Share

Bab 40 - Rindu

Waktu terus berjalan.

Kini tepat 7 hari sejak aku mendapatkan kabar itu melalui Windi dan Arlo. Dan selama itu pula, tidak ada kabar lain yang datang.

Entah itu suatu hal yang baik atau tidak.

Namun, setiap hari, rasanya seperti sedang menunggu hukuman mati. Kecemasan menguar di udara, menyatu di dalam setiap desah napas kami.

Setiap ketukan yang muncul dari balik pintu, dan dering ponsel yang terdengar membuat tingkat kecemasanku bertambah semakin tinggi. Dan kurasa, baik Windi maupun Arlo merasakan hal yang sama.

Tapi ada satu hal yang patut kusyukuri, meski awalnya begitu keras menentang, akhirnya Windi dan Arlo membiarkanku bekerja. Toh, walau bagaimana pun kami akan berpisah. Aku harus bisa hidup di atas kedua kakiku sendiri saat semuanya benar-benar berakhir.

Dan kafe Kak Ronan adalah pilihan terbaik.

Mungkin karena terbawa euphoria saat pertama kali bertemu dengannya, aku sama sekali tidak menyadari Kak Ronan menggunakan apron berwarna hijau tua di atas kemeja kremnya. Ia adala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status