Walaupun terlihat kesal, Rania tetap harus mengikuti perintah dari sang atasan.
Setelah masuk ke dalam ruang kerja Raka, ia memperhatikan penataan ruang kerja sang direktur dari setiap sudut ruangan.
“ Wah....!Pantas saja ia dijuluki si Tuan bersih, ruangan-nya saja tertata rapi dan tak ada sedikit pun debu yang menempel dalam ruangan ini,” batin Rania kagum.
Walaupun demikian, Rania sengaja tak menampakan wajah kagumnya kepada sang direktur. Ia tak ingin jika memuji sekarang, maka sang Direktur akan tambah besar kepala. Apalagi Rania berfikir jika direktur adalah tipe orang yang suka akan pujian.
Masih asyik melirik suasana ruang kerja Raka, tiba-tiba sang direktur menyuruhnya duduk dengan nada sinis.
“Mengapa bengong aja disitu?Mau berdiri terus sampai pelayanku datang mengantarkan baju?Cepat duduk!Jangan membuatku perlu mengulangi kata-kataku barusan!” ucap Raka dengan gaya arogannya.
Mendengar sang Direktur menegur, akhirnya Rania langsung duduk di sofa yang berada di bagian sudut ruangan.
Kini mereka hanya berdua di dalam ruangan kerja Raka yang ukurannya cukup luas itu. Ada perasaan canggung di antara keduanya. Raka yang terkenal dengan sikap arogan, narsistik dan jiwa gengsinya yang tinggi ini, enggan untuk memulai percakapan. Sementara Rania, ia merasa khawatir dan tak tahu harus bersikap seperti apa di depan sang Direktur.
Suasana semakin hening, belum terdengar suara ataupun ocehan yang biasa mereka lakukan. Benar-benar terasa sangat canggung.
“Mengapa gadis pembuat masalah itu tak bicara?Aku merasa aneh dengan keadaan hening seperti ini?” batin Raka merasa canggung.
Begitu pun sebaliknya, Rania merasa aneh dengan keadaan mereka sekarang.
“Mengapa direktur galak itu tak bicara juga?Apa dia sengaja membuatku terlihat aneh di dalam ruangan ini?” batin Rania.
Demi menjaga image-nya, sang direktur maupun Rania tak kunjung bicara hingga akhirnya pelayan Raka datang mengantar baju.
Suara orang mengetuk pintu.
Tok, tok, tok.
Tampak terdengar suara dari luar minta izin masuk ke dalam.
“Tuan, ini saya Delila. Bolehkah saya masuk sebentar?” ucap sang Pelayan.
“Masuk saja!Pintunya tak di kunci,” Jawab Raka.
Pelayan itupun membuka pintu secara perlahan dan masuk ke dalam ruangan.
“Permisi, Tuan Raka!Aku pelayan yang mengantar baju pesanan Tuan,” Ucap Delila. Sang Pelayan lalu memberikan beberapa baju wanita.
“Mengapa pekerjaanmu sangat lambat?Aku sudah menunggumu sejak tadi. Jika sikapmu tak sopan seperti ini lagi, maka aku tak akan segan-segan untuk memecatmu!” Raka dengan nada tinggi.
Sang Pelayan terdiam dan hanya menunduk-kan wajahnya. Ia tak ingin membela diri di depan Raka, karena itu akan terlihat sia-sia dan percuma saja. Sikap Raka telah diketahui oleh semua orang, jika ia adalah atasan yang tak ingin mendengar penjelasan ini dan itu. Bagi Raka, itu sangat memuak-kan.
“Dasar pria berdarah dingin dan tak punya hati!Ia selalu saja marah pada orang yang jelas-jelas telah membantunya,” Batin Rania mengutuk sikap Raka.
“Maafkan saya, Tuan Raka!Saya benar-benar sangat menyesal!Lain kali, kejadian buruk ini tak akan terjadi lagi!” Delila minta maaf.
“Kamu tahu nggak?Waktuku ini sangatlah berharga!Keterlambatanmu ini, telah membuatku kehilangan klien penting!” Raka dengan wajah kesal.
“Saya minta maaf, Tuan!” Delila dengan nada khawatir.
“Kamu fikir dengan minta maaf saja, bisa mengembalikan proyek-ku yang gagal dengan jumlah ratusan miliar?Kamu saya pecat!Dasar tak becus!Hanya mengurus baju saja, kamu tak bisa. Segera enyah dari hadapanku!” perintah Raka. Wajah pria itu benar-benar terlihat sangat menakutkan ketika marah. Tatapannya seakan mematikan dan tak punya rasa belas kasih.
“Aku ingin sekali memberinya pelajaran!Pria ini benar-benar sangat kasar pada wanita!Aku sangat membenci orang-orang yang selalu menindas!Lihat saja!Aku akan membalasmu suatu saat nanti!” batin Rania kesal.
Mata Delila kini terlihat berkaca-kaca. Wanita itu akhirnya keluar dari ruangan sang direktur.
“Mengapa menatapku seperti itu?Apa kamu juga ingin seperti dia?Cepat ganti baju dan ikut aku keluar!” perintah Raka.
Akhirnya Rania mengambil baju itu dan segera ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Baru saja ingin membuka pintu kerja Raka, tiba-tiba sang Direktur menegur dengan nada kesal.
“Kamu mau kemana?Aku menyuruhmu ganti baju!Apa kamu tuli?” nada kesal Raka semakin menjadi.
“Aku permisi ke kamar mandi sebentar, untuk mengganti bajuku, Tuan Raka!Tak mungkin, aku harus mengganti bajuku di ruangan Tuan, kan?” ucap Rania datar.
“Memangnya kenapa jika di dalam ruanganku?Apa kamu fikir aku pria hidung belang yang suka mengambil keuntungan dari gadis kelas bawah sepertimu?Aku masih waras. Tubuhmu itu tak cukup menarik buatku!” Raka menghina Rania.
“Benar-benar pria menyebalkan!Jika saja kamu bukan CEO di perusahaan ini, aku sudah lama ingin membuatmu menyesali semua sikap dan ucapanmu yang tajam dan melukai hati orang lain.” Batin Rania lagi-lagi mengutuk Raka.
“Cepat sana,Ganti baju!Jangan membuatku harus menunggumu berjam-jam disini!” tambah Raka lagi.
Rania segera bergegas masuk ke dalam kamar mandi pribadi milik Raka yang tersambung dengan ruang kerja. Disitu juga ada ranjang tempat istirahat Raka. Benar-benar ruangan kerja sang direktur telah di susun secara komplit dan teratur.
“Ini ruang kerja atau rumah, sih?” ucap Rania.
Tiba-tiba terdengar suara Raka berseru dari luar kamar mandi.
“Jangan berlama-lama di dalam sana!Waktu kita tak banyak. Segera keluar secepatnya!” seru Raka dari luar.
“I...iya, Tuan. Sebentar lagi aku selesai,” Jawab Rania.
Raka pun berjalan kembali ke tempat duduknya.
“Benar-benar membuatku repot!Untuk apa juga aku harus menunggunya seperti ini?Apa yang salah denganku?” Raka merasa aneh pada dirinya.
Walaupun terlihat kesal, namun Raka tetap saja menunggu Rania mengganti baju.
“Aku ini bekerja di perusahaan atau jadi kacungnya?” Rania kembali berfikir.
Gadis ini merasa jika dirinya tak melaksanakan tugas utamanya sebagai OB, lebih tepatnya ia menjadi pembantu dari sang direktur berdarah dingin itu.
Tak lama kemudian, Rania selesai mengganti baju dan keluar dari kamar mandi. Ia berjalan ke arah sang direktur dengan pakaian yang berbeda. Rambutnya di ikat dengan rapi seperti biasanya.
Walaupun demikian, wajah Rania nan cantik tak dapat di sembunyikan. Ia tak perlu berdandan lebih, wajahnya sudah terlihat sempurna. Itupun Rania tanpa menggunakan make-up.
Raka melirik diam-diam atas penampilan Rania yang terlihat.berbeda dari biasanya.
“Cocok juga baju yang kamu kenakan. Baju itu harganya sangat mahal!Aku yakin, kamu tak akan sanggup membelinya!Tapi memang benar, harga itu tak akan menghianati kualitas. Bukankah begitu, Nona Rania?” Raka masih dengan gaya sombongnya.
Entah sudah ke-berapa kalinya sang direktur menghina gadis itu. Tak tahu kenapa?Rasanya ada yang kurang dalam hidup Raka, jika tak mencari masalah dengan gadis itu.
“Ayo pergi!Kamu yang akan jadi supirku sekarang!Apa kamu bisa membawa mobil mahalku?Jika tak bisa, aku bisa memakluminya. Orang kelas bawah sepertimu, pasti tak akan sanggup membeli barang mewah seperti ini!” Raka terkekeh. Ia seakan melihat dengan tatapan meremehkan.
Rania hanya terdiam. Ia tak ingin lagi menjawab hinaan dari sang direktur. Benar-benar menyakitkan. Raka sama sekali tak tahu, jika Rania adalah gadis kaya-raya. Ia adalah anak tunggal pewaris perusahaan terbesar ke-dua se-asia. Bukankah kekayaan Rania sangat berlimpah?Kedua orang tuanya merupakan CEO dalam perusahaan mereka masing-masing. Jika suatu hari, Raka mengetahui statusnya sebagai anak orang kaya, maka reaksi apa yang akan ia tunjukan pada gadis yang sering ia remehkan itu?
Raka mengira jika Rania tak bisa menyetir mobil mewahnya yang edisi terbatas, namun dugaan Raka salah besar.
“Silahkan, Tuan kembali ke tempat duduk!Aku yang akan menyetir mobil sekarang!Tuan Raka cukup diam dan nikmati perjalanan ini!” Rania membuka pintu mobil.
Rania sengaja ingin menyetir dan mencari masalah pada Raka.
“Jangan bercanda!Jika tak bisa menyetir, kamu harus minta bantuanku!Jangan bersikap konyol seperti itu!” Raka khawatir.
“Hentikan ocehan Tuan!Kita akan berangkat sekarang!Waktu adalah uang, jadi hargailah waktu anda, direktur!” jelas Rania. Gadis ini tanpa ragu-ragu langsung menyalakan mobil sang direktur.
“Hati-hati!Aku masih memberikanmu satu kesempatan untuk tak melakukan hal yang nekad dan segila ini!” seru sang direktur. Pria ini khawatir akan kemampuan menyetir Rania.
Rania tak perduli dengan ocehan sang direktur. Ia menyalakan mobil dan membawa Raka ke tempat tujuan meeting. Jika bicara terus, maka pekerjaan mereka tak akan selesai dengan cepat.
Gadis ini membawa mobil dengan kecepatan yang sedikit tinggi. Sikapnya yang seperti itu, mambuat direktur sangat kesal dan was-was selama proses perjalanan.
Bagaimana kisah selanjutnya??
Penasaran?!
Baca terus kisahnya hanya di GOOD NOVEL!!
Gadis itu sangat nekat,”batinnya lirih.” Detak jantung Raka, kini tak beraturan. Kacau-balau kini menghantui fikirannya. Imajinasinya,melayang kemana-mana.“Apa wanita ini sengaja ingin mencelakaiku?” semakin terlihat wajahnya yang pucat.Raka seakan memiliki trauma yang sulit untuk dilupakan. Tatapannya semakin memudar. Pandangannya kini samar-samar terhadap gadis yang sedang menyupir, ia tak lain adalah Rania.Gadis ini masih tetap dengan dramanya. Ia belum sadar akan penampakan pria yang duduk di belakang. Wajah direktur kian memucat. ”Tolong hentikan permainanmu!” ucapnya lirih. Nada suara yang biasa tinggi kini mulai merendah.“Ada apa denganmu, Tuan?Bukankah aku sangat pandai mengemudi?” Rania masih tak sadar juga. ”Cepat hentikan mobilnya!Aku...!” ucapannya terputus.Rania belum mengalihkan pandangannya ke belakang. Ia belum tahu apa yang terjadi pada sang Direktur.“Aku kenapa, Tuan?Mengapa tak melanjutkan kata-katamu?” R
Setelah kata-kata ancaman keluar dari mulut Raka, gadis ini sontak saja mengurungkan niatnya. Rania tak tahan diperlakukan seperti itu oleh sang Direktur. Hampir saja ia menyerah, namun tak mungkin jika harus angkat tangan dalam waktu yang singkat.Apalagi Rania telah membuat perjanjian dengan Raka.“Aku tak punya pilihan, selain mengikuti perintahnya sekarang. Toh, ini hanya sementara.” Gadis ini menenangkan diri.“Ngapain melamun, hah?Aku tak punya waktu untuk tinggal lama-lama disini. Kita pergi sekarang!” Raka terburu-buru.“Ta...,” ucapan Rania terputus.“Kenapa?Apa kamu kurang senang dengan perintahku?” bicaranya datar.Rania menarik nafas. Jika membantah dan membela diri pun, tak lantas akan membuat pemikiran sang Direktur berubah.“Dia kan pria berhati es, sangat dingin dan menyebalkan!” Rania membatin.Sang Direktur mengganti pakaian rumah sakit.“Dimana bajuku?Cepat bawakan kesini sekarang!” pria yang melemah kini
Setelah kejadian di stasiun itu, kini Raka seakan terlihat penasaran pada Rania. Mengapa demikian?Entahlah, pria itu pun tak mengerti.Waktu menunjukkan pukul enam pagi, Rania bangun seperti biasa. Gadis ceria ini terlihat tak bersemangat. Entah apa yang terjadi padanya, hanya dia yang tahu.Walaupun masih agak kesal dengan kejadian kemarin, namun Rania mencoba untuk tak mencampur aduk-kan dengan masalah pekerjaan. Apalagi hari ini, baru kedua harinya ia bekerja di perusahaan Raka.“Aku harus mandi secepatnya. Sebaiknya, aku tak bersikap seperti ini,” gadis ini mencoba kembali tersenyum dan melupakan semua kejadian kemarin.Langkah kakinya langsung menuju kamar mandi. Rania tak ingin Buk Tuti marah, hanya karena ia terlambat datang.“Aku tak boleh malas-malasan. Kasihan, Buk Tuti. Ia sudah cukup tua untuk marah dan membuang energi,” fikir Rania.Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, kini Rania langsung turun ke bawah. Tampak mami dan papinya lag
Mata mereka menatap satu sama lain. Sejuta pertanyaan membatin di antara keduanya. Gadis ini tak tahu lagi harus berkata apa?Situasinya sangat membingungkan.“Mengapa tak menjawabku?Siapa yang menjemputmu semalam?” tanya Raka yang terdengar menyelidiki.“Bukan urusan anda, Tuan Raka,” jawab Rania menghindari pertanyaan.Raka tersenyum dingin ketika mendengar jawaban datar dari gadis sederhana ini. Ia tak menyangka ada gadis yang terlihat kolot dan kampungan yang berani membantahnya. Benar-benar suatu penghinaan baginya. Sebenarnya, apa yang di katakan Rania memang tak salah. Walaupun sebagai atasan, Raka tak berhak untuk menanyakan urusan pribadi dari sang Karyawan. Namun,hal ini rupanya tak berlaku bagi Rania. Ia seakan terpojok dengan pertanyaan-pertanyaan sang Direktur yang kesannya tak masuk akal.“Kamu bekerja di atas lindungan perusahaanku. Jika terjadi sesuatu padamu,bagaimana nasib perusahaanku di masa depan?Apa kamu sengaja ingin mencoreng bisnisku?”
Rania sontak saja kaget, matanya terbuka lebar karena mendengar keputusan direktur yang terbilang tiba-tiba.“Mengapa ia selalu memutuskan sesuatunya sendiri tanpa berdiskusi terlebih dahulu?Memangnya, aku ini sebuah boneka yang tak punya perasaan,” hatinya kesal.Tanpa bicara terlebih dahulu, tiba-tiba sang Direktur langsung menjadikan ia sebagai Asisten pengganti. Bagaimana tanggapan orang-orang terhadabnya nanti?Sang Direktur benar-benar telah membuat hidup Rania bermasalah.Walaupun marah, kesal dan tak terima, namun Rania tak bisa berbuat banyak. Ia tak ingin menghancurkan semua yang sudah ia bangun, hanya karena menuruti egonya.“Mengapa wajahmu terlihat murung?Apa kamu tak suka menjadi Asisten penggantiku?” Raka menatap sinis.“Bukan begitu, Tuan. Hanya saja, aku sangat terkejut dengan keputusan tiba-tiba ini. Aku juga merasa tak enak pada karyawan yang lain. Bukankah, aku baru dua hari bekerja disini?” Rania canggung.“Memangnya ada
“Aku akan menyuruh pelayan untuk mengambilkan baju yang lain. Kamu jangan kemana-mana dan awas saja, jika sampai orang lain melihatmu!” nada peringatan dari sang Direktur.Rania menggelengkan kepala dengan tatapan polos. Kini sang Direktur masih menelfon pelayan untuk mengantarkan baju untuk Rania.“Cepat antarkan baju khusus wanita!Bajunya jangan yang terbuka!Aku tunggu di ruanganku, jangan pakai lama!” Raka menutup telfon.Gadis ini terlihat sudah tak nyaman dengan busananya sekarang. Ia merasa kurang percaya diri.“Kamu boleh duduk sekarang!” perintah Raka. Pria ini kemudian mengambil jas untuk menutupi bagian kaki Rania yang terlihat.“Pakailah ini!Jika merasa kurang nyaman, seharusnya kau jujur,” Raka merendahkan suaranya.Rania terdiam, ia menatap penuh tanya pada sang Direktur. Laki-laki yang terlihat arogan, kini berubah bak menjadi malaikat pelindung.“Apa yang terjadi dengan Tuan Arogan ini?Mengapa ia terlihat berbeda dari biasanya
Setelah satu jam perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di depan sebuah kafe.“Ayo cepat turun!Ingat, jangan membuatku malu disana!Jika aku tak menyuruhmu bicara, sebaiknya diam saja!Banyak klien penting disana!” Raka dengan nada memperingatkan.“Baik, Tuan Raka. Aku akan bersikap seperti permintaan anda,” ucapnya datar.“Baguslah, kalau kau mengerti. Sekarang, ikut aku masuk ke dalam!” perintah Raka.Tanpa membantah, akhirnya Rania mengikuti langkah kaki sang Direktur.“Dasar pria sensitif!Kerjaannya marah-marah mulu. Ya Tuhan, kapankah cobaan ini akan berakhir?” Rania membatin.Sampai di dalam kafe, tampaknya para investor penting belum datang. Rupanya sang Direktur telah memesan meja nomor dua bagian depan.“Syukurlah,mereka belum sampai. Jadi, aku bisa membuat kesan yang lebih baik. Aku benar-benar sangat pintar dan jenius!” Raka memuji diri sambil tersenyum tipis.Melihat pemandangan itu, tentu membuat Rania kesal dengan gaya sang
“Gadis itu berbahasa Jepang dengan fasih!Dia belajar dari mana?Dari gaya bicaranya, sepertinya ia sudah terbiasa berbahasa asing!Bara aja bahasa Jepangnya nggak se-lancar itu.” Batin Raka penasaran.Tiba-tiba saja, Rania memberanikan diri untuk minta izin duduk disitu.“Tuan, bolehkah saya duduk?Kakiku sangat pegal,” keluh Rania.“Hmm, kita akan melanjutkan perjalanan ketemu klien yang lain,” jawab Raka datar.“Benar-benar pria gila!Dia fikir, aku ini sebuah robot. Aku juga hanya manusia biasa sepertimu yang terkadang juga butuh istirahat,” Rania membatin. Gadis ini seakan ingin menangis dan memaki sang Direktur. Namun, apalah daya jika dia hanyalah karyawan yang harus menuruti perintah.Wajah cemberut Rania seakan terpampang dengan jelas. Rupanya, sang Direktur belum usai dengan dramanya.“Ayo cepat jalan!Jangan lelet!” ucap Raka yang terdengar seperti sebuah perintah.Dengan langkah tergesa-gesa, gadis itu mengikuti sang Direktur. T