Share

BAB 5 Perjodohan Adam

“Beginilah karena kamu terlalu sibuk menangani perusahaan dan bersenang-senang, maafkan kami Tuan Carltzon, dia memang masih seperti itu,” ucap Abraham kepada pasangan di depannya.

“Kami mengerti, Sharena juga masih sangat manja,” ucap Carltzon menimpali.

Adam jelas tidak mengetahui jika kedua orang tuanya itu baru saja menyepakati tanggal pertunangan dan tanggal pernikahannya dengan Sharena.

Dia tak bisa berkutik, terlebih semua itu dilandaskan oleh kepentingan bisnis dimana Hussein Group dengan Carltzon Group dipastikan akan membangun afiliasi dagang dalam satu brand fashion baru yang kini tengah dirintisnya itu.

“Ibu, kenapa kau tidak membicarakannya lebih dulu kepadaku?” ucap Adam kepada sang mama.

Lucy hanya tersenyum menatapnya.

“Usiamu sudah 35 tahun dan belum ada satu wanita pun yang kau kenalkan kepada kami, apa menurutmu kami tidak mencemaskanmu?” ucap Lucy saat mereka kembali menuju mobil.

“Dengar Nak, Ayah sudah membuat keputusan dan tanggal itu tidak bisa lagi kau tolak! Puaskanlah hasratmu dengan para jalangmu itu sebelum tanggal tersebut, atau kau akan berhadapan dengan Ayah!” ucap Abraham kepada sang putra.

“Tidak Ayah! Aku tidak akan pernah menikahi Sharena! Lagi pula aku sudah memiliki pilihan!” ucap Adam sambil melangkah masuk ke dalam mobilnya.

Namun mobil tersebut tak juga melaju karena Jhon bingung.

“Kau bekerja pada siapa Jhon?” tanya Adam dengan mata menusuk tajam.

Dan Jhon pun segera menancap pedal gas mobilnya.

“Dasar anak susah diatur!” umpat Abraham di dalam hatinya.

“Sudah ku bilang, seharusnya kita menanyakannya dulu kepada Adam?” ucap Lucy sambil mengikuti suaminya masuk ke dalam mobil.

Sementara itu, di luar dugaan semua orang. Sharena ternyata belum pulang. Dia awalnya akan meminta pulang bersama Adam. Namun belum pun niatnya tersampaikan, Sharena harus menerima pil pahit dengan mengetahui jawaban Adam atas perjodohan mereka.

“Dia menolakku? Mana boleh, Adam ... siapa wanita yang menjadi pilihanmu? Aku akan merusaknya!” ucap Sharena membatin.

Sementara itu di salah satu gedung yang berada di kota yang sama.

“Jadi dia sudah kembali kesini?” ucap lelaki berperawakan tegap dengan kacamata melekat di wajahnya yang semakin membuatnya terlihat matang juga berkharisma.

Di depannya, foto Fanny tengah digenggamnya dengan sangat erat.

“Aku akan mendapatkan hatimu dengan cara apapun, dan aku akan menemukanmu,” ucap lelaki bernama Ardian Shwaley tersebut membatin.

Lelaki keturunan Shwaley ini adalah salah satu pengusaha muda yang juga menjadi pesaing ketat Hussein Group dalam bidang entertainment.

Shwaley memiliki agensi perfilman yang sangat cukup diperhitungkan.

“Tuan CEO, jadwal untuk besok adalah pertemuan dengan Hussein Group untuk kerja sama film terbaru kita,” ucap sekretarisnya yang bernama Cleo.

“Tentu, siapkan semua berkasnya, ini akan membuat ledakan hebat dalam industri film karena untuk pertama kalinya kita akan bekerja sama dengan rival terhebat kita,” ucap Ardian dengan sangat bangga.

“Baik Tuan, semua data sudah berada di sini,mohon diperiksa segera,” ucap Cleo.

Ardian mulai membacanya dengan teliti satu demi satu.

“Fanny Cesa? Dia konsultan hukum Hussein Group?” ucap Ardian bertanya.

Wanita berambut dicepol di depannya itu pun segera mengangguk mengiyakannya.

“Begitulah data konfirmasi yang kudapatkan dari Sekretaris Jhon,” ucap Cleo sambil menunjukan surel dari Hussein Group kepada Ardian.

Senyuman penuh semangat menghiasi wajah Ardian saat ini.

“Dia jelas Fanny, kelinci kecilku!” ucap Ardian sambil menutup berkas di tangannya.

“Anda tidak membacanya sampai tuntas?” tanya Cleo.

“Tidak perlu, ini akan menarik, jadi biarkan saja apa yang mereka lakukan akan kuikuti,” ucap Ardian.

“Anda mengambil resiko besar, Tuan,”ucap Cleo.

“Demi cinta, aku akan melakukannya... Fanny ... “ ucap Ardian disertai gumaman setelahnya.

Cleo hanya tersenyum, wanita berumur separuh abad itu bukan hanya sekretaris Ardian tetapi juga seperti Ibu untuknya.

Ardian kecil yang terpaksa hidup di panti asuhan karena dibuang oleh salah satu keluarganya itu telah lama mengenal Fanny selama mereka di panti.

Dan Cleo, adalah pengasuh baby Ardian yang akhirnya berhasil menemukan sang Tuan Muda setelah lima belas tahun pencariannya yang tidak pernah terhenti.

Ardian adalah pewaris Schwaley Group dimana kedua orang tuanya tewas terbunuh sementara Ardian sendiri yang kala itu masih berusia tujuh belas bulan dibuang oleh pelaku. Namun garis tangan dan kehidupan masih melindunginya, sehingga Ardian kecil terselamatkan oleh seorang pengasuh panti yang mendengar tangisannya di sudut kebun.

Kembali kepada Fanny.

Wanita itu sudah selesai dengan semua pekerjaannya hari ini dan tengah bersiap hendak pulang ketika mendengar suara Adam masuk ke dalam ruangannya.

“Kau mau kemana?” Adam bertanya.

“Sudah jam lima sore Tuan, sudah jam pulang,” ucap Fanny menjawabnya.

Adam pun melirik arlojinya, dia tak bisa menahan Fanny lebih lama.

Dia pun meloloskan Fanny untuk pulang.

Fanny baru saja berbelok di koridor ruangan, namun langkahnya terhenti ketika berpapasan dengan Jhon.

“Selamat sore,” ucap Fanny memberikan salam menyapa Jhon yang datang dengan seorang wanita paruh baya namun masih terlihat segar dan juga sangat eksklusif dengan semua branded ternama yang dikenakannya.

“Siapa dia?” tanya Irma dengan tatapan menyipit menatap Fanny dengan bertanya kepada Jhon.

“Perkenalkan Nyonya Carltzon, dia adalah Konsultan Hukum Hussein Group yang baru, Nona Fanny Cesa,” ucap Jhon mengenalkan Fanny kepada Nyonya Besar Carltzon Group ini.

Sejurus kemudian, tatapan Irma menjelajahi Fanny mulai dari ujung rambut hingga ujung kakinya.

“Wanita dekil seperti ini menjadi konsultan hukum Hussein Group? Apakah ini tidak salah? Dia akan mendampingi CEO kalian dalam setiap pertemuan pentingnya, dia akan menjadi wajah Hussein Group? Aku sangat meragukannya!” ucap Irma yang langsung bergegas pergi setelahnya.

GLEG

Fanny langsung memandangi tubuhnya, wanita ini hanya bisa meneguk salivanya yang mendadak tercekat perih sambil meratapi nasibnya yang selalu saja dihujat dan dihina.

“Aku baik-baik saja, tenanglah Fanny ...” ucapnya memonolog dirinya sendiri.

Dia memang menyadari jika dia hanya mengenakan pakaian seperlunya, semua pakaiannya itu hanya bisa dibelinya dari hasil kerja part time yang disambinya selama kuliah.

Dia menyadari hal tersebut, lalu tersenyum menghibur dirinya sendiri.

Fanny meneruskan langkahnya untuk pulang, sesampainya di luar dia melihat ratusan karyawan memenuhi halaman perusahaan yang sangat megah nan luas ini.

Dia tersenyum-senyum sendiri sambil memandangi nama perusahaan yang melekat kokoh pada dinding gedung di hadapannya ini.

“Aku baru saja memulai langkahku disini, bersabarlah diri,” ucap Fanny sambil duduk di halte dan menunggu bis kota yang akan menjadi andalannya memangkas jarak dari kosan ke tempatnya bekerja.

Dia harus bisa bertahan demi memulai semua impiannya sejak lama. Meski menghadapi seorang bos seperti Adam akan membuatnya lelah jiwa raga, tapi demi pekerjaan pertamanya ini maka Fanny akan bersabar dan bertahan.

Sementara itu, tanpa Fanny sadari.

Adam mengikutinya diam-diam dengan menggunakan hoodie hitam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status