Share

Luka Lebam

“Astaga!”

Abian terhenyak kaget saat membuka pintu kamar. Dia melihat Diana masih duduk di sofa dengan baju kebayanya dan riasan yang masih lengkap.

“Ngapain kamu masih betah pakai baju seperti itu? Kamu pikir penampilanmu yang seperti itu menarik di mataku?”

Diana tak menjawab. Gadis itu berjalan ke arah Abian lalu membalikkan punggungnya ke belakang. “Tolong bantu aku membuka kemben yang ada di dalam. Aku tidak bisa,” pinta Diana.

Gadis itu mulai membuka kebayanya. Menyisakan kemben berwarna putih yang hanya bisa dibuka dari arah belakang.

“Kau sengaja mau menggodaku?” kesal Abian sembari mendengkus. Dia juga kesal karena Diana hanya mau bicara dengan Abian saat membutuhkan bantuan.

Diana tersenyum miris lalu menyahut, “Wajahku tidak semenarik itu untuk membuat orang sepertimu tergoda. Aku benar-benar minta tolong. Sejak tadi aku juga sudah risih sekali dengan baju sialan ini!”

“Cih! Alasan saja.” Abian mencibir. Tiba-tiba terlintas sebuah ide untuk memanfaatkan situasi ini.

“Aku mau menolongmu tapi ada syaratnya,” ucap Abian disertai senyuman jahat.

“Katakanlah,” jawabnya Diana lirih.

“Syarat gampang, aku cuma mau kamu pura-pura jadi pembantuku setiap kali ada temanku yang datang ke sini. Maaf bukannya mau menghina. kamu tahu sendirilah bagaimana perbedaan kita! Tidak mungkin kan, aku jujur pada orang lain kalau aku menikahi gadis sepertimu? Selain itu, aku juga punya pacar! Aku harap kamu tidak mengganggu hubunganku dengan pacarku. Jangan juga mengadukan yang jelek-jelek tentangku dihadapan kakek!”

“Hanya itu?” Diana tersenyum sinis disertai perasaan miris.

“Hanya itu saja. Aku harap kamu cukup tahu diri,” ujar Abian.

“Baiklah.” Diana mengangguk. Sudah ia tebak nasibnya pasti akan semiris ini. Jika ada yang lebih dari ini pun Diana masih bisa menerimanya dengan hati lapang.

“Kau tidak protes?” tanya Abian heran.

“Syaratmu masih manusiawi, kok. Kenapa aku harus protes? Kecuali jika kamu menyuruhku makan kotoran hewan baru aku protes. Toh aku juga ingin bebas. Aku mau bekerja dan pacaran dengan cowok kota juga,” jawab Diana asal.

Abian sontak tergelak. “Hahaha. Siapa yang mau pacaran dengan gadis jelek seperti kamu?!”

Lelaki itu terus terkekeh dengan nada mengejek. Tapi tangannya mulai bergerak membantu Diana melepas baju. Saat kebaya yang sejak tadi menutupi punggung dibuka, Abian langsung terperanjat melihat banyak sekali luka lebam di tubuh Diana. Tawa lelaki itu seketika lenyap.

“Ada apa dengan tubuhmu?”

Pria itu memundurkan langkah saking kagetnya. Sekujur tubuh Abian ikutan merinding karena luka lebam di tubuh Diana sangat banyak.

“Tidak usah banyak bertanya. Kurasa kamu bukan orang yang suka kepo dengan urusan orang lain!” sindir Diana.

Mendengar itu Abian melotot kesal. “Ini bukan sekadar masalah kepo! Sekarang statusmu adalah istriku. Aku harus tahu soal luka itu karena aku tidak mau kamu menggunakan lukamu sebagai alasan untuk memfitnahku!”

“Siapa yang mau memfitnahmu?” Diana berbalik badan sembari menyipitkan mata. Postur tubuh Abian yang cukup tinggi membuat gadis itu harus mendongak penuh ke arahnya.

“Mana tahu nanti kamu memangadu pada Kakek kalau aku habis memukulimu! Sebagai manusia normal aku perlu waspada terhadap orang baru sepertimu! Pokoknya aku tidak mau membantumu jika kamu tidak memberi tahu dari mana asal luka-luka yang banyak itu,” desak Abian.

Selain curiga ia juga sedikit penasaran kenapa seorang gadis seperti Diana sampai memiliki luka sebanyak itu. Mana tahu kalau luka itu didapat karena Diana suka mencuri di kampungnya.

Diana mendesah lalu kembali memunggungi Abian. “Sehari yang lalu aku habis dipukuli ayahku. Dia sering melakukan ini ketika mabuk,” jawab gadis itu apa adanya.

“Kenapa dia memukulimu?”

Tangan Abian mulai bergerak membuka kemben milik Diana. Entah kenapa matanya tidak bisa berpaling dari punggung putih yang dipenuhi luka itu.

“Sama sepertimu. Ayahku juga menganggap aku sebagai gadis pembawa sial!”

Abian tersentak. Tangannya berhenti bergerak. Dia memang sempat mengatakan itu, tapi semua perkataan itu hanyalah makian asal yang terlintas di kepala. Bukan sesuatu yang diucapkan dari lubuk hati seperti tuduhan Diana barusan.

“Ayah bilang semua orang yang dekat denganku akan bernasib sial. Dulu ibuku meninggal karena melahirkanku. Temanku juga pernah meninggal kecelakaan sepulang mengantarkanku pulang dari sekolah. Dan kamu … kamu harus bernasib sial karena menikahi orang seperti aku. Apa penjelasan itu sudah cukup membuatmu puas?” tanya Diana dengan suara lirih yang mengandung jejak putus asa.

Abian refleks meneguk ludah. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

“Cepat lanjutkan. Nanti kamu bisa tambah sial kalau lama-lama dekat denganku,” seru Diana membuyarkan Abian dari lamunan.

Buru-buru Abian meneruskan tugasnya. Diana kembali berbalik setelah semua kancing dibuka oleh Abian.

“Aku harap kamu orang terakhir yang bernasib sial karena aku. Aku juga tidak mau dilahirkan sebagai gadis pembawa sial!” Diana tersenyum lalu melangkah ke kamar mandi setelah mengatakan itu.

Abian masih terpaku di tempat. Matanya menyorot ke arah pintu kamar mandi. Dia bisa melihat senyum getir Diana saat menatapnya beberapa saat lalu.

“Keburukan apa yang sudah dialami gadis jelek itu sampai hatiku ikut merasakan sakit juga?”

Lelaki itu menekan dadanya. Ada denyut tidak wajar yang terasa di bagian sana. Lebih tepatnya rasa sakit dan sesak yang tiba-tiba menghantam perasaan Abian.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kasihan Diana. ..... Abian apa yg kamu rasakan itu bisa jadi rasa haru akan nasib Diana
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
ya ambruk diana q ikutan mewek ini hua hua hua
goodnovel comment avatar
vieta_novie
hayooo....Abian kepo kan...maka nya yuk kenali Diana lebih deket lagi...ingat lah pepatah,tak kenal maka tak sayang...sapa tau klo abis kenal lebih deket bisa tumbuh rasa sayang diantara mereka...xixixixi...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status