Share

BAB 2 Tikus Dara

“Kau mau lari kemana?” ucap Adam yang kini berdiri di belakangnya. Seketika itu juga Fanny menghentikan langkahnya.

Jantung Fanny berfegup tak menentu mendengar suara barithon Adam yang mulai diingatnya itu.

“Kau sangat pemberani untuk seekor tikus, dan kau juga cukup menggoda rupanya,” ucap Adam sambil menghembuskan napasnya di ceruk leher Fanny.

Hembusan hangat napas Adam pun sontak membuat tubuh Fanny meremang dalam desiran yang aneh. Wanita ini mendadak kedinginan dan sangat gugup. Bukan itu saja, rasa takutnya menjadi kian menumpuk ketika langkah kaki Adam mengurungnya semakin dekat.

"Jangan mendekat lagi! Atau aku akan melaporkannya pada Polisi!" bela Fanny mencoba menghentikan langkah pria itu.

"Melaporkan ke Polisi? Atas kejahatan apa? Tidak ada yang dilaporkan ke Polisi dan ditangkap hanya karena mencoba membangun kedekatan seperti ini bukan?" kekeh Adam seraya mendekatkan wajahnya ke arah Fanny dan menyandarka dagunya tepat pada pundak kanan wanita itu.

Sadar jika Fanny sangat gugup, Adam merasa senang sekali, ada kepuasan yang aneh membuatnya merasa sangat bangga. Sementara itu, wajah jelita yang kini menepel pada pipi kirinya itu menyemburatkan rona merah jambu yang sangat menggemaskan.

Adam terpukau melihat hal sesederhana itu bisa membuat Fanny merinding, pria itu akhirnya melebarkan senyumannya yang sulit ditebak.

GEPP

Dengan tangannya sendiri, Adam membopong Fanny dan membawanya naik ke dalam kamar atasnya itu lagi. Dia tidak memedulikan pukulan dan juga teriakan Fanny yang terus terdengar.

"Apa yang kamu lakukan!"

"Lepasin aku!"

Namun jeritan dan pemberontakannya sia-sia. Sedikitpun Adam tak terganggu, dan Fanny akhirnya terkurung kembali di dalam kamar.

“Jangan biarkan siapapun masuk apalagi menyentuhnya!” ucap Adam kepada Jhon.

Lelaki itu mengangguk dan segera memerintahkan beberapa pengawal lainnya untuk menjaga balkon kamar dari bagian luar. Sementara Adam, lelaki ini langsung membubarkan pestanya saat itu juga.

“Kau bahkan belum menyentuhku, Tuan Adam?” ucap salah satu wanita yang berambut pirang seraya berjalan penuh goda ke arahnya.

“Pergilah sekarang juga Winna, aku bosan padamu dan kalian semua!” ucap Adam sambil menyalakan cerutunya dan segera menghisapnya.

Naluri lelakinya mendadak gelisah dan kalut. Adam baru saja merasakan sebuah gairah berbeda yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya.

“Kenapa tikus dara ini terus menggangguku!” rutuk Adam membatin.

Sementara itu di lantai atas. Suara dobrakan pintu terus terdengar lantang. Suara Fanny yang cukup berisik masih jelas terdengar meski dinding beton menghalanginya. Adam tak menggubrisnya, lelaki ini menyalakan musiknya dengan jauh lebih kencang supaya suara teriakan Fanny dan gedoran pintu dari dalam kamarnya itu tidak lagi terdengar.

Malam yang semakin menua, membungkam Fanny dalam kamar asing yang entah milik siapa. Dia terus menangisi apa yang terjadi, namun hingga air matanya mengering dia tetap terkurung di kamar luas ini tanpa bisa menemukan cara untuk bisa keluar.

Fanny hanya bisa pasrah, dia naik ke ranjang karena lantai menjadi semakin dingin dan membuatnya menggigil. Ditariknya selimut, dan dia pun mencoba tertidur. Batinnya menghujat dirinya sendiri, dengan semua nasib yang merana dan sengsara.

“Bagaimana aku bisa menghadiri interviewnya besok jika sekarang saja aku masih berada di sini,” ucapnya lirih.

Besok adalah hari yang paling dinantikan oleh Fanny, wanita ini memiliki sebuah jadwal interview tahap akhir untuk memulai pekerjaan pertamanya di New Filla. Namun dia kini harus menelan pil pahit karena terjebak dalam ruangan tanpa tahu apa yang akan terjadi.

“Bangunlah!” bentak seseorang terdengar samar-samar.

Fanny yang masih menggulung selimut dipelukannya itu pun mengabaikannya begitu saja.

“Sudah tidur dikamar orang lain, kau juga tidak mau bangun! Dasar tikus!” ucap Adam kembali mendamprat Fanny dengan suara baritonnya yang khas.

“Hahh! tikus!” pekik Fanny sambil terbangun dan langsung membuka matanya.

DEGG

Jantungnya seakan hendak berhenti ketika wajah garang di depannya itu tengah menatapnya lamat-lamat.

“Kau seperti mau memakanku? Kau ini makhluk apa?” tanya Fanny meluncur dengan derasnya.

“Makhluk? Kau tidak mengenalku? Aneh sekali? Jangan-jangan kau lah yang makhluk aneh!” ucap Adam mendadak jadi banyak bicara.

Jhon yang berdiri di pintu seketika terkekeh sambil menutup mulutnya karena khawatir Adam akan mengetahui jika dia menertawakannya.

“Aku beri waktu lima menit untuk mandi! Bajumu sudah disiapkan jika kau masih ingin hidup!” ucap Adam sambil melentingkan kemejanya demi menunjukkan bekas gigitan Fanny yang sukses merobek kulit lengannya itu.

“Tidak bisa begitu! Aku punya dua pertanyaan untukmu makhluk aneh!” ucap Fanny dengan tatapan menusuk tajam.

GLEG

Adam meneguk salivanya dengan sangat kasar, harga dirinya semakin dibabat habis oleh wanita di depannya ini yang terlihat tak takut sedikitpun kepadanya.

“Berani sekali kau terus berkicau kepadaku!” jawab Adam.

“Jangan menyelaku terus! Pertama ... bagaimana aku bisa berada di sini? Kedua ... dimana kita sekarang? Aku memiliki janji penting pagi ini dengan Hussein Group yang sudah menunggu kepulanganku dua bulan ini untuk wawancara khusus, jika aku sampai gagal mendapatkan pekerjaan pertamaku itu! Akan kupastikan kau akan ketakutan setengah mati karena tikus ini akan terus memangsa setiap inci kulit ari mu,” ucap Fanny tanpa rasa takut sedikitpun.

Adam mendengus kesal.

“Pertanyaan apa itu? Dasar stupid! Dan lagi, siapa kau sampai Hussein Group menunggu kedatanganmu seperti itu?” ucap Adam sambil terkekeh.

“Bedebah! Kau memang lelaki aneh makhluk yang tidak jelas rimbanya, tampangmu saja yang tampan, tubuhmu yang kekar tapi otakmu seperti kerang bakar, siapa kamu? Kau menyepelekan seorang Fanny Cesa!” umpat Fanny sambil melangkah ke dalam kamar mandi setelah menyambar handuk dan pakaian yang terjuntai di kursi.

GLEG

Seketika saliva Adam memenuhi kerongkongannya, membuat lelaki ini terus meneguknya dengan kasar.

“Sharena! Apa kau sudah mengkonfirmasi calon Kuasa Hukum ku itu?” ucap Adam kepada stafnya di Hussein Group yang bernama Sharena melalui panggilan telepon.

“Maafkan saya Tuan, karena nomor ponselnya tidak pernah menjawab sejak malam tadi, saya belum bisa memastikannya, Oh ya ... Tuan CEO, saya sudah menyiapkan sarapan untuk Anda yang ...” ucap Sharena terpotong karena Adam langsung memutuskan sambungan teleponnya.

“Jhon! Mana ponsel tikus itu?” tanya Adam.

Adam ingat jika beberapa kali sejak kemarin ponsel Fanny terus berdering.

Tak berapa lama setelahnya, Jhon menyerahkan sebuah ponsel OPPO F9 kepadanya.

“Ini ponselnya?” ucap Adam dengan kening mengkerut.

Tentu saja dia sangat terkejut karena di era modern seperti ini ponsel tersebut sudah cukup usang meski memang masih bisa digunakan untuk beberapa aplikasi office standard.

Di era finger print dan pengamanan ponsel menggunakan retina, ponsel milik Fanny bahkan tak terkunci meski hanya dengan sandi angka. Dengan mudah Adam bisa membukanya dan segera mengecek log panggilan pada perangkat tersebut.

“Jhon, apakah ini nomor kantor kita?” tanya Adam sambil menunjukkan nomor yang tertera dalam log panggilan ponsel Fanny tersebut.

Sejenak Jhon mengamatinya.

“Benar, itu nomor dari bagian personalia” jawab Jhon sambil menunjukan kontak di ponselnya.

Adam mendengus sangat kesal.

Lelaki itu jelas tidak menyangka jika dia akan berurusan dengan wanita itu lebih lama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status