"Ah, nasibku memang terlalu buruk! Haruskah aku menerima hukumannya?" pandangan sayu bak putri yang menderita, "Karena aku terlalu cantik." sambungnya menunduk. Seluruh otot Forin mengejang. "Sungguh ini kejahatanku. Merebut lirikan CEO perusahaan parfum ternama hingga merekrutku menjadi pelayan pribadinya. Mata yang tajam nan teduh itu menyihirku untuk masuk ke pelukannya. Huaaa, sepertinya aku terkena virulen cinta! Dunianya bagaikan utopia yang sempurna! Aku rela terjerumus dalam kegelapan tanpa batas Tuan Reon. Apa yang diberikan Ryo tidak sebanding dengannya. Aku sudah teramat gila!"Zara semakin memperparah improvisasinya. Semua yang dia ucapkan seperti melodi.Forin tersentak dahsyat. "Mustahil! Apa ada orang sesempurna itu? Ini kisah pelayan dan Tuan Muda?!" kaget Forin membuat Zara menggeleng. "Bukan Tuan Muda, tapi Bos Besar! Kurasa aku jatuh cinta padanya!" Zara memicing seraya tersenyum miring. Hilang sudah pertahanan Forin. Dia berdecak tak lagi menahan diri."Wah,
"Terima kasih sudah menjaga Zara baik-baik." senyum penuh penekanan Reon menusuk jantung Bastian hingga Bastian koma. "Bastian? Bastian, kau kenapa? Bastian!!!" pekik Zara setelah menginjak kaki Alexa dan menghampiri Bastian. Dia mengguncangkan tubuh lelaki itu kuat. Kemudian, Bastian sadar dan pergi. Dia telah berjanji akan membantu Zara.Bukan hanya sebagai teman lama, tetapi dia tidak menyukai perubahan Ryo dengan kekasih barunya. Nasib Zara kembali di penjara. Menjadi pajangan layaknya boneka yang meronta di lemari kaca ruang tamu. "Lepaskan aku! Tuan, aku tau aku bersalah. Itu hanya jendela, kenapa kau marah besar?! Aku tidak bisa bernapas!"Zara menggedor-gedor lemari itu pelan lantaran takut memecahkannya. Gaya bicaranya kembali tidak formal."Tuan, sudah tiga jam lamanya. Dia bisa mati jika tidak dikeluarkan," dengan datar Alexa berkata demikian. "Lupakan saja!" Reon tetap fokus pada dokumen di meja kerjanya. "Ahahaha, kasihan sekali! Itu balasanmu karena sok kecantikan
"Bastian, maukah kau menjadi Burung Merpati untukku? Surat ini hanya untuk Ryo. Kumohon!" Zara menyerahkan kertas itu. Semula Bastian ragu sebelum menerimanya. "Apa artinya ini surat khusus?" yang dipandang hanyalah darah Zara di kertas. "Iya, ini cara istimewa kami untuk saling bicara. Sedikit romantis, bukan?" Zara menyeringai."Aku mengerti." Bastian berdiri, walau menurutnya itu mengerikan. Artinya Bastian harus menyerahkannya secara sembunyi-sembunyi dan surat itu tidak boleh jatuh ke tangan orang lain selain Ryo. "Pak Reon, maaf tadi aku menerobos masuk. Lain kali aku akan minta izin darimu." Bastian menunduk memberi salam. "Tidak masalah. Kau tidak perlu datang lagi," ujar Reon polos. Buta sudah pandangan Zara.'Sshh, orang ini benar-benar!' kesalnya dalam hati. Cemberut saat Bastian pamit pergi dan tidak dihiraukan oleh Reon. Beruntung Bastian baik-baik saja diusir."Heh? Begitu, ya? Kau terkenal juga." Zack mendayu melipat tangan di dada. Lirikan Zara yang semula unt
Kegelisahan yang melanda hati begitu mudah dimengerti. Azuma merasakannya. "Kau sangat mengkhawatirkan Tuan, ya?" tanya Kepala Pelayan itu mengejutkan Zara. "Astaga! Sejak kapan kau di sini?" Zara terjingkat. "Ck, menyebalkan! Jangan bilang kau jatuh cinta sungguhan pada Tuan kami. Aku tetap tidak akan membiarkamu." Azuma memicing. Zara justru mengusap hidungnya, "Waspada sekali! Jika aku benar-benar merebutnya bagaimana?" "Kau!" Azuma kesal karena Zara menggodanya. Zara tertawa pelan. Mendadak sinar di matanya meredup kembali menatap gerbang yang jauh.Azuma sampai tersentak dalam hati. "Bibi, aku tidak tau dunia apa yang menghampiriku, tapi kedatangan Reon terasa berharga bagiku. Sepertinya aku memiliki wajah baru. Bastian benar, aku tidak bisa memasuki kawasan rumah yang dulu. Aku telah kehilangan jati diri dan semua itu belum diketahui penyebabnya. Karena itu aku harus membuat ulang hidupku. Hanya Reon yang menjadi tumpuanku sekarang. Jika aku tidak mendapat kepercayaannya,
Mengelilingi pusat kota di mana panggung ajang kecantikan pernah diadakan. Rasanya mereka bernostalgia. "Haha, bagaimana, Tuan? Apa kau sudah puas? Aku hampir menabrakmu tadi!"Zara melepas helm. Tepat di depan gerbang tempat itu mereka berhenti. Sepi, hanya kerlap-kerlip bintang dan lampu yang menyinari. "Tidak buruk! Pada akhirnya aku yang menang." Reon menyeka rambutnya. "Oh? Begitukah? Aku tidak sedih walau kalah, yang penting aku hampir bisa mengimbangimu. Sshh, kau itu bukan tandinganku. Aku ratunya jalan raya dulu." Zara menepuk dadanya bangga. "Maksudmu ratu curang?" Reon menumpukan sikunya ke kepala motor. "Heh? Dari mana kau tau?" Zara mendelik kaget."Ah, pasti Alexa," sambungnya. Reon mengangguk tanpa memudarkan senyumannya. "Aku mengetahui semua tentang dirimu. Betapa menyebalkannya memiliki pelayan multitalenta." Reon memutar pandangan. Suara berat itu membuat Zara turun dari motor dan menghampirinya kesal. "Apa? Kalian benar-benar stalker! Sepatutnya kau senang
Kelincahan kaki berhasil menembus pertahanan. Mereka tumbang tanpa Zara sentuh, karena dia berlari secepat kilat. Sampailah mengejar Reon ke restoran. Ruang VIP tanpa makanan di meja. Suasana terasa hampa. 'Eee, bagaimana mendeskripsikannya? Aku tidak dianggap atau sengaja dibiarkan?' batinnya suram. Reon membiarkan Zara menemaninya tanpa menoleh dan berucap kata. Pada akhirnya seorang lelaki pebisnis di depan mereka berbicara."Ah, Pak Reon. Memiliki gadis cantik membuatku iri sekali. Pasti menyenangkan bisa bermain bersama setiap hari." orang itu tersenyum dengan mata terpejam. Ucapannya sangat tertata.Merasakan serangan mental, Zara tidak menyukai orang itu. 'Apa-apaan tadi? Dia orang jahat? Dari nadanya kurasa berencana memegang perasaan Reon dan membuatnya terbakar?' pikir Zara.Tak urung dia menajamkan pandangannya. Namun, Reon membalas dengan tenang. "Bisakah kita kembali pada pekerjaan?"Tawaran Reon membuat orang itu tertawa pelan. Zara terus mengamati.'Memang hebat! R
"Jadi, aku bebas dari hukuman dan denda?" tanya Zara mengalihkan pembicaraan. Dia tidak bisa terjerumus dalam rasa malu terus-menerus.Semua ini berawal dari Alexa yang menyuruhnya ganti rugi. Reon menepuk dahi, "Kurasa aku memang tidak bisa menahanmu. Zara, selesaikan sampahnya. Aku tidak tahan lagi." Dia pun memasuki mobil.Zara semangat memberi hormat. "Aaa, senangnya! Baik, Tuan! Terima kasih sudah dimaafkan!"Seulas senyum manis terbit seiring atasannya semakin jauh di jalan raya.'Dengan begini usai sudah perkara jendela juga kecemburuannya pada Bastian. Sekarang tinggal membuatnya berkata setuju,' batinnya. "Ck, sulit sekali menaklukkan Reon. Sampah yang dia maksud tidak lain adalah orang yang gemetar di sana, bukan?" gumamnya sembari berjalan perlahan mendekati orang itu. Lalu-lalang kendaraan membawa polusi dan debu, disertai angin panas yang terus bertiup menerbangkan dedaunan kering layaknya film. Zara membuat perisai tangan untuk matanya. "Bahkan debu memberiku hadi
"Dengar! Bos itu dingin di luar, tapi lembut di dalam. Perubahan sikapnya pasti sudah kau rasakan, tapi masih perlu memperhatikan hatinya." Zack menjelaskan dengan netra cerah. Zara semakin tersipu, "A-apa maksudmu? Kalau itu aku sudah tau." dia berpaling. Zack tertawa sembari mematikan musiknya. "Oh, ya, di mana Alexa? Aku tidak melihatnya lagi." celingukan mencari Alexa. "Gadis robot itu? Aku menjadwalkannya ke laboratorium sekaligus mengatur keluhan para desainer. Nanti malam semua problem-nya pasti selesai. Bertepatan sekali dengan Bos yang disibukkan orang sialan tadi," jawab Zack santai seolah bukan masalah besar.Zara mendesah panjang. "Kalian sungguh luar biasa!" menunduk luruh. "Zara, aku ingin bicara serius denganmu." tiba-tiba Zack memandangnya tanpa ragu. "Hmm?" Zara menoleh waspada. Bagaimanapun, Zack sekretaris yang handal. Dia pandai memanipulasi emosi."Katakanlah!""Tujuanmu kemari untuk membalas dendam, 'kan? Kuminta pergilah sebelum melibatkan Bos kami," uja