Tak terasa mereka telah sampai di depan rumah Rania.
“Apakah ini rumahmu?” tanya Raka.
“Iya. Ini rumahku. Terima kasih telah mengantarku pulang.” Sahut Rania tersenyum ringan.
“Apakah kau tak menyuruhku masuk terlebih dahulu?” Raka terdengar berharap.
“Tak perlu. Ibumu pasti sudah cemas menunggumu di rumah. Kau seharusnya kembali lebih awal.” Rania mencari alasan.
“Hahahaha. Ada apa denganmu,Nona Rania?Aku bukanlah anak kecil. Jadi,tak perlu mencemaskan hal itu. Ayo kita masuk ke dalam rumah!” sahut Raka nampak sumringah.
“A—apa maksdumu?Mami pasti tak berada di rumah sekarang!Pergilah pulang!” Rania menatap cemas.
“Kau nampak cemas?Apa yang terjadi denganmu?” tanya Raka penasaran.
“Ti—tidak. Maksudku,tak terjadi apa-apa padaku. Kau tak perlu cemas. Aku bisa masuk sendiri. Ayo pergilah!” Rania semakin tak jelas.
Raka semakin terlihat penasaran akan sikap gadis itu.
“Mengapa dia menolakku masuk ke dalam r
Marcel dan Aulia merasa kaget akan kejujuran Raka. Namun,tak dipungkiri jika Aulia kagum tatkala mendengar keberanian Raka yang sangat jujur akan perasaannya. “Apa kau tak bercanda,Nak?” tanya Aulia. “Aku serius. Aku harap kalian jangan marah padaku setelah mendengar ini!” sahut Raka. “Hahaha....Anak muda yang sangat pemberani!Mengapa kami harus marah padamu?Hal itu biasa dirasakan oleh muda-mudi seperti kalian. Jadi,tak perlu merasa canggung. Jika kau menyukai Rania. Maka,kejarlah sampai kau mendapatkannya!Kami sudah memberi restu dan mendukungmu penuh!Apalagi kau adalah anak dari sahabat kami. Akan lebih bagus jika kau sendiri yang menginginkannya.” Tukas Marcel memberi restunya. “Iya. Om Marcel benar,Nak. Kami menginginkan agar kau sendiri yang mendapatkan hatinya!Tante hanya mengingatkan saja. Sebelumnya,Rania tak pernah pacaran atau memiliki kekasih. Jadi,dia masih agak sulit untuk menerima semua ini. Tante harap,kau bisa merubah semua sikap kera
Rania sampai di kantor terlebih dahulu. Ia seakan menghindari untuk bertemu dengan sang Direktur. “Ini benar-benar menyebalkan!Mengapa dia harus ke rumahku?Apa pria itu ingin mengadukanku pada Mami?Ini tak bisa dibiarkan!” ketus Rania. Sementara Raka belum tahu jika Rania adalah putri tunggal dari Tuan Marcel dan Nyonya Aulia. “Ya Tuhan,apa yang harus kulakukan?Mengapa juga harus bertemu si Pria Arogan ini?Sangat menyebalkan!Bagaimana aku bisa menghindarinya?Dia selalu berkeliaran dimana-mana.” Ketus Rania lagi. Gadis ini pun berjalan dengan wajah yang penuh kecemasan. Rania tak sadar jika Galih memperhatikannya sejak tadi. Pria ini menyapa perlahan. “Hei. Mau kemana?” Galih menyapa ramah. Rania pun terlihat kaget. Bagaimana tidak?Gadis ini sedang menghayal. Tiba-tiba Galih muncul di hadapannya. “Tu—tuan!Apa yang kau lakukan disini?” tanya Rania dengan wajah panik. Galih pun tersenyum karena mendengar pertanyaan gadis i
Si Pria Arogan ini langsung saja masuk ke dalam kantor dengan wajah penuh dengan amarah. Bagaimana mungkin Galih bisa membela gadis asing itu tepat di hadapannya?Itu sangat melukai harga diri Raka.“Galih sudah berani melawanku!Ini semua gara-gara gadis itu!Dia memang pembawa malapetaka bagi kami!Jangan berharap bisa keluar dari sini sesuka hati!Dia harus membayar semua yang terjadi hari ini!” Raka mengepalkan kedua tangan dengan penuh amarah.Sementara Rania masih berada di rumah sakit bersama galih.“Terima kasih karena sudah membawaku kesini!” Galih dengan tatapan tulus.“Pak Galih tak perlu minta maaf. Semua terjadi karena aku. Jadi,aku harus merawat Pak Galih hingga sembuh.” Sahut Rania terdengar tulus.“Aku sangat terharu mendengarnya!Kau benar-benar gadis yang dapat di andalkan.” Galih dengan nada pujian.“Pak Galih masih saja bercanda dalam keadaan seperti ini. Aku benar-ben
Tok,tok,tok.Rupanya ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Rania. Tampak jelas, suara dari luar menyuruh Rania bangun.“Non Rania, ayo bangun!” ucap Bik Ratih.Rania pun langsung terbangun dengan cepat karena mendengar suara Bik Ratih. Sambil melihat jam weker yang ada di samping tempat tidurnya, Rania sontak saja kaget.“Astaga, udah jam delapan pagi. Bisa-bisanya aku ketiduran sampai kayak gini. Kamu tuh nggak bangunin aku,” Keluh Rania. Ia pun sambil menyalahkan jam wekernya.Padahal alarm sudah bunyi dari tadi, namun Rania tak menyadari karena masih asyik dengan tidurnya. Gadis ini bergegas bangun dari tempat tidurnya dan langsung masuk ke kamar mandi.“Aku harus mandi sekarang dan secepatnya nyari kerjaan,” ucapnya. Rania berbicara sambil mengambil handuk.Secepat mungkin Rania mandi, ia tak ingin berlama-lama di kamar mandi, karena itu akan menyita waktunya. Tak lama kemudian, Rania selesai mandi dan segera mengganti pakaianny
Raka pun menatap tajam wajah gadis polos itu.“Maaf...?Hah, apa kamu bercanda, dengan ucapanmu barusan?Kamu tahu apa kesalahanmu?” tanya Raka dengan wajah geramnya.“I...iya pak. Aku tak sengaja melakukan hal itu. Aku benar-benar menyesal!” Rania menundukan kepala.“Apa sepatu ini milikmu?” tanya Raka sinis.“Bukan milik-ku. Sepatu itu milik gadis sana.” Jelas Rania sambil menunjuk ke arah pegawai wanita.Pria ini menoleh ke arah pegawai wanita,dengan tatapan geramnya.“Apa yang harus ku-lakukan?Pak Raka menatapku dengan penuh amarah.” Gadis itu dengan nada ketakutan dan rasa khawatir yang tersirat di wajahnya.“Mengapa kamu bisa melempar sepatu itu tepat mengenai wajahku? Apa kamu sengaja,hah?” Raka dengan nada tinggi.“Saya benar-benar minta maaf, Tuan. Saya tidak sengaja melakukan hal itu,” Rania merendah.“Kamu tahu lagi berhadapan dengan siapa?” lelaki itu dengan nada angkuhnya. Ia berbicara seakan memandang kecil kedua gadi
Permintaan Raka memang sangat sulit di pahami. Namun untuk mendapatkan pekerjaan, Rania pun tak menolak permintaan dari pria arogan itu.“Apa permintaan dari Bapak?Mudah-mudahan saya bisa memenuhinya.” Gadis ini dengan penuh rasa percaya diri.Dengan penuh keyakinan, ia menerima permintaan dari Raka. Tentunya sikap percaya diri Rania sangat membuat Raka merasa tertantang. Pria ini merasa jika dirinya sedang berhadapan dengan seseorang yang sikapnya pantang menyerah seperti Rania. Tak membalas ungkapan hinaan dan kemarahan Raka. Ia seperti sebuah tiang yang kokoh dan sulit untuk di robohkan. Itulah batin Raka dalam menilai Rania.Selama ini, hidup Raka tak ada yang menarik. Hanya belajar dan bekerja yang selalu menghiasi kehidupannya. Tak pernah menjalani asmara dengan serius. Kehidupannya sangat glamour dan terkesan mewah. Tak ada satu halpun yang membuat hidupnya berwarna selain dari aktivitas kerjanya.Dengan hadirnya gadis asing ini, rupanya Raka sea
Terlihat wajah sumringan Rania ketika keluar dari ruangan Tuan Raka.“Akhirnya aku bisa dapat pekerjaan. Terima kasih Tuhan!” ucap Rania. Gadis ini terlihat sangat bahagia karena baru saja mendapat pekerjaan baru. Walaupun hanya sebagai OB, namun Rania sangat mengharapkan pekerjaan ini.Baru beberapa meter berjalan kaki, tiba-tiba ada seseorang menepuk pundak Rania, ia tak lain adalah Galang.“Hei. Aku perhatikan kamu senyam-senyum sendiri sejak tadi. Ada kejadian apa barusan?Aku penasaran ingin dengar cerita kamu?” tanya Galih. Pria ini tersenyum ramah pada Rania.Tentu saja Rania kaget karena di tanyakan hal seperti itu oleh adik sang Direktur.“Eh, Pak Galih. Aku sampai kaget!Nggak ada kejadian yang aneh, Pak. Hanya saja, aku sangat senang karena bisa di terima kerja oleh perusahaan sebesar ini,” Jawab Rania. Gadis ini menjawab apa adanya dan sesuai dengan suasana hatinya sekarang.“ Selamat, atas keberhasilanmu!Aku fikir kamu akan menyerah kar
Gadis itu melangkahkan kaki perlahan menuju ke arah direktur. Rasanya ia ingin mencekik pria arogan itu.Rania menunduk-kan wajahnya dan tak ingin melihat wajah sang direktur.“Mengapa dengan wajahmu?Apa kamu malu dan merasa tak percaya diri dengan wajahmu yang terlihat biasa saja?” ucap Raka. Ia terdengar seakan menghina gadis itu.“Jika kamu bukan atasanku, aku tak akan membiarkan kata-kata hinaan itu keluar dari mulutmu.” Batin Rania lirih.Ia sesekali menarik nafas panjang.“Ada apa denganmu?Apa kamu tersinggung dengan ucapanku barusan?” tanya Raka. Pria ini seakan mencari masalah dengan-nya.Jika saja Rania mengikuti ego-nya, sejak kemarin ingin sekali ia menampar wajah pria arogan itu.Rania hanya tersenyum biasa kala mendengar ucapan yang tak masuk akal Raka. Walaupun sudah kesal, Rania berusaha untuk menahan diri agar tak membuat masalah dengan direktur. Ia merasa jika sang