"Tenang saja, Tuan! Dengan senang hati aku akan melayanimu. Aku sudah seperti robot tanpa jiwa yang tidak kenal lelah, haha." senyum palsu Zara sangat manis.Kamar adalah tempat yang berbahaya. Terlebih lagi Reon beraksi tampil seksi nan menawan di tepi ranjang dengan senyum dan kancing kemeja atas terbuka.'Tahan dirimu, Zara. Hiraukan saja dia,' dalam hati menekan perasaannya sekuat tenaga. "Ah, aku baru ingat ingin mengatakan ini. Tuan Reon, kau punya kepribadian ganda, ya? Berubah-ubah setiap saat seperti memiliki seribu wajah," lanjut Zara menyembunyikan kekesalannya, padahal otot kepalanya sudah menegang. Senyum Reon pun hilang. "Apa kau akan lari dariku?" tatapan sayu menurunkan ego-nya.Zara mencicit melepas ketegangan ototnya."Jangan membuat wajah sedih seperti itu! Aku tidak membuangmu, 'kan?!" Meskipun sudah teredam dengan keindahan kamar rahasia yang membuatnya syok, masih saja bisa terengah.Reon tidak mempermasalahkan teriakan Zara. Zara pun cemberut.'Sudah kuduga!
Bagai kisah pangeran dan tuan putri yang hilang, mereka kembali dipertemukan di dunia yang berbeda. "Eh?" kaget Zara setelah bertatapan dengan orang yang menabraknya."Eh?!!" orang itu jauh lebih terkejut. Keduanya saling tunjuk. "Bastian Charlie?!" pekik Zara heboh hingga ternganga."Zara?! Zara Azuri Frazanista?!" teriak laki-laki itu dengan tangan gemetar sampai mundur.Seketika Zara menarik telunjuk Bastian dan menggoyang-goyangkannya. "Ahaha, benar-benar Bastian teman sekolah dasar dulu rupanya? Wah, kau sudah besar dan tampan, ya? Tidak kusangka bisa bertemu denganmu di sini. Aku senang sekali!" seru Zara riang. Bastian panik segera menarik telunjuknya. Pipinya sudah merah padam."Ti-tidak mungkin! Kau pasti salah orang! Permisi!" hendak melarikan diri. "Eh, tidak bisa! Kau masih pemalu seperti dulu? Astaga, dasar memang tidak pernah berubah, haha!" Zara mengerling jahil. Napas Bastian tercekat, "Le-lepaskan aku!" Suaranya menjadi aneh membuat Zara meneleng heran. "Kau
"Tuan, maaf menunggu! Ini kopi manis untukmu!"Zara tersenyum menaruh kopi di meja, padahal Reon tidak meminta. Dia diacuhkan. "Ah, keringatmu menetes. Izinkan saya membersihkannya." Cekatan mengambil tisu dari saku celemek dan menyeka keringat di pelipis Reon. Sayangnya Reon melenggang pergi. "Eh?!" Zara kelepasan. Dia merengut dan berdecak. Mengejar Reon yang terburu-buru.Alexa sudah menunggu di lobi. Dia memberi salam ketika Reon datang. "Kunjungan ke laboratorium sudah dipersiapkan. Zack telah mengatur janji temu dengan desainer mancanegara tiga puluh menit lagi." ujar Alexa sembari mengikuti Reon. Reon hanya mengangguk. Mereka sangat cepat hingga tiba di mobil. Zara bingung dan setelah mengerti dia langsung membukakan pintu mobil."Silahkan masuk, Tuan!" Senyum Zara sangat manis. Terlalu manis sampai membuat Alexa tersipu. Namun, Reon menatapnya bengis. Panas terik seakan dibalut mendung hitam. Kharisma Reon merusaknya hingga senyum Zara menjadi pahit. Kembali lagi diab
Tiupan angin mengusik tiap helai rambut Zara. Bastian terbuai pesona. Dia baru menyadari kecantikan Zara dengan pakaian pelayan.Kemudian, Zara memberi tahu sedang melarikan diri dari penjara kamar Reon."Apa?! Jika kau kabur begini dia pasti marah!" Bastian takut mengingat kharisma Reon."Tidak juga. Dia halus padaku. Mungkin karena aku cantik," jawab Zara percaya diri."Hah! Senjatamu dari dulu selalu menggunakan wajahmu." Bastian menunduk lesu. "Dan juga otakku." Zara mengerling menunjuk kepalanya. 'Marahnya Reon dilampiaskan ke orang lain, bukan padaku. Selama ini dia hanya bermain denganku. Aku tidak takut lagi, tapi jadi merinding,' sambungnya dalam hati. Kegelisahan sementara itu hilang kala Bastian mengoceh tidak jelas. Isinya masih tidak menyangka Zara seorang pelayan. Zara telah menceritakan bahwa dia dicampakkan Ryo dan menjadi bawahan orang yang mengaku Raja Iblis.Zara memutar bola matanya jengah dan memandang sekeliling. "Tidak ada kabar setelah pesta itu. Semua ker
"Ah, nasibku memang terlalu buruk! Haruskah aku menerima hukumannya?" pandangan sayu bak putri yang menderita, "Karena aku terlalu cantik." sambungnya menunduk. Seluruh otot Forin mengejang. "Sungguh ini kejahatanku. Merebut lirikan CEO perusahaan parfum ternama hingga merekrutku menjadi pelayan pribadinya. Mata yang tajam nan teduh itu menyihirku untuk masuk ke pelukannya. Huaaa, sepertinya aku terkena virulen cinta! Dunianya bagaikan utopia yang sempurna! Aku rela terjerumus dalam kegelapan tanpa batas Tuan Reon. Apa yang diberikan Ryo tidak sebanding dengannya. Aku sudah teramat gila!"Zara semakin memperparah improvisasinya. Semua yang dia ucapkan seperti melodi.Forin tersentak dahsyat. "Mustahil! Apa ada orang sesempurna itu? Ini kisah pelayan dan Tuan Muda?!" kaget Forin membuat Zara menggeleng. "Bukan Tuan Muda, tapi Bos Besar! Kurasa aku jatuh cinta padanya!" Zara memicing seraya tersenyum miring. Hilang sudah pertahanan Forin. Dia berdecak tak lagi menahan diri."Wah,
"Terima kasih sudah menjaga Zara baik-baik." senyum penuh penekanan Reon menusuk jantung Bastian hingga Bastian koma. "Bastian? Bastian, kau kenapa? Bastian!!!" pekik Zara setelah menginjak kaki Alexa dan menghampiri Bastian. Dia mengguncangkan tubuh lelaki itu kuat. Kemudian, Bastian sadar dan pergi. Dia telah berjanji akan membantu Zara.Bukan hanya sebagai teman lama, tetapi dia tidak menyukai perubahan Ryo dengan kekasih barunya. Nasib Zara kembali di penjara. Menjadi pajangan layaknya boneka yang meronta di lemari kaca ruang tamu. "Lepaskan aku! Tuan, aku tau aku bersalah. Itu hanya jendela, kenapa kau marah besar?! Aku tidak bisa bernapas!"Zara menggedor-gedor lemari itu pelan lantaran takut memecahkannya. Gaya bicaranya kembali tidak formal."Tuan, sudah tiga jam lamanya. Dia bisa mati jika tidak dikeluarkan," dengan datar Alexa berkata demikian. "Lupakan saja!" Reon tetap fokus pada dokumen di meja kerjanya. "Ahahaha, kasihan sekali! Itu balasanmu karena sok kecantikan
"Bastian, maukah kau menjadi Burung Merpati untukku? Surat ini hanya untuk Ryo. Kumohon!" Zara menyerahkan kertas itu. Semula Bastian ragu sebelum menerimanya. "Apa artinya ini surat khusus?" yang dipandang hanyalah darah Zara di kertas. "Iya, ini cara istimewa kami untuk saling bicara. Sedikit romantis, bukan?" Zara menyeringai."Aku mengerti." Bastian berdiri, walau menurutnya itu mengerikan. Artinya Bastian harus menyerahkannya secara sembunyi-sembunyi dan surat itu tidak boleh jatuh ke tangan orang lain selain Ryo. "Pak Reon, maaf tadi aku menerobos masuk. Lain kali aku akan minta izin darimu." Bastian menunduk memberi salam. "Tidak masalah. Kau tidak perlu datang lagi," ujar Reon polos. Buta sudah pandangan Zara.'Sshh, orang ini benar-benar!' kesalnya dalam hati. Cemberut saat Bastian pamit pergi dan tidak dihiraukan oleh Reon. Beruntung Bastian baik-baik saja diusir."Heh? Begitu, ya? Kau terkenal juga." Zack mendayu melipat tangan di dada. Lirikan Zara yang semula unt
Kegelisahan yang melanda hati begitu mudah dimengerti. Azuma merasakannya. "Kau sangat mengkhawatirkan Tuan, ya?" tanya Kepala Pelayan itu mengejutkan Zara. "Astaga! Sejak kapan kau di sini?" Zara terjingkat. "Ck, menyebalkan! Jangan bilang kau jatuh cinta sungguhan pada Tuan kami. Aku tetap tidak akan membiarkamu." Azuma memicing. Zara justru mengusap hidungnya, "Waspada sekali! Jika aku benar-benar merebutnya bagaimana?" "Kau!" Azuma kesal karena Zara menggodanya. Zara tertawa pelan. Mendadak sinar di matanya meredup kembali menatap gerbang yang jauh.Azuma sampai tersentak dalam hati. "Bibi, aku tidak tau dunia apa yang menghampiriku, tapi kedatangan Reon terasa berharga bagiku. Sepertinya aku memiliki wajah baru. Bastian benar, aku tidak bisa memasuki kawasan rumah yang dulu. Aku telah kehilangan jati diri dan semua itu belum diketahui penyebabnya. Karena itu aku harus membuat ulang hidupku. Hanya Reon yang menjadi tumpuanku sekarang. Jika aku tidak mendapat kepercayaannya,