Share

Segel Kepala Keluarga

"Argh, dasar wanita kampung sialan!" gerutu Tania sambil menghentakkan kakinya dengan kesal.

Kini mereka telah bersih sepenuhnya dari noda lumpur air danau. Bahkan tubuh Lina masih agak gemetar karena merasakan dinginnya air danau itu.

Melly sedang mengeringkan rambutnya yang basah, dia tidak ingin terkena flu. Cuaca saat ini sedang semakin dingin karena memasuki musim gugur.

"Darimana kamu tahu bahwa Alice tidak bisa berbahasa asing, Tan? Kenyataannya dia berpura-pura bodoh mendengar kita membicarakan dirinya, lalu kemudian berbalik menjebak kita."

Lina merasa tidak terima dengan kejadian hari ini, betapa memalukannya. Banyak orang yang hadir di dalam pesta dan melihatnya basah kuyup dan kotor karena lumpur.

"Ya, seharusnya bukan kita yang dipermalukan, tapi wanita kampung itu!" sahut Melly dengan geram.

"Apa kalian lihat? Bahkan Tuan Muda Gavin yang konon katanya tidak memperdulikan istrinya itu, juga lebih mempercayai dia ketimbang kita."

Setelah mereka memikirkannya, Alice bukanlah gadis yang mudah untuk diperlakukan semena-mena, dan Gavin Welbert juga tampak peduli kepadanya.

"Apa mungkin Selena menipu kita dengan memberikan informasi yang salah? Bisa saja, karena dia tidak berani menindas Alice makanya lalu meminta kita untuk melakukannya," ujar Melly menebak.

Tania terlihat memikirkan perkataan Melly, "Tidak, aku pernah menyaksikan sendiri ketika tidak sengaja berpapasan di pusat perbelanjaan. Ketika itu Alice memegang tas belanja yang sangat banyak, milik Selena dan ibunya. Bahkan ketika salah satu tas belanja itu terlepas dari tangannya, mereka tidak segan-segan menamparnya."

Tania kemudian mengambil telepon selulernya dan menekan tutsnya, terdengar nada panggilnya berbunyi.

"Halo. Ada apa Tania?"

"Selena, kami melakukan apa yang kamu minta. Kami mencoba mengerjai kakak ipar tersayangmu itu. Tebak, bagaimana hasilnya?"

"Hahaha..Apakah kalian berhasil mempermalukannya?" terdengar suara gembira Tania di ujung sana.

"Tidak, justru kami yang dipermalukan olehnya! Dia membuat kami semua tercebur ke dalam danau."

"Bagaimana bisa?" Tania merasa bingung, ketiga gadis itu bisa dikalahkan oleh satu orang.

"Kami membicarakan rencana kami dalam Bahasa Perancis, dan dia memahami percakapan kami. Dia juga fasih berbicara Bahasa Perancis.

"Alice? Dia begitu bodoh, bagaimana mungkin dia bisa berbicara bahasa asing."

"Selena, pokoknya kami sekarang sedang merasa sangat kesal. Wanita itu tidak selemah yang terlihat."

Kemudian Tania mematikan panggilannya tanpa aba-aba.

Selena yang belum selesai berbicara, "Halo, Tania..?"

Laura yang baru saja masuk ke dalam kamar Selena, sempat mendengarkan sekilas percakapan Selena dan Tania.

"Ada apa, Sel?"

"Tania, Ma. Mereka hari ini mencoba mengerjai Alice, ingin menceburkannya ke dalam danau. Namun justru mereka yang didorong ke danau. Katanya, Alice bisa berbicara Bahasa Perancis. Mustahil kan, Ma?"

Laura tampak berpikir, belakangan Alice memang memberikan sedikit perlawanan kepada mereka. Dia lebih berani. Tapi, mungkin saja itu hal yang lumrah terjadi, ada saatnya seseorang memberikan perlawanan untuk meluapkan emosinya.

"Apa mungkin setelah kecelakaan itu, dia kerasukan roh halus di lokasi kecelakaan, Ma?"

"Hush, mikir apa sih kamu?" potong Laura.

"Memang agak aneh, mobil Alice rusak separah itu. Tapi, dia tidak terluka banyak. Hanya beberapa bagian tubuhnya saja yang lecet." Selena merasa janggal.

Laura telah memerintahkan orang suruhannya untuk mengambil hasil pantauan kamera pengawas jalan di sekitar lokasi kejadian. Namun anehnya, semua video rekaman itu telah terpotong tepat setelah kecelakaan terjadi.

"Apa mungkin, Gavin yang telah mengambil rekaman video pengawas di lokasi terlebih dulu?" gumam Laura, namun Selena masih mampu mendengar suara gumaman ibunya.

"Kalau benar Kakak yang mengambilnya, apa tujuan dan alasannya Ma?"

"Mungkin saja Gavin sekarang menyadari, bahwa dengan membunuh Alice, dia akan lebih mudah menguasai saham milik Alice. Jika dia menyingkirkan Alice, dia tidak perlu repot mengurusi perempuan kampungan itu lagi."

"Tapi, segel kepala keluarga Rayes kan masih belum ketemu, Ma. Tanpa segel itu, baik Alice maupun Kakak tidak akan bisa memegang kuasa atas saham milik keluarga Rayes di perusahaan."

"Ya, kamu benar Selena."

Mereka berbicara tanpa menyadari bahwa kini pembicaraan mereka sedang didengar sepenuhnya oleh sesosok di atas atap kamar Selena.

Benar, sosok itu adalah Alice.

Sepulang dari pesta, dia langsung masuk ke kamarnya dan berpura-pura tidur. Namun, dia kemudian mengendap diam-diam ke rumah mewah yang ditinggali oleh Laura dan Selena.

Sesuai harapannya, sekarang dia memiliki sedikit gambaran tentang kemungkinan yang terjadi kepada adiknya, Elisa.

"Saham keluarga Rayes? Segel kepala keluarga Rayes?" gumam Alice.

Apa itu semua? Setaunya, ayahnya, Roland Rayes, tidak pernah mengungkit apa pun soal segel kepala keluarga Rayes. Jika benar, dimanakah segel itu sekarang?

Jika seseorang telah menemukannya, dan seseorang itu adalah Gavin. Maka besar kemungkinan bahwa dialah yang merencanakan kecelakaan Elisa.

Benar, setelah semua yang terjadi. Jika segel itu benar berada di tangan Gavin, maka dia lah orang yang diuntungkan jika Elisa mati. Dia akan menjadi kepala keluarga Welbert yang tidak tergoyahkan dengan saham sebesar itu di tangannya.

"Bajingan kamu Gavin! Jika sampai aku menemukan bahwa kamu pelaku yang berusaha mencelakakan Elisa, akan aku bunuh kamu!' geram Alice.

Alice pun pulang kembali menuju ke rumah yang dia dan Gavin tinggali saat ini dengan mengendap-endap.

Awalnya semua baik-baik saja.

Namun, ketika Alice akan memanjat ke atas kamarnya, kebetulan Gavin sedang berdiri di balkon dengan menghisap sepucuk rokok di tangannya.

Gavin menatap kepada sosok bayangan hitam yang mengendap-endap itu.

"SIAPA DISANA?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status