🌻Prolog🌻
Wanita mana yang tidak akan hancur dan terpuruk jika seorang laki-laki yang sama sekali tidak dia cintai tega merebut mahkota paling berharga dalam dirinya hingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan! Pasti dunia ini terasa sempit dan menghimpit. Itulah yang aku rasakan. Awalnya aku adalah seorang gadis yang periang dan selalu menikmati hidup walau dengan kesederhanaan. Tapi kini?
Kekagumanku pada sosok supervisor yang terlihat sangat berwibawa dan bijak dalam mengambil sikap, seketika berubah menjadi sebuah kebencian yang sangat teramat karena dia dengan teganya menodaiku hanya gara-gara aku tidak sengaja menumpahkan secangkir kopi ke pakaiannya. Hidupku hancur! Masa depanku hilang sudah. Akibat dari perbuatan kejinya, aku akhirnya harus mengandung janin yang berasal dari benih yang pernah dia semburkan ke tubuhku tanpa izinku sama sekali. Laki-laki itu membuatku merasakan hidup dalam kesengsaraan, dan yang lebih membuatku terluka lagi adalah, laki-laki yang memerkosaku itu tak lain adalah kekasih ibuku!
Aku adalah seorang anak yatim. Ayahku sudah lama meninggal dunia sejak aku masih duduk di bangku SMP. Aku dibesarkan oleh ibuku yang merupakan seorang pengusaha yang bergerak dibidang fashion desainer terbesar di negeri ini. Tapi, aku tidak pernah mengandalkan harta orang tuaku untuk bermanja-manja. Aku malah senang ketika mendapatkan uang dari hasil kerja kerasku sendiri. Hingga peristiwa kelam itu terjadi, dan mengubah semua jati diriku. Inilah kisahku.
🌼🌼🌼🌼
Anandita Aldaina, itulah namaku. Cantik bukan? Sama seperti orangnya, he he he. Seperti biasa setiap senin pagi, gadis cantik berkulit putih, bertubuh semampai ini akan bersiap-siap berangkat ke kantor. Tu kan lagi lagi muji diri sendiri. Sok kecakepan deh aku!
Lanjut ya, hari ini aku harus menyerahkan laporan penjualan kepada sang supervisor. Setiap hari senin adalah jadwal offku bekerja. Dihari lainnya, aku ditugaskan untuk stay di supermarket yang cukup ternama di kota Jakarta.
Aku berjalan keluar kamar, mengunci pintu kamarku dan melangkah hendak keluar rumah. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat namaku dipanggil oleh seseorang dari belakang.
"Anandita, mau kemana kamu?"
Aku menoleh ke belakang mencari arah suara itu. Ibuku yang bernama Siska datang mendekat ke arahku.
"Ya mau ke kantor lah, Bu! Ibu kan tahu setiap senin pagi aku selalu ke kantor untuk menyerahkan laporan hasil penjualanku minggu kemarin kepada atasanku!" jawabku.
"Anandita, kenapa sih kamu mau bekerja sebagai sales? Ibu masih bisa kok membiayai kuliah kamu! Membelikanmu mobil dan memfasilitasi kamu. Kenapa kamu harus capek-capek bekerja dengan gaji bulanan yang bahkan bisa ibu beri kepadamu untuk seminggu. Ibu akan memberikanmu uang jajan tiga kali lipat dari gajimu yang tidak seberapa itu! Tapi dengan syarat kamu harus keluar dari pekerjaan ini!" cetus ibuku.
"Maafkan aku, Bu! Bukan aku tidak mau menerima uang yang Ibu berikan kepadaku! Tapi, aku ingin mandiri Bu! Aku ingin tahu gimana susahnya cari uang. Aku ingin punya pengalaman bekerja sebelum aku masuk kuliah tahun depan, Bu!" balasku lagi. Ku lihat tatapan ibuku semakin tajam melihat ke arahku.
Aku adalah sosok gadis yang tidak pernah meminta, termasuk kepada ibu kandungku sendiri. Aku merupakan seorang wanita yang mempunyai tekad kuat. Bagiku, pengalaman adalah segalanya. Bekerja sebagai SPG B.A di salah satu perusahaan yang menjual kosmetik dan perlengkapan kecantikan, membuatku sangat antusias. Walau gaji bulanan itu tidak seberapa bagi seorang anak desainer ternama seperti diriku, tapi Aku tidak pernah mengeluh. Sekecil apapun bayaran yang aku terima setiap bulannya, aku selalu bersyukur karena uang tersebut adalah hasil dari usahaku sendiri. Dan pekerjaan sebagai Beauty Advisor adalah salah satu pekerjaan yang bisa menerima ijazah SMAku.
Membahas tentang sosok ibu kandungku, wanita paruh baya yang berusia sekitar empat puluh lima tahunan ini adalah merupakan seorang fashion desainer sukses. Ibuku ini masih sangat cantik di usianya yang menginjak kepala empat. Walau bertubuh sedikit gemuk, tapi tampilannya selalu terlihat mempesona, karena dia adalah seorang perancang busana yang handal, ibuku ini bisa menempatkan pakaian mana saja yang cocok untuknya dan untuk orang lain. Itu sebabnya penampilannya selalu terlihat sangat anggun. Dia terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usianya.
"Dita! Kalau kamu memang kepingin bekerja, dan menghasilkan uang sendiri, kamu bisa bekerja di boutique ibu! Kamu bisa belajar merancang busana di sana. Kamu juga akan ibu kuliahkan ke kejuruan fashion desain! Agar kamu nantinya bisa mengelola sebagian besar boutique yang ibu bangun!" cetus ibuku lagi.
"Oh, ayolah Bu! Aku baru dua bulan bekerja di perusahaan itu. Aku baru saja menikmati hasil dari kerja kerasku. Masa aku harus mengundurkan diri sih!" protesku.
"Sudah ibu katakan! Ibu akan memberikan uang jajan yang lebih banyak dari gajimu. Kamu bekerja di perusahaan itu hanya sebagai sales! Dan, itu sangat membuat ibu malu, Anandita! Ibu mohon mengertilah!" ketus ibuku dengan nada yang sedikit meninggi.
"Kenapa Ibu harus malu? Pekerjaanku ini halal! Aku juga tidak akan berbuat yang tidak tidak. Aku hanya ingin mencari pengalaman pribadi, Bu. Aku ingin dalam satu tahun ini aku mendapatkan pengalaman dalam bidang pekerjaan, sebelum nantinya aku masuk kuliah dan aku harus fokus belajar," jawabku.
"Anandita! Pikirkan pandangan orang kepada ibu! Bagaimana mungkin seorang anak desainer ternama di Negeri ini bisa bekerja sebagai sales promosi, sementara ibunya mempekerjakan orang orang dengan gaji yang tinggi!" bentak ibuku.
"Sudahlah, Bu! Aku tidak mau memikirkan padangan orang kepadaku atau kepada Ibu! Yang penting aku bekerja dengan gaji yang halal!" jawabku. "Ya udah, aku sudah telat Bu! Aku permisi dulu."
Aku lalu melangkahkan kaki keluar rumah megah orang tuaku.Tanpa menghiraukan jeritan ibuku yang memanggil namaku.
"Anandita! Kembali!"
****
Ojek online yang aku pesan secara online sudah muncul di depan pagar rumah. Hal itu semakin membuat ibuku menggeram. Aku tahu karena sedetik lalu aku melirik wajahnya. Dia terpaku di teras rumah melihat kepergianku bersama abang tukang ojek.Aku juga tahu yang ada di pikiran ibu saat ini pasti dia sedang mengutuk perilaku diriku. Dia pasti kesal melihatku naik ojek padahal ibu mempunyai supir pribadi yang bisa aku pakai jasanya kapan saja. Tapi aku tidak mau melakukan itu dengan alasan, masa iya sih seorang karyawan biasa seperti aku di antar naik mobil mewah. Apa kata orang nanti? Aku memang merahasiakan kekayaan orang tuaku kepada teman-teman sekantor dan teman-teman yang bekerja di satu supermarket denganku.Banyak alasan yang aku lontarkan ketika salah satu atau kumpulan dari mereka meminta untuk datang ke rumahku. Aku tidak ingin mereka tahu akan kemegahan dalam hidupku. Aku ingin melihat ketulusan dari mereka, berteman de
Aku sudah berada di depan ruangan supervisorku. Aku masuk ke dalam ruangan itu dan menutup pintu. Pak Bryan mempersilakan aku untuk duduk di kursi yang tersedia di depan meja kerjanya. Aku pun menurut. Sementara itu dia sibuk mengotak atik laptopnya."Mana laporan hasil penjualanmu? Sini berikan kepada saya," pinta Pak Bryan sambil menjulurkan tangannya ke hadapanku."Baik Pak! Sebentar!" Tanganku langsung masuk ke dalam tas, mencari notebook yang berisi tulisan tulisan tentang laporan penjualanku selama seminggu belakangan."Ini Pak." Aku menyerahkan notebook itu kepada atasanku. Pak Bryan menerimanya. Dia lalu memeriksa notebookku dengan seksama. Ku lihat alisnya yang bak semut beriring itu naik turun membaca notebookku, lalu wajahnya tampak manggut manggut tak menentu."Hem, ternyata kamu pintar juga mempromosikan suatu barang ya, hasil penjualan kamu sangat baik ... dan meningkat dua kali lipat dari bulan kemarin." Pak Bryan tersenyum lebar ke arahku.
Jleb!Aku tersentak ketika tangan pak Bryan menggenggam tanganku. Aku terpaksa menghentikan aktivitas mengilap kemejanya. Aku langsung memandang wajah pak Bryan yang sudah memandang wajahku duluan. Menatapku tajam hingga seluruh tubuhku gemetaran. Tanganku yang sedang dipegangnya sampai terasa dingin dan kaku. Sumpah demi apa coba, pak Bryan menatap mataku begitu dekat. Aku menundukkan pandanganku, menghindari tatapan matanya. Aku tarik tanganku dan segera aku menjauh dari sisi supervisorku ini."Maafkan saya, Pak!"Sekali lagi, dan mungkin akan berulang kali lagi aku mengucapkan kalimat ini. Sambil terus menunduk menahan rasa malu, aku menunggu jawaban atas permintaan maafku kepadanya.Ayo dong Pak! Jangan diam saja! Katakan sesuatu yang membuat hatiku tenang. Aduh! Bagaimana ini! Apa aku harus pamit padanya? Atau aku sebaiknya mengundurkan diri saja! Jika begini terus, aku bakalan mati karena menahan malu!"Kamu tahu ini masih jam berapa?"
Setelah noda kopi itu menghilang, aku kemudian mengibas-ngibaskan kemeja itu agar bagian yang aku basuh tadi segera mengering. Semerbak harum parfum dari kemeja yang ku pegang saat ini tiba-tiba menyapa hidungku. Aku menghirupnya dalam-dalam. Ah! Benar-benar sangat memanjakan hidung dan pikiranku. Untuk beberapa saat, aku terdiam dalam lamunan. Tapi, lamunanku tiba-tiba buyar ketika seseorang masuk ke dalam toilet. Aku tersadar. Kepalaku langsung menggeleng-geleng tak menentu. Sebisa mungkin aku membuang pikiran kotor yang bersarang di kepalaku.Ku lihat wanita yang baru masuk ke dalam toilet tadi menaikkan satu alisnya ke arahku. Mungkin dia heran melihatku karena mendapati aku yang sedang menghirup udara di dalam toilet, padahal aku sedang menikmati harumnya parfum dari baju supervisorku ini. Tanpa mempedulikan tanggapan dari wanita yang juga tim leader di kantorku ini, aku langsung melangkah keluar menuju ruangan supervisorku kembali.Tok tok tok...Aku mengetuk
Eh, apa-apaan ini! Pak Bryan semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Aku melihat sorot matanya yang begitu memancarkan gairah kepadaku. Ketakutanku semakin menjadi-jadi saat laki-laki ini mencium bibirku. Aku meraung, segera menjerit. Tapi, jeritanku tertahan dalam mulutnya. Aku memukul-mukul dan mendorong-dorong dadanya. Tapi sepertinya itu tidak berdampak apa-apa pada dirinya. Dia tetap terpacu, mencium bibirku secara brutal."Lepaskan akuuu!!"Kata-kata itu yang terlontar dari mulutku. Tapi, sekali lagi. Suaraku tertahan di dalam mulutnya."Lepaskan aku!! Dasar bejat kau! Baj**ngan!!"Aku mulai menyadari sepenuhnya apa yang akan dia lakukan kepadaku. Terlebih saat ini dia mulai menjelajahi bagian dadaku. Saat aku ingin kembali berteriak, secepat kilat tangannya menyumpal dan menekan mulutku dengan kuat. Aku semakin memberontak. Ku tarik-tarik rambut belakangnya dan ku pukul-pukul kepalanya dengan kuat. Tapi dia tetap tidak merespon pukulan dariku.
Bryan POV~Aku belum terlalu mengenal S.P.Gku yang satu ini. Selama ini aku hanya melihat dia di kantor saat ada meeting bersama team leader dan supervisor. Itu juga saat dia sedang berbaur dengan teman-teman S.P.Gnya yang lain. Aku belum sempat visit ke store yang dia tempati karena gadis ini memang masih terbilang baru menjadi karyawan di perusahaan ini. Dan biasanya, karyawan baru seperti dirinya akan divisit oleh team leader saja.Saat aku melihatnya pagi tadi ngedumel sendirian, saat itu pula aku tiba-tiba merasa gemas pada dirinya. Entah mengapa, aku memberinya kesempatan untuk berdiskusi denganku hanya dengan empat mata. Saat dia tidak sengaja menumpahkan secangkir kopi dan kopi itu mengenai kemejaku, saat itu pula ku lihat dia menjadi kaku dan serba salah. Aku memahami apa yang ada di hatinya. Gadis ini pasti ketakutan karena tidak sengaja menumpahkan kopi itu dan mengenai pakaianku.Dengan sigap dia bangkit dari duduknya dan mengambil selembar tissue dari
Ananditha POV~Isak tangisku masih belum berhenti. Jika saja rasa sakit ini tidak menerpaku, aku pasti sudah berlari ke arah pintu dan keluar dari ruangan yang di mataku sudah berubah menjadi neraka. Penyesalan selalu datang terlambat, sepertinya kalimat itu yang mewakili perasaanku saat ini. Jika saja aku mendengar dan menuruti perintah ibu untuk tidak lagi bekerja di perusaahan ini, pasti kejadian ini tidak akan terjadi padaku. Oh Tuhan, tolongkah diriku! Aku tidak tahu lagi harus bagaimana sekarang! Rasanya hidupku benar-benar sudah gelap dan tidak bercahaya.Dalam keterpurukan diriku, laki-laki iblis itu terlihat sedang menerima telepon dari seseorang. Dia duduk di kursi kekuasannya sambil tersenyum mesra saat mendengar dan menjawab teleponnya. Aku dapat mendengar apa yang dia bicarakan, dia berbicara sangat mesra kepada orang yang berada di sebrang sana. Sepertinya lawan bicaranya itu adalah seorang wanita. Itu terlihat ketika dia memanggil lawan bicaranya dengan se
Ya, Tuhanku! Sekali lagi, atau bahkan akan berulang kali aku bermohon kepadamu, tolong aku agar aku bisa segera pergi dari neraka ini! Aku ingin lepas dari cengkraman iblis yang ada di sampingku ini! Aku sudah kehabisan tenaga untuk memberontak, bahkan untuk bersuara saja aku sudah tidak sanggup.Dengan tubuh yang masih bergetar, aku berusaha menahan bulir air mata agar tidak lagi jatuh dari pelupuk mataku. Seberapapun lembutnya sentuhan yang dilakukan oleh laki-laki keji ini saat ini, tidak melongsorkan kebencianku terhadap dirinya. Dia yang telah membodohiku dengan menyuruhku untuk melakukan perintahnya, dia yang telah menindih dan memperkosaku dengan sadis tanpa memikirkan kesakitan yang aku rasakan sama sekali, dan dia yang telah menyemburkan air hinanya ke dalam tubuhku tanpa izin dariku!"Anandita!" Laki-laki ini mulai bersuara lagi. "Tak peduli seberapa bencinya kau melihatku saat ini ... mulai saat ini aku akan bertanggungjawab atas perbuatanku ke