(The English version are available now! Just find it on your app by insert the title or the author's name on search bar. Thank youuu!)
Seorang gadis kecil bertubuh mungil baru saja tersadar dari tidurnya. Suhu air conditioner di dalam ruangan sepertinya terlalu rendah sehingga membuat tubuh polosnya sedikit kedinginan. Saat dia merasakan sebuah tangan kekar masih melingkar di atas perutnya, barulah dia menyadari jika dia masih berada di dalam apartemen seseorang.
Dia memutar tubuh dan menghadap ke arah seseorang yang selama satu tahun belakangan menjadi teman dekatnya. Lebih tepatnya, seorang pria dewasa yang tidak lain adalah sugar daddy-nya.
Dominic Ethan Louis.
"Dad ... Dad, wake up!" Gadis itu menepuk pipi Dominic dengan lembut. Wajah tenang dan damai Dominic selalu sayang untuk diganggu. Tapi gadis itu tidak punya pilihan lain karena jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul delapan malam.
"Hmmmhhhh," geram Dominic seraya berusaha membuka kedua kelopak matanya yang masih terasa berat.
"Kenapa, Chalondra?"
"Udah malam, Dad. Ayo antarin aku pulang."
Sudah menjadi kebiasaan, Dominic akan selalu mengantar Cha pulang setelah pertemuan mereka. Tapi jangan salah, dia tidak mengantar gadis itu ke rumah orang tuanya, melainkan ke rumah salah seorang sahabat Chalondra yang sudah mengetahui hubungan mereka sejak lama. Namanya Heidy.
"Sudah jam berapa memangnya? Saya masih rindu. Sudah dua hari tidak bertemu." Dom bukannya bangun, malah menarik Chalondra kembali ke dalam selimut. Menyusahkan memang.
"Baru juga dua hari, Dad. Gimana nanti pas aku ke Jogja selama satu minggu?"
Mendengar Chalondra kembali menyinggung rencana study tour kampusnya ke kota pelajar itu, membuat semangat Dom langsung merosot. Didekapnya sang sugar Baby dengan erat.
"Siapa saja yang berangkat? Apa si Bryan-mu itu ikut juga?" tanya Dom malas. Bryan adalah nama kekasih Chalondra. Dominic benar-benar tidak mengerti, apa kurangnya sampai sang sugar baby masih harus menjalin hubungan dengan pria lain yang merupakan teman satu kelasnya di kampus.
"Iya, Dad, ikut. Kan se kelas."
"Kalian menginap di mana?"
"Kaliurang, Dad."
Dominic membuka matanya sedikit lebar. "Itu kan daerah dingin. Kenapa kalian harus menginap di sana, hm???" curiga Dominic. Apakah Chalondra dan Bryan akan menghabiskan waktu bersama saat malam yang dingin? Akh!! Please don't!! Dia tidak ikhlas jika Chalondra bersama dengan laki-laki lain.
"Ya mana ku tau, Dad. Yang tentuin kan Kating. Kita cuma ikutan. Daddy jangan mikir yang enggak-enggak," ujar Chalondra sambil menjentik cuping hidung Dom yang berada di depan wajahnya. Gadis itu selalu menikmati momen kebersamaannya dengan laki-laki dewasa yang satu ini. Andai saja dia belum menikah, tentu saja Chalondra akan merasa hubungan mereka sangat sempurna.
"Gimana saya tidak berpikir yang tidak-tidak kalau kamu akan pergi dengan pacar kamu?"
Chalondra melingkarkan kedua tangannya di leher laki-laki itu. Menyentuhkan hidungnya ke hidung Dominic dan berbisik dengan pelan. "Tidak akan terjadi apa-apa, Dad. Kecuali kalau aku perginya sama Daddy, itu baru jelas akan terjadi hal-hal yang kita inginkan."
"Ha ha ha. Kamu bisa aja gombalnya. Belum juga pulang, saya sudah takut akan merindukan kamu. Bisa kah kita di sini sebentar lagi?" pinta Dom dengan wajah memelas. Seakan menghabiskan waktu dan menabur benih selama berjam-jam belum cukup baginya. Chalondra memang ibarat morphine yang selalu membuat Dominic kecanduan.
"Dadd, udah. Daddy juga harus pulang ke rumah. Nanti kak Reina kecarian." Chalondra mendorong dada Dominic dan mengingatkannya akan istri pria itu.
"Chalondra?! Harus berapa kali lagi saya katakan? Saya tidak suka kamu menyebutkan nama orang lain saat kita sedang berdua!"
"Kak Reina itu istri Daddy, bukan orang lain. Udah ah, aku mau mandi." Chalondra memaksa dirinya terlepas dari rengkuhan Dominic. Pria itu pun terpaksa melepas meski hatinya masih belum puas. Dia tidak suka kebiasaan gadisnya yang selalu mengungkit rumah tangganya. Yang Dominic mau, saat mereka sedang berdua, hanya akan ada tentang mereka. Itu saja.
Sesampainya di kamar mandi, Chalondra menutup pintu. Dia tidak perlu melepas apa pun karena dia sudah dalam keadaan polos saat turun dari kasur. Gadis itu menatap cermin besar yang memantulkan dirinya. Memperhatikan seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Lagi-lagi, dia merasa insecure. Bila dibandingkan dengan Reina, istri Dominic, Chalondra memang kalah banyak. Reina cantik, dewasa baik dari wajah maupun penampilan. Pantas saja Dominic bersedia menikahinya meski pun mengaku tidak cinta.
Sedangkan Chalondra? Hanyalah sugar baby yang ditakdirkan untuk menjadi simpanan laki-laki itu saja. Menyedihkan.
*****
Chalondra Chalya Ellordi. Bertemu dengan Dominic Ethan Louis yang terpaut 20 tahun di atasnya dan menjadi sugar baby pria itu bukanlah suatu hal yang pernah dia rencanakan dalam hidupnya. Malahan dia sungguh tidak menyangka, hubungan mereka yang bisa dibilang 'hubungan gelap' itu sudah berjalan selana satu tahun terakhir.
Malam ini, entahlah kenapa mereka harus merayakannya. Peringatan pertemuan yang sudah genap setahun. Padahal hubungan mereka bukan lah jenis hubungan dengan status yang jelas. Dominic adalah pria beristri dan Chalondra sendiri merupakan mahasiswi idaman yang kini pun sudah memiliki kekasih.
Dulu Dominic mengaku tidak mencintai istrinya. Setidaknya itu adalah pengakuan jujur yang menurut Chalondra hanya akan diucapkan oleh seorang pria dalam keadaan mabuk. Malam itu mereka bertemu di club. Dominic sendirian, sedangkan Chalondra dengan geng SMA-nya yang kebetulan sedang merayakan kelulusan.
Om. Sebutan yang diberikan Cha untuk Dominic saat pertama kalinya. Jelas sekali Dominic adalah pria dewasa. Chalondra sangat paham itu. Saat mereka berdua tanpa sengaja duduk bersebelahan, Cha mendengar pria itu meracau dalam mabuknya. Tidak jelas dia berbicara kepada siapa, karena sepertinya dia hanya memandangi gelas yang dia pegang.
"Reina, kamu pikir saya menginginkan pernikahan ini? Silakan ceraikan saya, br*ngsek! Jangan menjadi jalang di belakang saya tapi tetap tercium awak media. Kamu memang perempuan gila! Kamu bisa membuat reputasi saya hancur!"
Saat itu Chalondra hanya menguping sambil menikmati minuman tanpa alkoholnya. Teman-temannya sedang menari di lantai dansa. Sama sekali bukan keahlian Chalondra.
"Hei! Kamu!"
Chalondra tersentak kaget. Hampir terlonjak dan terjengkang dari kursi bar karena tiba-tiba saja pria mabuk itu memegang pundaknya.
"Eh! Apa-apaan!! Lepasin!"
"Kamu! Apa kamu juga datang ke sini untuk mencari laki-laki pemuas? Sama seperti istri saya yang br*ngsek itu?!"
Chalondra ketakutan setengah mati. Sebenarnya ini yang dia khawatirkan saat teman-temannya mengajak dia untuk datang ke tempat remang-remang begini. Orang mabuk! Dia takut akan diganggu orang mabuk seperti ini.
"Eh, Mas! Tolongin! Ini om-om kelihatannya sedang mabuk!" Chalondra berbicara pada bartender di hadapan mereka. Namun bukannya peduli, pria bercelemek itu hanya melihat sekilas lalu membuang mukanya lagi.
"Heh! Dengar ya! Kalian para wanita itu harusnya bersyukur. Sudah punya pasangan tapi masih gatal main dengan yang lain." Dominic mencengkeram lengan Cha dengan sangat kuat.
"Om ... Om lagi mabuk. Jangan pegang-pegang Tolonggg!!"
Dominic menutup mulut Chalondra yang menurutnya sangat berisik. Laki-laki itu turun dari kursinya dan menarik tangan gadis itu supaya mengikutinya.
"Tolonggg! Tolooong!" Chalondra menangis ketakutan. Entah kemana semua temannya. Orang-orang yang mereka lewati pun seolah tidak ada yang perduli. Suara musik yang begitu kencang menelan suaranya.
"Om! Om mau bawa saya ke mana! Lepasin saya, Om!" Cha berusaha menggigit tangan Dominic, Namun sepertinya gigitan itu hanya ibarat sengatan semut kecil bagi pria berotot kekar itu.
Dominic membawa Chalondra ke sebuah ruangan dan menguncinya.
"Toloongggg! Om ... Om... jangan macam-macam Om!!" Chalondra menangis sesenggukan. Situasi ini begitu menakutkan baginya. Apakah dia akan dip*rkosa? Atau akan dibunuh? Oh Tuhan, tolonglah hamba-Mu ini! Chalondra berdoa sambil menangis meraung-raung.
"Sttt diam!!"
Chalondra tersentak kaget. Pria itu membentaknya dan melepas cengkeramannya begitu saja.
"Tadi saya melihat istri saya masuk. Saya membawa kamu supaya dia tau bukan hanya dia yang bisa selingkuh. Tunggu lah di sini sebentar. Temani saya tidur."
Tangis Chalondra berhenti berganti dengan rasa bingung mendengar kalimat laki-laki itu. Apakah mabuknya sudah hilang? Temani dia tidur??
"Bodoh amat!! Saya nggak mau tau. Keluarin saya!!!"
Alih-alih menuruti permintaan Chalondra, pria itu malah menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dan dengkurannya langsung terdengar hanya beberapa saat kemudian.
Chalondra masih panik. Menggebrak pintu sekeras mungkin dalam upaya meminta tolong. Air matanya berderai mengingat teman-temannya pasti sedang mencarinya.
"TOLOOOOOONGGGGG!!"
Namun berteriak sekeras apa pun tidak akan membuat suaranya terdengar ke luar sana. Dia tidak tau kalau ruangan itu kedap suara, ditambah lagi dentuman musik yang luar biasa keras di luar sana.
Habislah riwayatnya!
*****
Halo guys, salam kenal. Oh iya aku penulis baru di lapak ini. Sebelumnya aku nulis dia lapak biru (NT). Di sana ada karyaku yang sudah tamat, 5 novel. Semisal kalian mau bacaan romance dan gratis, bisa singgah di sana ya. Nama authornya sama. OotBaho. Semua novelku di sana happy ending dan nggak ada pelakornya. Yang mau follow I*G-ku juga bisa, tinggal search Ootbaho juga. Happy Reading 🥰🥰🥰
Dominic terbangun entah berapa jam kemudian. Kepalanya sangat pusing, rasanya seperti baru selesai naik roller coaster. Ternyata tidur tidak menyelesaikan masalah. "Arrgghhhhh ...." Dia bangun sambil memegangi kepalanya. Sakit sekali. Bersusah payah dia berdiri dari kasur. Sempoyongan dan hampir saja terjatuh kalau tidak berpegangan pada dinding. Dia sukses masuk ke kamar mandi tanpa terjatuh. Berendam di bath tub sampai rasa pusing di kepalanya hilang. Setelah kesadarannya pulih, dia mengutuk dirinya sendiri karena sudah kalah pada alkohol. Ngomong-ngomong kenapa harus sampai mabuk begini hanya gara-gara perempuan gila itu? Menghabiskan waktu saja. Dia mengeluh sendiri. Setelah selesai mandi, dia keluar hanya dengan memakai handuk. Untungnya pelayan club selalu membersihkan kamarnya. Sehingga jika sewaktu-waktu dia datang, dia tidak perlu kerepotan dengan segala urusan domestik. Niatnya sih ingin menuju lemari, namun mata Dominic langsung menyipit me
"Oh ya?" Benar kan? Dominic sudah gila. Kenapa dia sangat bangga mendengar pengakuan gadis kecil itu? Mengapa rasanya sangat senang menjadi yang pertama menyicipi bibir tipisnya yang begitu memabukkan. Iya. Memabukkan. Dom tidak munafik. Entah kapan dia terakhir berciuman. Mungkin saat pemberkatan pernikahan paksa nya dengan Reina? Ah, kalau itu termasuk dalam kategori ciuman, tapi kenapa dia sama sekali tidak merasakan seperti apa yang dia rasakan barusan? Getaran-getaran dan detak jantung yang meletup-letup saat lidah mereka saling terpaut. Hawa panas menjalari tubuh Dom kala gadis itu menatapnya tajam penuh rasa kecewa. Dia merasa tertantang ingin mencoba lagi. Apalagi posisi tubuh Dom sekarang berada di atas gadis yang belum dia ketahui namanya itu. "Jadi, bagaimana rasanya? Apa itu membuat kamu berdebar sama seperti saya sekarang?" "E ... eh?" Dominic menurunkan wajahnya lagi. Mencoba peruntungan apakah gadis itu masih mau dicium
Dominic terdiam saat singa kecil itu memeluknya tanpa beban, alias karena kemauannya sendiri. Seluruh tubuh kecil mungil itu kini menempel padanya. Terutama gundukan yang sedari tadi menguji iman Dom. Pria itu menahan napasnya saat Chalondra merebahkan kepalanya di dada bidang Dom. "Om yang semangat ya. Semoga masalahnya dengan istri cepat selesai. Ingat Om, mabuk-mabukan itu nggak baik untuk kesehatan. Jangan jadikan minum sebagai pelarian." Dominic menyentuh bahu Chalondra dan sedikit mendorongnya agar dia bisa menatap wajah anak singa itu. "Memangnya saya ngomong apa saja pas mabuk?" "Om bilang istri Om selingkuh, terus ketahuan media dan reputasi Om jadi jelek. Memangnya Om orang terkenal ya?" tanya Cha polos. "Menurut kamu tempat ini besar nggak?" "Tempat ini? Club ini maksud Om?" Dominic mengangguk. "Iya. Kata temenku ini salah satu club terbesar dan terkenal di Jakarta." "Kalau saya adalah yang punya club
Dua minggu berselang setelah peristiwa aneh itu terjadi, Chalondra berusaha menjalani hidupnya seperti biasa. Layaknya anak yang baru lulus SMA dan sedang giat-giatnya ikut les sebelum mengikuti tes masuk ke perguruan tinggi. Walau pun berasal dari keluarga yang berada, ibunya selalu mengajarkan mereka kesederhanaan. Seperti tetap ikut jalur umum untuk masuk ke universitas. Namun Chalondra tidak bisa menyangkal bahwa ada yang kosong di dalam dirinya. Mungkin hatinya? Entah lah. Bayang-bayang kejadian malam itu masih selalu terlintas di pikirannya. Ciuman pertamanya yang sudah dicuri seorang laki-laki beristri dan sentuhan-sentuhan mematikan itu. Semuanya masih menari-nari dalam ingatannya, bahkan segala rasanya pun masih bisa dia rasakan, seperti baru terjadi kemarin. Terlalu nyata untuk sesuatu yang sudah berlalu hampir dua minggu lamanya. Gadis polos seperti Chalondra, yang belum pernah mengenal cinta, atau ketertarikan dengan lawan je
EPS 6. FIRST TOUCH. Begitulah kesepakatan mereka terjadi. Chalondra, gadis kecil yang baru pertama kali merasakan getaran aneh terhadap lawan jenis itu membuat sebuah keputusan yang cukup berani, yaitu menjadi Sugar Baby seorang om-om beristri seperti Dominic. Jika ditanya kenapa dia mau? Chalondra akan menjawab untuk saat ini dia memang nyaman saat bersama pria dewasa itu. Tidak menutup kemungkinan jika suatu hari nanti dia bosan, mengingat sifatnya yang masih labil, dia akan melepaskan diri dari Dominic. Jadi dia tidak terlalu ambil pusing. "Jadi, bagaimana perjanjiannya? Aku harus ngapain, Om?" "Tugas pertama kamu sebagai sugar baby saya, temani saya tidur sebentar. Saya capek, Cha. Kamu tau nggak setiap hari saya datang ke sini dari jam tujuh sampai jam sebelas malam cuma untuk nungguin kamu ..." Dominic masih menggendong Cha di atas pahanya. Tapi itu tidak membuatnya kesusahan untuk menggeser posisi mereka ke tengah-tengah kasur. Dominic merebahkan tubuh
Pertemuan kedua Chalondra dengan sang sugar daddy mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Dia seakan mendapat asupan energi seratus kali lipat yang membuat dirinya kembali bersemangat. Padahal sebulan terkahir dia persis mayat hidup yang seakan mati segan hidup tak mau. Malam itu mereka tidur bersama untuk yang kedua kalinya. Gadis itu memang sudah ijin ke ibunya akan menginap di rumah sahabatnya, Heidy. Ibunya sama sekali tidak khawatir karena Heidy juga lumayan dekat dengan keluarga mereka. Chalondra diantar Dominic ke rumah Heidy tepat jam lima pagi, seperti bulan yang lalu. Mereka melewati malam yang sangat panjang. Bertukar cerita untuk saling mengenal satu sama lain. Sesekali berciuman panjang dan saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang intim. Tentu saja masih dalam batas yang wajar. "Jadi fix ya, Rabu malam, dan Sabtu malam. Saya akan kabari tempatnya..." Dominic mengingatkan kembali kesepakatan mereka sebelum Chalondra turun dari mobil
Chalondra dan Dominic saling melempar tatapan sekilas. Hanya beberapa detik. Kemudian Chalondra ikut tersenyum mendengar ucapan ibunya terhadap Reina. "Ini suamiku, Tan. Tante belum pernah ketemu kan?" Reina menarik Dominic untuk dikenalkan pada Amber. Amber dan Chris memang tidak hadir di acara pernikahan putri temannya itu. Waktu itu mereka ada keperluan di luar negeri. Dan di hari-hari berikutnya pun mereka belum pernah bertemu lagi. Reina pun bisa dibilang hampir tidak pernah ikut arisan. Sangat jarang. Mungkin bukan kebiasaannya. Dominic tentu tau apa yang harus dia lakukan. Memberi salam pada wanita yang jelas sekali sudah dia kenal. Dia adalah istri pengusaha Chris Ellordi, ibu dari gadis kecil yang saat ini sedang berusaha menghindari tatapannya, Chalondra. "Dominic, Tante..." "Wahh, kamu tampan sekali. Kalian pasangan yang serasi." Amber memuji. Tanpa sadar, gadis kecil yang ada di sebelahnya semakin patah hati mendengar pujian ibunya.
Sampai hari ini, Dominic masih memandangi tangan kanannya seperti orang bodoh. Tangan lebar dan besar yang sudah dijadikan Chalondra sebagai objek pemuas nafsunya kemarin siang. Haaaahhh, bisa-bisanya gadis kecil itu memanfaatkannya untuk mencari kepuasan sendiri? Tidak melibatkan Dominic, sama sekali! Juniornya merasa terlecehkan! Bisa-bisanya kalah sama tangan!"Ddd... dad..." Dominic masih mengingat jelas raut wajah dan tatapan sendu Chalondra saat gadis itu mencapai klimaksnya sendiri dengan menggesek-gesekkan miliknya di tangan Dominic. Sangat seksi dan membuat gairah pria itu naik ."Apa, Chalondra? Enak?" ejek Dominic yang mengetahui ini adalah hal baru bagi sang sugar baby. Lihatlah, bibir seksinya itu sedikit digigit, minta ditarik saja."Daddd... jangan ngejek. Aku kan masih baru kayak gini.""Iya, Chalondra, Sayang. Saya ngerti kok. Makanya saya tanya, enak?"Chalondra mengangguk pelan. Kedua tangannya masih menggantung di leher Do