Share

My Hot Boss
My Hot Boss
Author: Mrs Dream Writer

BAB 1 Pak Tua

“Kau tidak punya mata!” teriak seseorang yang baru saja menabraknya itu kepada Fanny.

Sontak mata kecoklatan Fanny langsung melebar. Langkahnya pun langsung menyusul lelaki dengan jubah panjang berwarna hitam tersebut.

“Hey! Pak tua! Bisakah kau berhenti dan bertanggung jawab atas kekacauan yang kau buat?” teriak Fanny super lantang dan sukses membuat lelaki tinggi tegap yang kini berdiri di depannya membalikkan tubuhnya menghadap Fanny.

“Kau bicara apa?” ucapnya dengan suara bariton yang sangat khas dan sukses membuat Fanny terpaku dalam diam.

PLAK

“Kau tidak sebaik tampangmu ini! Lelaki aneh!” ucap Fanny sambil membalikkan tubuhnya setelah selesai menampar lelaki berjambang itu.

Panas dan perih yang menyapu wajah lelaki bernama Adam itu jelas tidak sepadan dengan hancurnya harga diri Adam saat ini setelah sejumlah paparazzi terlihat sukses mengambil gambar adegan tersebut.

“Tuan, mereka mengunggahnya di laman gosip,” ucap Jhon yang merupakan ajudan Adam sambil menyodorkan ponselnya kepada Adam.

“Wanita aneh! Aku tidak akan membuatmu lolos!” ucap Adam sambil melangkah ke arah Fanny yang kini masih menggerutu sambil membereskan barang bawaannya yang berserakan.

GEPP

Tangan Adam mencengkeram Fanny dengan sangat cepat. Wanita itu bahkan belum sempat melihatnya ketika kedua tangan kekar Adam sudah membopongnya dengan mudah di atas pundak kirinya.

BUKK

BUKK

Fanny terus memukuli Adam, tapi lelaki itu tak bergeming sedikitpun. Adam terus melangkah dengan tenang menuruni garbarata menuju exit penumpang VVIP yang langsung mengarah ke parkiran khusus di Terminal Kedatangan Intrenasional Bandara Utama tersebut.

BRAKK

Adam menutupkan pintu mobilnya setelah mendudukkan Fanny di dalam sana.

“Duduk dengan manis, karena kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu tadi!” ucap Adam sambil menepukkan tangannya dan membuat sopir segera melajukan Roll Royce hitamnya ini meninggalkan bandara.

Fanny yang ketakutan menjadi semakin beringas ketika arah mobil tersebut kian menjauh dari kota.

“Hey! Pak tua, turunkan aku di sini atau aku akan mengigitmu!” ucap Fanny sambil terus bersiaga dengan kedua tangannya bersiap untuk melawan jika saja ada yang menyerangnya.

“Tikus kecil sepertimu akan mengigitku? Jhon! Apa kau akan mentertawakanku?” ucap Adam kepada ajudannya yang duduk di kursi depan.

“Tentu saja Tuan, jangankan tikus ... bahkan harimau atau singa jantan pun tidak akan sanggup melukai Anda,” ucap Jhon yang sukses membuat Adam semakin senang.

KRUUKKK

Suara gigitan begitu renyah terdengar.

“Arghhh!” teriak Adam sangat lantang.

Sopir yang tengah melajukan mobil dengan kencang ini pun segera mengerem mendadak karenanya.

“Tuan, tangan Anda berdarah,” ucap Jhon yang langsung menyingkirkan Fanny dari bangku di sebelah Adam.

BUGG

Fanny yang terjatuh ke aspal setelah terdorong oleh Jhon pun langsung melarikan diri dengan berguling-guling ke lereng di sebelah jalan yang cukup curam.

“Bajingan! Tikus dara itu benar-benar membuatku marah! Jhon, mana dia?” tanya Adam setelah satu balutan perban membalut luka robek di tangan kirinya.

Jhon yang terkejut karena pertanyaan Adam itu pun segera mencari Fanny.

“Sialan! Dia menyusahkan saja!” umpat Jhon sambil melompat ke arah lereng.

Hampir satu jam Jhon berkeliling, namun dia tak berhasil menemukannya.

Adam pun marah besar karenanya. Dia terus mengumpat di sepanjang jalan, hingga akhirnya mereka kembali meneruskan perjalanan pulang.

Sementara itu Fanny terus berjalan menyusuri deretan pohon pinus yang semakin rapat juga padat.

“Mimpi apa aku semalam sampai harus berurusan sama orang sengklek seperti dia!” ucap Fanny sambil melenguhkan napasnya yang semakin tersengal.

Pulang dari luar negeri bukannya mendapatkan kejutan menarik, dia justru mendapatkan kesialan.

“Kering sekali tenggorokanku,” ucap Fanny sambil terus menaiki lereng yang semakin mendaki ini.

Matanya berkunang-kunang dan Fanny pun ambruk seketika.

BRUGG

“Suara apa di sana?” ucap Adam yang mendengar jelas suara gedebug tersebut.

Jhon segera memeriksanya.

Lelaki itu cengar-cengir setelahnya.

“Apa yang kau temukan John?’ ucap Adam kepada ajudan yang juga sahabatnya itu sambil melihat ke arah suara.

“Tikus dara! Kau memang merepotkan!” ucap Adam sambil menunjuk kepada dua anak buahnya untuk membawa Fanny masuk ke dalam rumah.

Mata lelaki ini terus mengamati Fanny dari ujung rambut hingga kakinya, wanita itu sangat cantik meski dengan pakaian sederhana, bukan itu saja ... dia juga terlihat cerdas dan juga keras kepala. Begitulah kesan yang di dapatkan Adam saat ini.

“Tidurkan dia di kamar atas!” ucap Adam kepada dua anak buahnya itu sambil melangkah menuju ruangan kerjanya.

Jhon yang sedari tadi mengikuti Adam sangat terkejut karenanya. Bertahun-tahun menjadi tangan kanan Adam, Jhon tentu sangat mengenal karakter lelaki yang kini berdiri didepannya dengan raut dingin itu.

“Apa yang kau pikirkan Jhon?” tanya Adam.

“Tidak ... hanya sedikit ... aneh saja ....” ucap Jhon tak berani menjawab dengan gamblang.

“Kau sudah merapihkan semua barang bawaan tikus tadi? Periksa identitas dan semuanya dengan teliti, jangan sampai ada yang melaporkan kehilangan atas namanya karena dia tak pulang malam ini,” ucap Adam sangat serius.

“Tentu, aku sudah mmeinta dua orang memeriksa semua detailnya Tuan,” jawab Jhon dengan tenang.

“Bagus, siapkan pestanya, aku sangat suntuk, pastikkan kau menyiapkan wanitanya dengan benar! Jangan sampai aku menemukan mereka yang baru saja dipakai orang atau aku akan menggorokmu Jhon!” ucap Adam sangat kesal.

Jhon mengangguk mengiyakannya. Jangan tanya seberapa takutnya lelaki ini ketika menghadapi Adam pada situasi saat ini. Sepekan yang lalu, pesta yang sama berlangsung di tempat ini, Jhon yang melupakan pemeriksaan semua wanita yang akan menemani Adam itu pun kecolongan karena salah satu wanita tersebut rupanya baru saja melayani hidung belang lainnya.

Adam yang mendapatkan jejak kepemilikan pada salah satu wanitanya itu pun murka dan langsung membubarkan semua orang dengan amukannya yang luar biasa mengerikan.

Sang mucikari pun harus merelakan jari manisnya dipotong oleh Adam seperti kesepakatan mereka.

Adam adalah seorang pebisnis legal, namun dia juga pimpinan tertinggi sebuah mafia garis keras yang tidak segan untuk melenyapkan siapa pun yang dibencinya.

“Bagus, aku suka barang baru yang masih bersih seperti ini,” ucap Adam memuji.

Lelaki itu tengah asyik dengan para wanitanya ketika Fanny terbangun.

“Aku dimana?” ucap Fanny sambil bangun dari tidurnya.

“Bukankah tadi aku lagi naik lereng gunung yaa? Ini rumah siapa?” tanya Fanny di dalam hatinya.

“Kenapa aku bisa ada di sini?” ucapnya membatin.

Rasa penasaran membuat Fanny melangkah menuju pintu kamar di mana diluar sana terdengar kegaduhan yang luar biasa kencang.

“Haahh!” pekiknya sangat kencang.

Wanita ini melongo tak percaya dengan apa yang dilihatnya di bawah sana. Namun melihat lelaki yang tadi bertabrakan dengannya di Bandara tengah berada di sana, buru-buru Fanny menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

DEG

DEG

Jantungnya mendadak berdegup sangat kencang, wanita ini tak menyangka jika dia harus melihat pemandangan mengerikan di depan matanya.

Lama tinggal di luar negeri, tidak lantas membuat etika Timur nya hilang, inilah yang membuat Fanny tetap tidak terpengaruh dengan gaya hidup luar meski dia menghabiskan empat tahun di sana.

“Celaka dua belas! Kenapa aku bisa ada di rumah ini bersamanya? Aku harus kabur sekarang juga!” ucap Fanny.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status