Share

Chapter 2 : Meet you again

Keesokan harinya.

Aura Mahadewi, seorang model terkenal mendatangi kantor Bimasena Group. Dia ingin bertanya maksud rumor yang beredar pada masyarakat jika Nagara dan Kai menjalin hubungan spesial. Namun tak mudah untuk menemui Tuan Muda Nagara sang presdir pemilik real estate yang sukses bahkan mempunyai penthouse 100 lantai.

"Gara, keluar kau! Apa benar jika Sekertaris Kai kekasihmu? Apa kurangnya aku sehingga kau malah memilih sesama pria?" teriak Aura berada didepan ruangan Nagara.

Sekertaris Kai mendorong wanita itu dengan kasar. Aura mendengus, bukan pertama kali ini ia mendapat perlakuan kasar dari Sekertaris Kai.

"Tuan Nagara sedang sibuk, anda bisa kembali minggu depan," ucap Sekertaris Kai.

Sekertaris Kai menyuruh petugas keamanan untuk menyeret Aura dari gedung ini. Pria dingin itu mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan sang tuan. Dia melihat Nagara sedang menatap jendela kaca jumbo yang menampilkan pemandangan kota metropolitan ini.

"Siapa yang menulis artikel itu?" tanya Nagara tanpa membalikan badan.

Sekertaris Kai merasa berat menyebut nama Sona, ia takut jika sang tuan akan menyakiti Sona.

"Aku bertanya padamu, sialan!" umpat Nagara.

"Maaf, tuan. Yang menulis artikel itu adalah Sona."

Nagara membalikan badan menatap sang sekertaris yang menunduk tak berani menatapnya.

"Wanita payah itu lagi? Hahahahaha..."

Sekertaris Kai memandang wajah senang sang tuan. Apa maksud dari tertawanya kali ini? Seolah menyimpan tanda tanya besar.

"Kairos Devandra, hahaha... Sejauh mana kau akan melindungi gadis itu namun tuan mudamu tak bisa di bohongi. Hahaha... cukup unik. Kau melindungi mantan pacarmu. Wah pengkhianat besar, kau lebih memilih wanita payah itu dari pada tuan mu?" ucap Nagara sambil tersenyum mendekati Sekertaris Kai.

Nagara membenarkan dasi Sekertaris Kai lalu menepuk bahunya dan membisikan sesuatu padanya. "Anjing kecilku sudah mulai nakal, mau terkena hukuman rupanya?" tanya Nagara menyeringai.

"Maaf, tuan. Saya tidak bermaksud mengkhianatimu."

Nagara berjalan kearah kursi kerjanya, ia menatap Sekertaris Kai dengan tatapan tajam. Sudah lama ia tidak mengerjai sang sekertaris yang sudah lama mengabdi padanya.

"Kai?"

"Ya, tuan."

"Push up sampai aku mengantuk!"

Sekertaris Kai langsung melakukan perintah sang tuan tanpa membantah. Dia push up sekuat tenaga, Nagara tersenyum tipis. Dirinya menikmati pertunjukan dari pria seumurannya itu.

"Terus kai! Aku belum mengantuk. Itulah hukumanmu karena berani menjalin asmara di belakangku," ucap Nagara.

"Maafkan saya, tuan!"

Nagara menyeringai, pria yang di kenal kejam itu memang tak main-main dalam menghukum seseorang. Hukuman push up masih wajar, ia pernah menghukum Sekertaris Kai menghitung jumlah pohon yang ada di kota ini.

"Kau masih mencintai Sona?" tanya Nagara.

"Tidak, tuan. Rasa cinta dan kasih saya hanya untuk anda saja."

Nagara bertepuk tangan, Sekretaris Kai yang nampak sudah kelelahan mulai terlihat ngos-ngosan.

"Jadi aku boleh menikahi Sona dan mempermainkannya semauku?" tanya Nagara.

"Terserah anda saja, tuan! Saya sudah tidak ada hubungan dengannya."

Nagara merasa senang, ia menyuruh sang sekertaris untuk berhenti push up. Itulah jawaban yang diinginkan oleh Nagara. Permainan ini akan menarik karena ia akan menikahi mantan pacar dari orang terdekatnya.

"Ambilkan aku minum! Kau yang push up, aku yang merasa haus," ucap Nagara sambil memegang lehernya.

Sekertaris Kai mengambilkan air putih untuk sang tuan. Nagara menenggaknya dengan cepat. Disaat bersamaan telepon di mejanya berbunyi. Sekertaris Kai mengangkatnya lalu menyuruh sang tamu untuk masuk ke ruangan sang tuan.

Gadis dengan memakai jaket kumal serta jeans yang robek membuat Nagara sangat kesal memandangnya. Ada ya wanita yang akan menemuinya memakai pakaian apa adanya seperti itu.

Sona langsung mendekati Nagara lalu meminum air putih bekas pria menyebalkan itu yang berada diatas meja.

Glek... glek... glek...

"Wah... Segarnya... Huh... air putih orang kaya memang rasanya sangat berbeda," ucap Sona.

Nagara semakin tertarik dengan Sona namun tidak pada penampilan Sona yang kucel dan bau keringat yang menusuk di hidungnya.

"Nona Sona, anda keterlaluan," ucap Sekertaris Kai.

"Hallo mantan pacar? Wah senang bertemu denganmu setelah putus," jawab Sona dengan mengejek.

Sona berjalan kearah sofa, ia duduk tanpa disuruh lalu mengangkat kaki ke atas meja. Sekertaris Kai langsung menurunkan kaki Sona namun Sona yang iseng menaikan kakinya lagi.

"Huh... aku orang sibuk. Apa yang kau ingin bicarakan, Tuan muda Nagara yang agung?" tanya Sona sambil bersedekap.

Nagara semakin tertantang dengan Sona. Baru pertama kali ini ia melihat wanita angkuh dan pemberani seperti Sona. Nagara beranjak dari kursinya lalu duduk di sofa di seberang Sona. Sekertaris Kai hanya berdiri di sebelah sang tuan Sambil memperhatikan Sona yang menatapnya penuh ejekan.

"Tanda tanganku di jidatmu belum hilang? Hahaha," ucap Nagara.

"Ya, seperti yang kau lihat tuan muda."

Nagara menyuruh Sekertaris Kai mengambil berkas yang ia siapkan. Setelah mendapatkannya, Nagara membaca tulisan pada kertas itu satu persatu.

"Sona Aprilia, penerima beasiswa penuh dan akan wisuda tahun depan. Bekerja paruh waktu di cafe sebagai penyanyi dan mendiang orang tuanya meninggalkan hutang di rentenir dan kini kau harus melunasinya," ucap Nagara.

Sona menelan ludah, ia menatap Sekertaris Kai. Pria sialan itu pasti memberi tahu pada sang tuan mengenai informasi pribadinya. Namun Sona masih bersikap sok tangguh di depan Nagara.

"Bagaimana jika beasiswamu aku cabut dan aku menuntutmu atas dasar artikel hoax yang kau buat jika kami seorang gay?" ucap Nagara.

"A--a--pa yang sebenarnya kau mau?" tanya Sona berdebar ketakutan.

Sekertaris Kai memberikan berkas yang lain pada Nagara lalu Nagara memberikannya pada Sona. Sona membacanya dengan melotot, di kertas itu menjelaskan mengenai bayaran dari seorang istri untuk Nagara.

"Satu bulan 10 juta?" tanya Sona tidak percaya.

"Bagaimana? Kurang?" tanya Nagara. "Kai, tambahkan 10 juta lagi perbulan untuk wanita payah ini!" sambung Nagara yang menyuruh sang sekertaris.

"Baik, tuan."

Sona membaca lagi berkas itu, hanya menjadi istri bayaran Tuan Nagara hanya beberapa bulan ia pasti bisa melunasi hutang pada rentenir menjijikan itu.

"Tapi kenapa kau menawariku menjadi istri bayaranmu? Banyak wanita lain yang cantik bisa menjadi istri palsumu untuk menghindari perjodohan," ucap Sona heran.

"Jika kau tidak mau tak masalah, aku bisa menawari wanita lain."

Sona menggelengkan kepala. Dia sangat mau menjadi istri sementara bagi Nagara hanya 6 bulan saja. Dia sudah tidak memperdulikan harga diri yang terpenting ia bisa melunasi para rentenir yang menagihnya hampir setiap hari dan tentu saja membuatnya muak.

"Apa saja yang harus aku lakukan saat menjadi istrimu, tuan muda?" tanya Sona penasaran.

"Hahaha... pertanyaan menarik. Kau hanya perlu menggunakan pakaian dalam saat tidur bersamaku nantinya," jawab Nagara.

Sona langsung memundurkan badan dan memeluk dirinya sendiri. Dia menatap Sekertaris Kai yang juga menatapnya dingin. Sona tersenyum menyeringai, dia ingin membalas dendam dengan Sekertaris Kai.

"Oh tentu saja, tuan muda. Bahkan aku bisa melepas semua pakaianku jika kita satu kamar bersama," ucap Sona.

Mampuslah kau, Kai sialan!  Batin Sona.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status