Cerita ini akan menggunakan banyak istilah dalam game. Silahkan tinggalkan pertanyaan di kolom komentar jika ada yang kebingungan^^
Della dengan cepat membuka halaman peringkat para pemain lagi. Nama pertama masihlah nama ketua guild lamanya. Tidak ada yang berubah, jadi Della mulai mencari pada peringkat di bawahnya. Della mencari dengan teliti sampai peringkat ke lima puluh. Namun tidak peduli seteliti apa pun Della menatap daftar peringkat itu, dia tetap tidak dapat menemukan nama Zee dalam daftar tersebut. "Apa ada kesalahan?" pikir Della dengan hati-hati. Namun game Tales of Dungeon bukanlah game kecil. Tales of Dungeon merupakan game besar yang terkenal dengan tingkat keprofesionalan pengembang gamenya yang sangat tinggi. Mereka seharusnya tidak melakukan kesalahan sebesar itu. Karena semua pemain peringkat atas, selalu menjadi harta karun pengembang game yang bisa menjadi figur dari game itu sendiri. Ding! [Zee: Apa ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan langsung padaku? Kamu terus saja diam sejak tadi.]Ketika Della tengah berpikir, Zee tiba-tiba bertanya padanya lagi. Della terdiam. Rasanya tidak sopan,
Suasana hati Della sangat rumit setelah dia selesai memeriksa peringkat Zee sebenarnya. Setelah Della menutup daftar peringkat tersebut, entah mengapa Zee terasa sangat luar biasa baginya. Tanpa diragukan lagi, pria itu bahkan lebih kuat dari Ketua Guild Domination saat ini. Orang semacam itu ... Della tidak mengerti mengapa Zee sampai terjebak di guild aneh semacam guild barunya ini.Dengan kekuatan dan level yang Zee miliki, rasanya tidak mungkin jika pria itu tidak mendapat undangan untuk masuk ke dalam guild-guild yang lebih kuat. Della ingat. Bahkan di guild lamanya saja, mereka menugaskan beberapa staf perekrut untuk mengajak orang-orang kuat bergabung dalam guild mereka. Memiliki orang-orang kuat dalam guild secara otomatis akan menaikan rating guild mereka. Jadi melihat Zee malah bertahan dalam guild yang tidak jelas ini membuat Della mulai berpikir. "Jangan-jangan guild ini memiliki rating tinggi karena Zee?!"Della menatap Zee lama, sebelum akhirnya membenarkan ucapannya sen
Selesai dengan permainannya, Della mematikan laptopnya dengan perasaan puas. Gadis itu menatap jam yang sudah menunjukkan waktu tidur. Dia tidak menyangka, waktu bermain yang biasanya terasa panjang benar-benar bisa habis tanpa terasa ketika dia bermain bersama Zee. Dengan cepat, Della segera bersiap untuk tidur sebelum orang tuanya bisa melihat bahwa dia masih terjaga di waktu selarut ini. Di rumahnya, walaupun memang tidak ada waktu jam malam, Della yakin pasti hasilnya tidak akan bagus jika orang tuanya tahu dia masih terjaga selarut ini karena bermain game. Niat awal, Della ingin langsung tertidur setelah bermain game. Namun ketika memori tentang permainannya kali ini terputar segar di dalam otaknya, Della tidak bisa membantu tetapi merasa segar kembali dan bangkit dalam posisi duduk di atas tempat tidurnya. Sebelum mengenal Tales of Dungeon, Della sebenarnya bukan seseorang yang senang menghabiskan waktunya untuk bermain game. Ah tidak. Lebih parahnya, Della selalu menganggap be
Hari masih pagi, tetapi Della sudah berjalan seperti biasa untuk mencapai sekolahnya. Bahkan jika dia tidak tidur dengan nyenyak tadi malam, Della tahu dia tetap harus bangun tepat waktu di setiap paginya. Suara alarm membangunkannya tepat waktu. Memberi Della waktu untuk bersiap, dan segera berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena letaknya memang tidak terlalu jauh dari rumahnya sendiri. Della berjalan dengan perlahan. Karena dia berangkat sedikit awal dari biasanya, gadis itu tahu dia memiliki cukup waktu untuk sekedar memerhatikan kehidupan kota yang padat. Gadis itu tanpa sadar menghela napas lelah, saat hari lain yang dipenuhi kebisingan harus dia lewati seperti biasanya. Mungkin karena tadi malam Della terlalu memikirkan perkataan ibunya, mood Della tidak terlalu bagus hari ini. Sejak kecil, dia tidak pernah bisa dekat dengan kakaknya. Namun setiap saat, Della tetap harus baik pada sang kakak karena orang tua mereka memintanya demikian. Bahkan jika dia ingin memberi sang
"Austin Arya Osvaldo, kelas 12 B. Ujian akhir semester sudah dekat, tetapi kamu sepertinya hanya peduli dengan membuat masalah kapan pun kamu bisa.""Hei! Orang sepertimu-"Salah satu teman Austin baru saja ingin protes saat Austin memberinya tanda untuk berhenti bicara. Pria itu tersenyum mengejek, saat dia mendekati Della dengan gaya memprovokasi. "Ah ... Ketua OSIS kita yang terhormat ini hanya peduli pada padangannya sendiri bukan? Tidak peduli siapa yang salah, baginya apa yang dia anggap benar merupakan kebenarannya."Della dengan tenang mendengarkan ucapan Austin tanpa merubah ekspresinya sedikit pun. Della selalu percaya bahwa sebagai Ketua OSIS, dia harus memiliki kepribadian tegas tanpa pandang bulu. Semua orang tengah menatapnya saat ini. Della tahu benar dia tidak boleh terpancing dengan provokasi murahan Austin. "Yang aku lihat tadi adalah kamu, menekan seorang siswa yang jelas-jelas tidak ingin bertarung denganmu dan bahkan mendorongnya sampai jatuh di hadapan semua or
Della memasuki ruang OSIS dan melihat bahwa hampir seluruh anggota angkatannya ada di sana untuk menemani pria yang sebelumnya Della tolong. Pakaiannya yang kotor sudah diganti dengan pakaian bersih. Pria bernama Alvin itu tengah duduk bersama Adam, yang sepertinya telah terlebih dahulu mewakili Della untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi saat di kantin. Melihat kedatangan Della, yang lain segera bangkit untuk menyambut kedatangan gadis itu. Della mengangguk untuk membiarkan mereka melanjutkan kegiatan mereka lagi, sebelum Della sendiri menghampiri remaja itu dan mengambil tempat duduk di hadapannya. "Jadi?""Alvin mengatakan bahwa dia tidak sengaja sedikit menabrak Austin, tetapi Austin menanggapi ketidaksengajaannya dengan terlalu berlebihan. Kamu lihat sendiri apa yang dia lakukan tadi, Della. Dia membuat keributan besar, hanya karena seseorang tanpa sengaja menabraknya."Della memperhatikan bahwa Adam tampaknya benar-benar tidak suka ketika dia harus membahas tentang Aust
Seperti biasa, Della kembali online di game Tales of Dungeon setelah dia selesai dengan jadwal hariannya. Gadis itu duduk di depan meja belajarnya, sebelum dia dengan lancar menyalakan laptopnya seperti biasa. Masuk dengan lancar ke dalam permainan, Della melihat bahwa karakternya masih berdiri di markas guild, tempat yang sama dengan yang dia kunjungi sebelum dia offline terakhir kali.Ketika Della melihat ke sekelilingnya, gadis itu menemukan bahwa dia tampaknya masuk saat guildnya tengah mengadakan sebuah event guild. Tidak seperti hari sebelumnya di mana di guildnya hanya ada dia dan Zee yang online, kali ini Della menemukan bahwa banyak karakter asing yang tengah sibuk berjalan ke mana-mana untuk mengerjakan tugas guild. Della juga tidak mau menganggur terlalu lama. Waktu onlinenya tidak sebanyak orang lain. Jadi dengan cepat, Della segera mengarahkan karakternya untuk ikut mengerjakan tugas guildnya tersebut. Seperti yang Della ketahui sebelumnya, tugas guild biasanya hanya se
[Sistem: Karakter Anda telah mati.]Della menggeram kesal saat dia lagi-lagi mati di dalam dungeon yang baru saja mereka masuki. Karena Zee belum membalas pesannya sampai sekarang, kini Della benar-benar khawatir dia telah menyinggung Zee tanpa dia ketahui. Pikirannya melayang ke mana-mana. Di tambah dengan karakternya sendiri yang belum terlalu kuat, Della terus-menerus tidak fokus dan membuat dirinya terbunuh beberapa kali. Karena kematiannya, Della terus-menerus merepotkan teman-temannya untuk menghidupkan karakternya kembali. Untung saja, tidak ada yang protes saat mereka malah memberi Della beberapa kata-kata penyemangat. [Star: Tidak apa-apa, Athena. Kami semua ada di sini untuk membantumu^^.][Sun: Jangan terlalu memaksakan dirimu. Beristirahatlah untuk mengisi nyawamu kembali jika kamu sudah hampir mati. Kami akan melindungimu, itu gunanya kita menaklukan dungeon bersama-sama.][Nyan-chan: Semangat Athena! Kita pasti bisa menaklukan dungeon ini bersama-sama!]Della benar-bena