Jam yang menempel di pergelangan tangan Gibran sudah menunjukkan pukul 8 lebih.
"Hunny. Ini sudah malam. Apa sebaiknya kita pulang sekarang?" Gibran bertanya sambil terus melangkah tanpa tujuan.
"Sebentar, Bunny. Aku ingin membeli bando dulu, ya?" Alleta menjawab sambil menarik tangan Gibran memasuki jongko.
"Mau beli apa?"
"Em. Aku mau beli bando," jawab Alleta sambil mengedarkan tatapannya.
Alleta terus melihat-lihat semua bando yang tergantung juga yang berjejer di meja.
"Kamu nyari yang seperti apa, Hunny. Ini banyak. Apa gak ada yang cocok?" ucap Gibran sambil membolak-balik satu bando yang ia ambil.
"Sini, Bun
Sebelum pulang, Gibran memesan terlebih dahulu pesanan calon mertuanya."Mau yang rasa apa, Dek?" tanya tukang martabak."Em, kacang satu, ketan satu, dan yang spesial satu," jawab Gibran.Alleta yang mendengar pesanan Gibran melongo."Banyak banget. Buat siapa?" tanyanya."Satu buat ibumu, dan satu buat ibuku," jawabnya sambil menunjuk dirinya sendiri."Satu lagi?" tanya Alleta bingung."Satu lagi buat kita. He …"Alleta ikut tersenyum mendengarnya."Aku mau spesial.""He'em."
Seperti yang sudah disepakati semalam. Gibran akan melanjutkan audisinya malam hari ini di sebuah panggung cukup luas dengan sorotan kamera di sekelilingnya.Dari beratus peserta yang ikut audisi tahap pertama, kini hanya tinggal 50 peserta lagi yang bakalan ikut ajang audisi tahap pertama di atas panggung dengan banyak penonton juga harus siap dengan nilai para juri-juri yang mungkin bakala ada yang berkomentar sangat pedas.*******Di rumah Gibran."Bu. Aku mau berangkat sekarang, ya?" ucap Gibran meminta izin pada ibunya yang masih bergelut di halaman belakang bercocok tanam.Gibran yang tidak mendengar suara jawaban dari ibunya, ia langsung melangkah ke
Dari sekian para peserta, hanya Gibran lah yang diantar oleh pacarnya. Yang lain, pada diantar oleh kerabat-kerabat mereka, apalagi orangtuanya."Bunny. Gimana sama aku. Masa aku duduk sendirian?" ucapnya sambil menengok kanan kiri terdapat banyak peserta yang lagi bersiap-siap."Hunny. Kamu, kan ada aku disini," jawab Gibran seraya meraih pinggangnya."Halo. Permisi, Nona. Nona harus tunggu di kursi yang sudah tersedia di depan panggung." kata salah satu staf yang bekerja sebagai penata."Bunny." Alleta menolak untuk ikut bersama orang itu."Sebentar, ya? Aku mau bicara dulu sama pacar saya." pinta Gibran."Oh. Pacar," gumamnya lumayan terdengar.
By : MOTIF BANDJudul : TUHAN JAGAKAN DIASong :Hanya dirumu yang kucintaTakkan membuat aku jatuh cinta lagiAku merasaKau yang terbaik untuk dirikuWalau ku tau kau tak sempurnaTakkan membuat aku jauh darimuApa adanyaKu kan tetap setia kepadamuReff:TuhanJagakan dia
Sebuah babak penentuan alias babakan eliminasi membuat semua peserta dag dig dug gelisah, cemas. Mulut mereka terus berkomat kamit merapalkan doa supaya terselamatkan di babak ini dan bisa mengikuti babak selanjutnya.Berbeda dengan Gibran. Ia nampak tenang-tenang saja.Gibran hanya ikut menunduk dengan mereka supaya terlihat sama-sama cemas. Padahal hatinya ia sedang berbunga karena telah mendapatkan pelampiasan kegundahan dalam hatinya setelah pentas tadi."Teruslah tersenyum," gumamnya dalam hati dengan menatap Alleta sekilas.Alleta yang melihat itu terus tersenyum. Tapi dalam hatinya ia sangat gelisah.
Rembulan MalamRembulan malam berbalut sepiSuasana dingin merayu hatiCahya di bulan ikut menghiasiNuansa misteri menyelimutiHilang pandangan di dalam mataBayanganmu menepi di angkasaEntah berapa lama kau disanaSehingga diriku ingin bersua______________________Malam yang sangat berbeda dirasakan oleh kedua insan yang terpisah akan jarak dan waktu. 
Pagi hari menyambut kedua insan yang bermalas-malasan untuk bangun."Leta! Cepat bangun. Hari ini katanya ada ngampus pagi?""Bentar lagi," jawabnya sambil terus menarik ulur selimut yang dipakai."Leta?"Alleta langsung menatap ibunya teduh. "Aku gak ngampus, deh, Mah.""Kenapa? Jangan gitu, ah. Nanti kalau Gibran tahu, marah dia," ucapnya mengingatkan."Jangan kasih tau, dong, Mah.""Makanya kamu bangun.""Males, ah!"
Sore harinya."Assalamualaikum, Bu?!" Alleta masuk ke dalam rumah yang pintunya sedikit terbuka."Bu?!" Alleta celingukan di dalam rumah."Di belakang!" terdengar jawaban keras dari belakang rumahnya.Alleta segera melangkahkan kakinya ke arah belakang rumah."Eh, Nak Al!" ucapnya lembut dengan tangan yang mengangkang juga kotor.Alleta tersenyum manis. "Apa Ibu gak akan ke studio audisi?"Ibunya Gibran melangkahkan kakinya mendekati sebuah kran, lalu mencuci tangannya."Nak