Dalam beberapa saat Jodi membiarkan Ayuni memeluknya. Entah kenapa dia melunak, ada sesuatu yang mendorong untuk membelai wanita yang kini sedang mendekapnya erat. Namun, sikap angkuh menahannya agar tidak melewati batas.Berbagai pertanyaan hadir di benak Jodi. Siapa Ayuni? Siapa wanita yang begitu berani memeluknya tanpa rasa malu. Apa arti dirinya bagi mereka? Mengapa mereka menangis ketika ia datang kembali ke desa itu?"Apa kita pernah dekat sebelumnya?" tanya Jodi, setelah beberapa saat mereka terdiam.Ayuni melepaskan pelukannya, ia mulai sadar dan merasa malu atas tindakannya. Dia mengerti, Jodi pasti keheranan."Ah, maaf. Kau sangat baik, walaupun sikapmu terkadang membuat jengkel tapi kau seorang dokter yang baik bagi kami. Selain itu ruma kita yang berdekatan membuat kami merasa kehilangan ketika mendengar kau meninggal," jawab Ayuni. Dia tidak memberitahu hubungan spesial di antara mereka. "Rumahku?" "Iya. Itu rumahmu, di sanalah kamu tinggal selama ini." Ayuni menunjuk
(Author P.O.V) "Gajian kali ini di tunda lagi, lusa baru uang gajian turun," kata Badrun mandor pabrik memberikan pengumuman kepada para pekerja, lalu pergi tanpa menjelaskan lagi. Terlihat raut kekecewaan di wajah para pekerja, padahal mereka menanti-nanti sejak pagi tadi. Ini hal yang sering terjadi ketika waktu gajian tiba. Ayuni pun sama dengan mereka, kecewa dan hanya bisa pasrah. Dia berjalan keluar pabrik dengan lunglai ingin segera kembali pulang ke rumah melepas penat dan kekecewaan. 'Ah...Menyebalkan!' Padahal dia sudah tidak lagi mempunyai simpanan uang, dia merogoh saku celana nya dan memandang uang satu lembar dua puluh ribuan di tangan, "Uang ini harus cukup sampai lusa," dia menggumam dalam. Teringat, tadi pagi dia berjanji akan membelikan ayam goreng kesukaan Yasmin, anak nya. "Ayuni!" Dia menoleh pada sumber suara itu, dia melihat Badrun, mandor pabrik dengan tersenyum menyebalkan kepadanya.
(Author P.OV) Subuh itu, Ayuni bergegas ke dapur memasak nasi dan melakukan aktifitas pagi seperti biasa. Sejak memiliki anak tak ada rasa malas, apalagi berleha-leha. Dia harus menjadi ibu yang tangguh mengerjakan urusan rumah, mendidik anaknya dan bekerja. Dulu, dia adalah anak yang manja karena dia anak tunggal. Orang tuanya meskipun tidak kaya, tapi berkecukupan dan selalu memanjakan. Keadaan berubah semenjak ayahnya meninggal saat dia sekolah menengah pertama. Dan ibunya yang melanjutkan perjuangannya mencari nafkah, usaha yang sudah di rintis ayahnya sebelum meninggal, mengalami kebangkrutan karena ibunya hanyalah ibu rumah tangga biasa yang tidak paham berbisnis. Dia mendengar suara langkah kaki di belakang, rupanya Yasmin terbangun. Rumah mereka memang kecil sehingga apapun segala aktivitas di rumah akan terdengar seisi rumah. Mungkin dia terbangun karena mendengar suara air ketika mencuci. "Sudah bangun sayang, mandi ya lalu sa
(Author P.O.V)Dorr... Dorr....Suara itu memecah kesunyian malam di desa yang tenang. Sebagian warga desa keluar ingin melihat sumber suara, Namun mereka tak mendapati apa pun ketika melihat keluar. Lalu mereka kembali masuk ke rumahnya masing-masing.Ayuni tentu saja terbangun karena suara seperti tembakan itu terdengar dekat dengan rumahnya. Dia mengintip di balik jendela melihat sekeliling rumah tapi tidak terlihat ada seseorang atau apapun disana. Rasa takut dan penasaran menjadi satu."Bu suara apa tadi itu?" Yasmin mengejutkannya di belakang."Suttt.. entahlah sayang," Ayuni menjawab dengan meletakan jari telunjuk di mulutnya. Dia tak berani untuk keluar, untuk melanjutkan tidurnya juga dia tidak berani, khawatir jika terjadi sesuatu lagi.Sekelilingnya sunyi senyap dia bertanya-tanya suara tembakan itu terdengar sangat jelas, tapi kenapa tidak ada seseorang pun di luar sana. Rumahnya memang terbilang agak jauh ber
(Ayuni P.O.V) Astaga! kesiangan.... "Yasmin bangun Nak!, kita bisa terlambat." Aku membangunkan anakku yang masih terlelap tidur. Sepintas aku berpikir apa sebaiknya dia tidak sekolah dulu mengingat kejadian kemarin, mungkin dia belum siap kembali ke sekolah. Di tengah kebimbangan itu tak ku sangka dia sudah melompat dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Aku menuju dapur dan menyiapkan sarapan. Setelah dia mandi, ku lihat dia memakai seragam sekolahnya. "Kamu sekolah hari ini?" tanyaku. "Lho Ibu ini gimana sih tentu saja aku harus sekolah, Ibu aneh," jawabnya. "Baiklah," aku tersenyum dan bersyukur, dia sepertinya sudah bersemangat lagi untuk berangkat sekolah. Setelah semuanya selesai dan kami bersiap untuk pergi ke sekolah tak lupa aku menyiapkan makanan untuk ibu. "Ibu kita berangkat dulu, ingat ya jangan pergi ke mana-mana tunggu Yasmin pulang sekolah!" Ujarku. Dia hanya mengangguk dan melanj
(Jodi P.O.V) Aku menyaksikan Ayuni gelagapan dengan apa yang di katakan anaknya. Tentu saja dia tidak tahu bahwa memang itu tujuanku datang ke desa ini, tanpa dia sadari aku sudah memperhatikannya sejak lama. *** Empat tahun yang lalu untuk pertama kali aku bertemu dengannya tanpa di sengaja. Dia sedang dilabrak oleh seorang perempuan. Aku merasa penasaran dan tertarik untuk menyaksikan pemandangan itu. "Dasar ganjen! kamu mau cari perhatian sama pacarku, kenapa dia mengantarkan kamu pulang?" si pemaki berkacak pinggang. "Maaf Kak, aku tidak tau dia pacar Kakak dan lagi pula aku berdua bersama dengan temanku yang lain, aku hanya menganggapnya teman biasa." "Terus kalau dia tidak punya pacar kamu mau menggodanya? Harusnya kamu sadar diri siapa kamu dasar murahan!" Perempuan itu terus memakinya, namun tiba-tiba dia mendorong Ayuni, yang sedang menggendong anak kecil hingga tersungkur di te
( Author P.O.V ) Setelah kepulangan Jodi dari rumahnya, Ayuni di buat kesal dengan apa yang di ucapkan Jodi yang membuat putrinya menaruh harapan tinggi. Sejujurnya ada perasaan senang di hatinya ketika Jodi mengatakan, perasaannya melayang. Tapi dia sadar dan mampu menguasai diri. "Mengapa dia mengatakan hal-hal yang tidak berguna," ucapnya pelan. "Maksud Ibu, Om Dokter itu?" sahut Yasmin yang mendengar ucapannya. "Hmm.... Kau jangan terlalu menganggapnya serius, orang itu hanya tidak tahu apa yang di ucapkan, aneh!" Yasmin mengerutkan keningnya dan bertanya "Bukankah Ibu yang aneh? Dia menyukaimu Ibu," lanjutnya. "Anak kecil jangan sok tahu!" Ayuni memencet hidung putrinya gemas. Dan melanjutakn, "Sayang orang itu dokter, sangat tampan, dan kaya, tidak mungkin dia menyukai aku yang tidak berpendidikan, miskin, jelek dan sudah mempunyai anak." "Apa mempunyai anak itu sesuatu yang buruk bu?" Yas
(Author P.O.V) Yasmin terus menengok ke arah pintu, menanti kepulangan Ayuni. Tidak biasanya ibunya pulang terlambat, apalagi sampai malam. Kalaupun akan pulang terlambat, ibunya selalu memberi pesan dulu sebelumnya. Perasaannya menjadi cemas Yasmin sama sekali tidak memegang handphone, dia bingung harus berbuat apa. "Nek, kenapa sampai sekarang ibu belum pulang ya?" "Tidak tahu," jawab neneknya dengan bingung dan berkata, "Aku lapar mau makan." "Aku juga Nek, tapi ibu belum pulang," kata Yasmin. Tiba-tiba dia teringat dengan Jodi, "Nek tunggu sebentar, aku akan keluar dulu." Neneknya mengangguk dan berkata," jangan lama-lama! Nenek sendiri." "Oke Nek," Yasmin menjawab sambil menutup pintu, dia berlari dengan harapan Jodi akan membantunya. Ketika sampai di depan pintu rumah mewah itu, sempat timbul keraguan. Namun tidak ada cara lain dan ia bosan menunggu, akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu.