Chalondra melangkah menuruni anak tangga menuju lantai bawah rumah yang sebentar lagi akan dia tinggalkan. Selama membasuh diri dan berkemas, sekuat tenaga Chalondra menahan kesedihannya. Dia tidak ingin keluarganya melihat kedua matanya bengkak-bengkak lagi. Bukankah kata mamanya tadi ini untuk kebaikan masa depannya?
Chris, Amber, Brandon dan seluruh pegawai di rumah besar itu sudah menantinya di sana. Chalondra menghela napas. Dia masih tidak percaya akan pergi meninggalkan rumah ini. Seperti mimpi bukan? Sekali pun dia pernah berniat untuk merantau jauh dari orang tua, sama sekali bukan dengan cara yang seperti ini.
Chalondra memeluk ibunya sebagai yang pertama. Sekali pun tadi keduanya sudah puas bertangis-tangisan, sekarang mereka tetap saja berderai air mata. Namun tidak ada kata yang terucap dari mulut keduanya. Amber hanya menciumi pipi Chalondra berkali-kali dan memeluknya dengan erat sampai deheman Chris membuatnya lekas berhenti.
Kemudian Chalondr
Guyss, siapa tau ada yang masih belum paham cara penentuan harga koin/bab di GN. Jadi itu tergantung banyak kata di bab tersebut ya. 1 koin = 100 kata. Kalau kalian buka gembok babku 20 koin, berarti bab itu isinya 2000 kata. Jadi gak ada yg mahal ya. Semua sesuai dengan porsinya.
"Chalondra!"Hanya berselang beberapa menit dari kepergian Chalondra, Dominic tiba-tiba terbangun seraya menyerukan nama kekasihnya. Dia sampai terduduk dengan napas yang terengah-engah.Kepalanya memutar memeriksa seluruh ruangan. Tidak ada Chalondra. Apakah dia hanya bermimpi? Tapi rasanya nyata sekali. Chalondra menyentuhnya, menciumnya, memeluknya. Gadis itu juga menangis sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang menurut Dominic begitu aneh. Entah untuk apa Chalondra mengucapkannya."Maafkan aku, Dad.""Maafkan ayahku.""Aku mencintaimu, Dad. Semoga Daddy sehat selalu dan berbahagia.""I love you, Dominic. Tolong berbahagialah."Kalimat-kalimat itu terdengar begitu nyata di telinga Dom. Chalondra terdengar menangis terisak sambil mengucapkannya, sambil memeluknya. Mimpinya itu terasa begitu nyata, sampai-sampai pria itu ikut merasakan sesak di dalam dadanya."Chalondra ..." desah Dominic. Dia menyugar rambutnya yang berantaka
Amber merasakan telinganya tiba-tiba berdengung. Seluruh darahnya naik memenuhi kepalanya. Tuan Ares??? Tuan Ares siapa?? Mengapa salah seorang pekerjanya harus melaporkan kejadian yang terjadi tadi pagi di rumah ini kepada orang itu? Dia bahkan berjanji akan mengabari orang itu lagi jika ada sesuatu yang terjadi.Amber mengingat satu orang yang bernama Ares dan dia juga mendengar nama itu kemarin, di rumah mertuanya. Ares kalau tidak salah adalah sahabat lama ayah mertuanya, Fransisco. Dia adalah orang yang sudah memberikan foto-foto Chalondra dan Dominic kepada Fransisco.Apakah Tuan Ares yang dia dengar dari dalam adalah Ares yang itu? Jika iya? Mengapa salah seorang pekerjanya bisa berhubungan dengan pria itu? Apa dia seorang mata-mata di sini??Amber lalu memilih untuk bersembunyi di balik tembok. Saat orang itu keluar dari kamar mandi, Amber pun cukup kaget karena dia adalah Santi, salah satu juru masak yang masih terbilang muda di rumah merek. Apa hubunga
Panggilan yang diabaikan berkali-kali membuat Ares spontan membanting ponselnya ke atas sofa dan membuat Anjar terkejut. Dia sangat penasaran bagaimana interaksi antara Chris, Amber dan Brandon malam ini sehingga dia menghubungi Santi terus menerus. Apakah mereka benar-benar hancur setelah Chalondra pergi? Ares sangat penasaran sebesar apa keberhasilan rencana mereka. Dia sudah tidak sabar untuk melakukan rencana selanjutnya, yaitu meneror Fransisco agar segera membahas lukisan itu dengan Marcus.“Si Santi ini ke mana sampai tidak mengangkat telepon?” Anjar malah bertanya dengan bodoh.“Andai saya tau dia di mana, saya tidak perlu sampai se kesal ini,” jawab Ares yang kemudian duduk di sofa yang ada di hadapan Anjar.“Mungkin masih sibuk di dapur. Ini kan jam makan malam, Opa.”“Bukan hanya panggilan yang tadi, tapi sejak sore pun dia tidak mengangkat telepon.”Anjar yang sedang membaca artikel elektr
Dominic sudah terlalu bosan berada di rumah sakit. Dia merasa sudah sehat meski lebam di wajahnya belum sepenuhnya hilang. Punggungnya yang kemarin beradu dengan sisi meja dan marmer kini meninggalkan rasa nyeri yang tidak seberapa untuk Dominic. Dia ingin keluar. Dia ingin bertemu Chalondra. Dia ingin kembali bekerja. Dia harus membujuk kedua orang tuanya.Namun bukan Marcus namanya jika dia langsung mengijinkan puteranya kembali terjun dalam segudang masalah yang sudah menantinya. Apalagi tentang kepergian Chalondra. Marcus belum siap menjelaskan apa pun dan juga belum siap terkena amukan Dominic. Sudah pasti Dominic akan murka.“Maksudnya apa sih ini, Pa? Aku sudah sehat! Aku mau kembali ke kantor, aku mau bertemu dengan Chalondra!” Belum mendengar tentang kepergian Chalondra saja Dominic sudah berbicara dengan nada do tinggi. Membuat Marcus dan Miranda saling bertukar pandang, seperti ingin meminta saran satu sama lain.“Apa kalian ingin me
Seakan sedang kontak batin dengan Dominic, Chalondra yang sedang mengeluarkan semua barang-barangnya dari koper, tiba-tiba merasa sesak di dadanya. Hatinya sakit tanpa tahu apa kenapa. Gadis itu terduduk di tepian kasur sambil memegangi bagian yang sakit itu. Entah kenapa dia langsung teringat Dominic. Apakah sesuatu terjadi kepada sugar daddy-nya itu? Apa Dom sudah bangun? Apa dia sudah tau Chalondra pergi? Chalondra mendesah. Sejak bertemu dengan Ken tadi, dia sudah berusaha untuk mengenyahkan Dominic dari dalam pikirannya. Apalagi setelah bertemu dengan tante Aliya dan Grace juga. Untuk sejenak Cha bisa melupakan kekosongan yang ada di dalam hatinya. Tapi, baru saja dia merasa berdebar dan sesak tanpa alasan. Feeling-nya mengatakan ini ada hubungannya dengan Dominic. Mau tidak mau, gadis itu pun terpaksa membiarkan bayang-bayang Dominic kembali mengusik dirinya. Kembali membuka luka yang mati-matian dia sembuhkan sendiri. Sudut matanya kembali basah. Dia mendongak
Marcus tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengijinkan Dominic keluar dari rumah sakit. Puteranya itu mengamuk dan menghancurkan properti kamar rawat inapnya sebagai bentuk rasa kecewa karena ditinggal begitu saja oleh Chalondra. Pagi ini Dominic sudah kembali bekerja, padahal wajahnya masih belum benar-benar pulih. Banyak karyawan yang terkejut saat pertama kali dia terlihat memasuki loby. Sebelumnya, mereka mendengar kabar jika Dominic tidak datang ke kantor, sudah berhari-hari. Kemudian, pagi ini putera dari direktur Inti Global itu muncul dengan kondisi wajah memar dan membiru. Tentu saja orang-orang mulai berspekulasi tentang apa yang terjadi dengan Dominic. Seakan tidak peduli dengan bisik-bisik di sekelilingnya, Dominic tetap dengan percaya diri tampil di depan umum saat memimpin rapat divisi marketing pagi ini. "Apa yang kalian maksud dengan klien komplain dengan kualitas produk kita?" "Iya, Pak. Tidak hanya di Jakarta, tapi beberapa klien
Anjar Sagara. Putera dari Sagara Theodor. Benarkah? Mengapa dunia ini sempit sekali? Dominic berkedip satu kali dan butuh waktu yang lama untuk kembali membuka kelopak matanya. Seperti ada yang berputar-putar di dalam kepalanya yang membuat dia pusing. Anjar Sagara. Sagara Theodor. Sagara Natural. Firdaus. Pemutusan kontrak sepihak. Anjar bekerja sama dengan Ares. Semua fakta ini memasuki pikiran Dom secara bersamaan dan mendesak otaknya yang sempit sampai ingin meledak. Jika Anjar bekerja sama dengan Ares, apakah itu berarti Ares juga berperan dalam rencana pemutusan kontrak kerja sama itu? Gila! Dia benar-benar ingin menjatuhkan Inti Global tempat dimana dia bekerja?! Lantas apakah dia juga tau jika Sagara Natural sudah beralih ke Cakrawala? Dominic memegangi pelipisnya sambil berpikir di tengah-tengah ruangan. "Apakah kalian berdua bersekongkol untuk membalas dendam kepadaku?" tanya Dominic dengan suara rendah. Dia seperti kehabisan
Seharian Chalondra mematikan ponselnya karena dia dan Ken sibuk dengan pendaftaran dirinya di kampus baru yang sudah dia pilih. Ah, mungkin tidak dipilih, namun dia tidak ada pilihan. Tentu saja dia memilih kampus yang sama dengan Grace, agar dia punya teman. Mana mungkin dia mau kelayapan sendirian di tempat asing tanpa ada yang menemani?Chalondra sedang kembali menyalakan benda pipih itu sambil menunggu Ken yang sedang turun membeli minuman dingin di supermarket. Seperti biasa, berjibun chat dan panggilan tak terjawab langsung berebutan masuk dan Chalondra menunggu hingga notifikasinya selesai.Mata Chalondra membulat, jantungnya pun berdetak tidak karuan saat dilihatnya ada tujuh panggilan tak terjawab dari nomor sugar daddy-nya, Dominic. Dada Chalondra sesak seketika. Dia rindu sampai rasanya ingin mati. Berpura-pura tegar itu rasanya sangat sulit, namun harus tetap dia lakukan demi kebaikan dia dan Dom. Chalondra menebak, Dominic pasti sudah mengetahui kepergiann