Khusus Hari Minggu Albi meluangkan waktunya untuk Zahra.
Gadis penolong yang berbaik hati mengulurkan tangannya untuk Albi di saat otak dan pikiran Albi buntu.
Albi sudah bersiap dengan pakaian olahraganya .
Albi lebih memilih menggunakan celana training pendek dengan warna yang senada dengan kaos berwarna biru navy.
Albi kini sedang mengikat tali sepatunya dan lagi-lagi Ridwan selalu kepo bertanya ini dan itu.
" Pagi - pagi udah kinclong terus itu jambul sudah naik juga ! Mau ngapel Zahra ya !" Ridwan yang sudah mengetahui rutinitas Albi di hari Minggu .
Albi tak menanggapi dengan serius ucapan Ridwan yang penting bagi dirinya Albi bisa fokus kepada tujuan hidupnya yaitu bisa mengembalikan identitasnya.
" Berisik lu... " Jawab Albi seketika selesai menyemprotkan farfum di kaos nya .
" Minggu jan
" kita mau kemana ?" Tanya Zahra. Albi hanya diam tidak menjawab pertanyaan gadis yang sedang di bonceng dirinya. Albi menghentikan motornya mendadak di pinggir jalan karena ia baru saja melihat toko jaket. Albi sendiri tidak memakai jaket saat akan bertemu dengan Zahra karena Albi berpikir hanya akan berolahraga saja. " Gak mungkin juga bawa anak orang dengan seperti ini " Albi sejenak berpikir melihat Zahra yang sama dengan dirinya tidak memakai jaket. " Beli jaket dulu " perintah Albi. Albi sudah selesai membeli jaket dan celana panjang untuk dirinya tapi,Zahra masih mematung menunggu Albi. " Kamu gak pilih jaket ?" Tanya Albi. " Nggak " jawab Zahra sambil menggelengkan kepalanya. Tanpa banyak tanya Albi langsung memilihkan jaket untuk Zahra dan membayarnya.
Zahra kembali ke rumahnya saat adzan magrib berkumandang.ia tak menyua-nyiakan waktu yang di beri sang maha pencipta untuk bisa bersujud. Meski rasa lelah dan letih hinggap di sekujur tubuhnya Zahra berlalu mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya. " Dari mana kamu ?" Tanya paman Edo yang tadi sore baru kembali dari Sulawesi. " Oh...itu tadi ... " Zahra berbicara sambil terbata-bata karena bingung apa yang harus ia jelaskan. Mulutnya seraya terkunci dan otaknya mendadak mengerem untuk memerintahkan mulut supaya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. " Kamu bisa membohongi ayahmu sendiri tapi tidak denganku " Edo berbicara sambil berlalu meninggalkan Zahra yang masih diam mematung dan belum membuka mukenanya. Sang paman berlalu dan menemui kakaknya yang tak lain ayah Zahra. " Kau membebaskan Zahra ?" Tanya Edo sambil d
Hari Edo kembali ke kesatuannya untuk melaksanakan tugasnya memimpin rapat pembentukan Panitia peserta anggota TNI yang baru. Edo memimpin rapat dengan menunjuk orang-orang yang di anggap berkompeten dalam melaksanakan tugas. Para panitia pun menyetujui hasil rapat kali ini dan menanda tangani berkas yang ada tanda sanggup menjalankan tugas. " Ingat dokumen administrasi semuanya harus lengkap !" Edo kembali mengingatkan para panitia yang telah di bentuknya. " Dan jika nanti sudah banyak yang mendaftar ! Seleksi semuanya dan loloskan mereka yang benar-benar memenuhi kriteria. Waktu menunjukkan sudah masuk waktu Dzuhur dan Edo pun membubarkan rapatnya. _-_-_- Rama di sibukkan dengan kegiatan tambahan barunya yakni mencari orang yang terbiasa dengan membangun rumah dari nol hingga ia akhirnya bertemu dengan Pak Rudi salah satu
Hari Minggu pun tiba dengan latihan bertemakan " berenang " Ridwan sedari shubuh sudah menyiapkan menu masakan simple untuk di bawa bekal nanti. Sementara Albi lebih sibuk berlatih dengan menggunakan burble buatannya sendiri. Dari hari ke hari lengan Albi menjadi terlihat lebih berotot. Terkadang jika sedang di berlatih di taman.Alvi lebih memilih pull up bergelantungan di pohon. Badan Albi kini menjadi lebih tegap berbeda saat pertama kali ia bertemu dengan Zahra di mana kulitnya yang masih terlihat bersih bahkan tidak ada warna coklat yang terbakar matahari. " Bi...kamu yang bawa ya !" Ridwan menyodorkan tas yang berisi makanan untuk santap siang mereka di sana. " Hmmm..." Jawab Albi ringan. Zahra sudah datang terdengar dari suara deru motornya. " Simpan motormu di sini saja !"
Edo sang paman melihat Zahra dari seberang jalan saat Zahra,Ridwan dan Albi keluar dari area kolam renang. Tampak jelas dari raut wajah sang paman yang merasa tidak senang ketika Zahra berjalan di apit oleh dua lelaki. Edo hanya berdiam diri saja melihat Zahra dan kedua teman pria nya sedang menaiki angkutan umum. Edo mengikuti mereka bertiga tanpa sepengetahuan Zahra. Saat Zahra bersama kedua temannya sudah sampai di depan kostan sang paman masih dengan posisi mengintai memantau Zahra. Di lihatnya Zahra sangat akrab dengan kedua teman laki-lakinya kemudian Zahra pun pamit undur diri pada Albi dan Ridwan dan langsung menyalakan mesin motornya berlalu meninggalkan mereka . Edo masih dengan setia membuntuti Zahra dari belakang dan setelah setengah jalan menuju rumah barulah sang paman membunyikan suara klakson motornya. Zahra
Usai latihan bersama Zahra,Albi merebahkan tubuhnya di atas tanah. " Cape...." Albi berkata sambil menatap langit sore. " Ini...minumlah " Zahra menyodorkan botol air minum. " Terima kasih " jawab Albi tulus. Albi bangkit sejenak dari rasa nyamannya menggeletakan diri di atas tanah kemudian ia meneguk air minum yang di berikan Zahra. Dahaganya seketika hilang tapi dahaga akan kerinduan dengan sosok keluarga kandungnya tidak bisaiabendung lagi. Banyak pertimbangan jika Albi harus menemuinya sekarang mengingat kondisi nenek,paman,bibi juga Hari dan Tia yang merupakan keluarga dekat sang ibu bisa saja mengusiknya menjadi lebih dari ini. Hari,Ningsih,Supri,Andi,Rika dan Tuti merupakan saudara kandung ibuku ! Mereka terlahir dari rahim yang sama tetapi saat di lahirkan kedunia tentu saja karakter mereka berbeda.
Tiga hari lagi daftar ulang para peserta calon anggota Bintara akan di buka dan Albi pun bersiap-siap mengumpulkan berkas yang akan di bawanya nanti. Albi masih di sibukkan dengan kegiatannya menjadi kuli bangunan. Hari ini tidak seperti biasanya Pak Rudi mengumpulkan semua pegawainya termasuk Ridwan dan Albi. " Ridwan dan Albi kalian pindah ke tempat yang baru" Pak Rudi memberi perintah. Tak ada bantahan baik dari Albi ataupun Ridwan keduanya hanya bisa manut jika masih menginginkan pundi-pundi rupiah masukke kantong mereka. Rumah yang akan di bangun kali ini milik Edo yang tak lain paman dari Zahra. Saat jam istirahat berlangsung Edo meninjau langsung lokasi yang akan di jadikanya hunian dan beberapa petak kontrakan. Edo melihat jelas sosok Albi dan Ridwan yang tempo hari ia lihat bersama dengan Zahra.
Satu hari sebelum keberangkatannya Albi memangkas rambutnya menjadi model rambut khas TNI. Usai mencukur rambutnya Albi bergegas kembali ke tempat kostannya dan mulai menyiapkan keperluan yang akan di bawanya. Ini adalah hari di mana Albi akan menyerahkan berkas regristasi ulang. Zahra dan Ridwan menepati janjinya untuk mengantarkan Albi menuju gerbang kesatriaan. Sebelum Albi masuk ke gerbang militer ia menyempatkan diri untuk melihat kedua orang yang telah mendukungnya selama ini. Albi melihat Zahra yang memberikan kehidupan baru untuk dirinya dan kini mata Albi melihat Ridwan sosok yang akan di rindukannya kelak saling beradu mulut terlebih lagi Ridwan sudah mengajari tehnik berenang di air yang selama ini belum ia dapatkan.ternyata alam yang mengajarkan Ridwan. Seragam hitam putih yang melekat di tubuhnya kini hasil tangan Zahra yang menyetrik