantai, tapi .. sepertinya itu hanya angan-angan belaka.

Pintunya di ketuk keras oleh Raisa yang terus menerus memanggil namanya. Dengan malas dan rambut sedikit berantakan, Elvira membuka pintu.

"Deeeek?! Kamu baru bangun?" tanya Raisa sangat kaget, ia sampai membelalakan matanya sempurna sambil mengeja penampilan adiknya yang sungguh tidak mencerminkan sebagai wanita karir.

"Lho. Kapar baru bangun?" Suara Clarissa mengalihkan fokus kedua wanita ini.

Elvira mengernyit dengan tatapan bertanya kepada kedua wanita yang ada di hadapannya saat ini.

Raisa terlihat tersenyum tidak enak. "Ini baru satu aib yang terlihat, Cla. Masih banyak lagi aib-aib kapar kamu yang belum terlihat!" ucap Raisa meringis sendiri.

Kapar? Elvira mebeo dalam hati.

"Kamu ngapain pagi-pagi ada di sini, Cla?" tanya Elvira benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan dunianya.

Clarissa tersenyum lebar, kebaya yang ada di dekapannya segera ia berikan pada Elvira yang melongo menatap sang pemberi.

"Hari ini aku berangkat siang, Cla." Elvira masih menolak sadar jika yang Clarissa beri itu adalah sebuah kebaya putih.

Clarissa terkekeh pelan menatap Raisa yang ikut terkekeh akhirnya.

"Kapar. Masuk, terus mandi ya. Nanti kalau udah selesai mandi call me aja!" Clarissa mendorong Elvira masuk kedalam kamarnya sampai akhirnya Elvira masuk kedalam kamar mandi dalam pengawasan Clarissa.

Elvira bergidik, sungguh penyambutan pagi yang aneh.

Tidak memerlukan waktu lama, Elvira keluar menggunakan dress santai selutut berawan hitam yang sangat cocok di kulitnya yang putih bersih. Clarissa yang masih ada di sana sampai terpanah melihat penampilan Elvira yang begitu natural.

"Pantes aja si bujang lapuk itu mau sama kamu, kak. Ternyata cantiknya beneran luar dalem!" puji Clarissa dengan tatapan kagum.

Elvira hanya tersenyum tipis tanpa ingin menanggapi, ia sadar diri jika dirinya memang tidak terlalu jelek untuk ukurang seorang yang tidak memiliki kekasih. Tapi, tidak memiliki kekasih bukan terpatok dari cantik atau ganteng saja. Melainkan dari diri sendiri yang terkadang memang terlalu malas untuk bermain dengan dunia percintaan.

Clarissa menghubungi seseorang, tidak lama kemudian pintu kamar Elvira terketuk dan saat pintu terbuka ada seorang MUA terkenal ada di hadapannya.

Elvira semakin terlihat bingung. "Kak Selly ada acara apa di sini?" tanya Elvira terlihat akrab karena mereka sudah beberapa kali bertemu di sebuah acara resmi.

Wanita yang di panggil Selly itu menatap penampilan Elvira dari atas sampai bawah. Membuat Elvira mengikuti apa yang Selly lakukan.

"Kak, masuk aja. Ini calon pengantinnya memang suka drama!" celetuk Clarissa dari belakang sana.

Elvira refleks menggeser tubuhnya dan mengekori langkah Selly yang meletakkan alat tempurnya di atas meja rias Elvira.

Satu-satunya tersangka di sini hanya Clarissa, Elvira menatap ingin mendapatkan penjelasan dari gadis yang pagi ini bertingkah sangat aneh.

"Cla, masudnya apa? Siapa calon pengantin? Dan siapa yang mau menikah?" cecar Elvira tidak sabaran.

Clarissa tersenyum manis, mengelus lengan Elvira dengan lembut. "Kapar, kakak ipar Clarissa yang paripurna. Ini adalah hari pernikahan kakak sama kak Alvin. Masak lupa?"

"Heuh?" beo Elvira, apakah pendengarannya bermasalah? Tapi sepertinya tidak. "Cla, kamu bercanda?"

Clarissa menghela nafas memutar bola matanya malas. "Kak Sel, langsung di eksekusi aja. Kak El memang suka drama orangnya!" pinta Clarissa, mengabaikan pertanyaan Elvira.

Elvira masih ingin membuka suara dan memberikan segudang pertanyaan pada Clarissa, namun Selly menahanya membawa Elvira untuk duduk di kursi meja rias.

Clarissa melambaikan tangannya dan memberikan isyarat pada Selly tentang keberadaan kebaya yang ia letakan di atas sofa. Selly mengangguk dan mengerlingkan jemarinya.

Elvira mendongak menatap Selly penasaran. "Kak, ini maksudnya bagaimana? Siapa yang mau nikah?" tanya Elvira lagi.

Selly mengelus punda Elvira, mengarahkan kepala Elvira untuk menatap dirinya dari pantulan cermin.

"Coba senyum!" pinta Selly.

Elvira menolak, ia ingin pertanyaan dijawab. Bukannya malah seperti ini.

"Lalu rileks kan diri kamu, El." ucap Selly lagi.

Elvira yang terlalu panik dan tegang membuat seluruh syaraf di tubuhnya mengalami hal yang sama.

"Kamu pengantinnya, dan kamu yang akan menikah hari ini."

GLEG! Rasanya .. seperti mimpi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status