Share

BAB 3 Ternyata Dia?

Setelah mengetahui jika Fanny itu adalah benar-benar calon kuasa hukum perusahaannya. Adam pun memutuskan melepaskan Fanny.

“Antarkan dia dengan barang-barangnya, ke tempat yang dia mau dan jangan lupa untuk menuliskan alamatnya!” ucap Adam kepada Jhon.

Lelaki itu memilih langsung berangkat ke perusahaan dan membiarkan Jhon mengurusi Fanny.

“Kau benar-benar akan mengantarkanku ke alamat yang aku tuju bukan? Jika tidak, tidak masalah aku bisa memesan taksi,” ucap Fanny dengan ketakutan yang besar.

“Nona, tidak ada taksi di tempat ini meski kau akan menunggu berjam-jam, silahkan naik,” ucap Jhon dengan raut ramahnya.

Fanny pun mengangguk dan segera melangkah masuk menuju mobil.

Setelah menyerahkan secarik alamat kepada Jhon, wanita itu pun duduk manis di kursinya tanpa pembicaraan sepatah kata pun.

“Menarik,” gumam Jhon yang melihat ada hal khusus yang dimiliki Fanny.

Wanita itu bahkan tidak menggunakan make up, tapi pancaran kecantikannya begitu mempesona. Begitulah Jhon mulai mengerti perubahan sikap dari atasannya tadi.

“Anda yakin berhenti di sini?” tanya Jhon.

“Tentu, terima kasih sudah mengantarkan, oh ya Tuan ... tetaplah seramah itu ... Anda lebih keren dari bos Anda itu, sangat menyeramkan,” ucap Fanny sambil bergegas pergi setelahnya.

Jhon nyaris saja terpingkal-pingkal mendengarnya, namun sebuah motor yang terhenti di belakang mobil membuat Jhon berpikir ribuan kali.

“Sialan! Dia bilang aku menyeramkan?” ucap Adam yang langsung melangkah turun dari motornya itu.

“Tuan, Anda menyusul?” tanya Jhon yang bingung.

Namun mata Adam terus mengikuti sosok Fanny yang kini tengah berjalan di gang sempit di depan mereka.

“Aku bisa mengikutinya jika Anda mau,” ucap Jhon yang melihat Adam terus mengawasi Fanny.

“Tidak perlu! Rumah tikus dara ya … pasti gang kecil seperti ini! Ayo kembali ke perusahaan!” ucap Adam yang kembali menaiki motornya lalu menikung cepat berbalik arah ke perusahaan.

Jhon tersenyum lebar melihat atasan nya itu.

Sesampainya di perusahaan.

“Kenapa dia tak juga datang?” ucap Adam yang terus menunggu kedatangan Fanny dengan gelisah.

Laki-laki ini berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya.

TAPP TAPP

Suara langkah sepatu heels khas wanita terdengar di telinganya.

Adam yang berpikir jika itu Fanny pun bergegas duduk di kursi kerjanya dan mengatur posisi terbaiknya untuk terlihat sibuk.

“Tuan,” ucap Sharena.

“Kau?” jawab Adam yang sangat kecewa karena yang datang bukanlah Fanny melainkan Sharena.

“Maaf Tuan, Nona Fanny- calon kuasa hukum legal Anda mengkonfirmasi dan meminta waktu sampai besok untuk datang,” ucap Sharena kepadanya.

“Tidak bisa, dia tetap harus datang hari ini atau tidak sama sekali, kita sudah lama menunggunya tapi dia seenaknya saja datang dan menunda-nunda, dipikirnya ini perusahaan moyangnya!” ucap Adam panjang lebar membuat Sharena pun terperangah.

“Cepat telpon dia dan suruh dia datang dalam tiga puluh menit!” ucap Adam menambahkan.

“Baik Tuan,” jawab Sharena dengan tatapan yang masih melongo karena bingung juga terkejut.

Bagaimana tidak, sudah dua tahun Sharena bekerja di sini dan baru kali ini dia mendengar Adam bicara sangat panjang lebar kepadanya. Mengingat biasanya hanya tidak perlu,baiklah, terima kasih, dan kata kata standar lainnya saja yang diucapkan lelaki tersebut.

Tatapan Sharena pun mengunci Jhon yang juga menatapnya penuh arti.

Sesampainya di ruangannya, Sharena kembali menghubungi Fanny.

“Nona Fanny, mohon maaf tapi CEO kami ingin Anda datang dalam tiga puluh menit atau penawaran kami akan dibatalkan,” ucapnya kepada Fanny.

Sharena menutup teleponnya. Wanita ini masih memutar otaknya seraya memandangi bioprofil seorang wanita di depannya.

FANNY CESA?

“Kenapa aku merasa akan mendapat masalah dengan kehadiran wanita seculun ini?” ucap Sharena sambil memandangi foto kusam Fanny di depannya yang berambut coklat dan juga berkacamata tebal ini.

Bagi Sharena, foto ini jelas tidak menarik sedikitpun, tapi dari perubahan Adam tadi Sharena menjadi khawatir jika saja wanita ini akan menjadi masalah yang mengancam perjuangannya menaklukkan Adam.

“Tidak mungkin, Adam lelaki normal dan juga sangat tampan ... dia pasti akan lebih memilih wanita sepertiku,” ucap Sharena menambah rasa percaya dirinya.

Sementara itu di salah satu kamar kost Lotus. Fanny tengah menyisir rambut coklatnya itu dengan perlahan.

“Aku harus mengecat rambut merah ini lagi,” ucapnya sambil memperhatikan sebagian dari ujung rambutnya yang telah kembali menunjukan warna aslinya yang merah setelah beberapa minggu tak di cat ulang.

Fanny juga kembali mengenakan kaca matanya.

“Sudah cukup,”ucapnya.

Fanny memang telah satu tahun ini rajin menutupi identitas aslinya dengan warna rambut coklat dan juga kacamata besarnya. Bukan apa-apa, dia tidak mau membuat lelaki di sekitarnya memandangnya lebih hanya karena rambut merah yang dipercaya sangat disukai kaum adam mengingat katanya wanita berambut merah cenderung memiliki gairah yang sangat besar dan sangat pandai melayani ranjang lelakinya.

Inilah yang membuat Fanny tidak nyaman sehingga dia memutuskan untuk menyembunyikan identitasnya itu.

Melangkah ke perusahaan Hussein Group, adalah mimpi terbesarnya. Setelah lama hidup di panti asuhan dan dengan beasiswa murni dia bisa masuk di Fakultas Hukum Oxford University, bekerja di Hussein Group yang merupakan salah satu raksasa bisnis di negaranya ini adalah mimpi terakhirnya.

“Nona, saya akan menemui Tuan Adam Zayyid Hussein,” ucap Fanny kepada staff di lobi.

“Identitas Anda?”tanya staff tersebut.

Fanny pun menyerahkan kartu identitasnya itu kepadanya.

“Nona, silahkan ikut dengan saya,” ucap staff tersebut sambil terus melangkah.

Fanny mengikutinya dengan antusias. Matanya mengitari seluruh ruangan lobi yang sangat besar ini.

“Hussein Group, i am coming” ucap Fanny sambil terus melangkah.

Sesampainya di depan pintu ruangan bertanda CEO ROOM, staff tersebut mempersilakan Fanny untuk masuk.

“Terima kasih,”ucap Fanny.

Dengan langkah yang mendadak gemetaran, Fanny melangkah masuk ke dalam ruangan luas yang sangat lengang dan sepi itu.

“Kau terlambat datang di hari pertama mu bekerja! Bagaimana seorang kuasa hukum bisa melakukannya?” ucap seseorang yang sangat dikenalnya itu terdengar dari arah sudut ruangan.

“Kau? Sedang apa kau di sini? Apa urusanmu mengomentariku, aku kesini untuk menemui Tuan Adam Zayyid Hussein, bukan lelaki tak bermoral sepertimu!” ucap Fanny sangat kesal.

“Aku tidak percaya akan mempekerjakan seorang ahli dengan kelakuan brutal sepertimu!” ucap Adam sambil melangkah dan segera duduk di kursi kerjanya.

“Siapa juga yang akan bekerja sama kamu!” ucap Fanny sambil mendelik kesal.

Namun semakin menolaknya, Adam justru semakin tertarik kepada Fanny.

“Ini namaku, lihat foto itu? Akulah Adam Zayyid Hussein!” ucap Adam sambil mengetuk-ngetukan jari tangannya di meja.

Fanny terdiam, wanita itu mendadak bungkam ketika melihat apa yang ditunjukkan Adam kepadanya.

Wanita hanya bisa melongo sambil memperhatikan kembali nama lengkap yang terukir pada meja yang bertuliskan nama CEO Hussein Group sesuai dengan yang tertera pada surat kontrak kerjanya.

"Gila? Ini tak masuk akal! Bagaimana seorang bodoh dan omesh seperti dia menjadi pimpinan Group sehebat ini? Ahhh... Bagaimana ini?" batin Fanny.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status