Share

Bab 4

Brightstone Evergreen. Aku telah berada disini, setelah satu jam tadi menunggu Anthony pergi. Seperti yang diinginkannya, Aku, datang dengan supir dan mobil yang telah disiapkannya, dan sesuai perintahnya hanya Nyonya Barnet dan orangtuaku yang bisa kukunjungi hari ini. itu juga yang diulang supir bernama Jackson yang dinginnya hampir seperti bosnya. 

kulihat kembali Kafe yang cukup besar itu. Aku tersenyum tipis membayangkan masalaluku yang adalah beberapa hari lalu, masih menggunakan seragam The maid. Kini, Aku tak diperbolehkan lagi memakai baju  itu, karen Grandma Hilda tak mengizinkanku. Menurutnya, Istri pria TERHORMAT Anthony Barnet tak bisa lagi menjadi pelayan di Kafe besar ini. Itu diucapkan sehari sebelum pernikahanku, namun Aku harus tetap kekantornya, menyapanya sebagai nenek Mertua. 

Pastinya Dia ingin membahas tentang tingkah lakuku di kemudian hari, dan lebih resminya dengan perjanjian hitam putih. Ya, kurasa itulah yang terjadi. Kulihat dari depan Colorado Road, seberang jalan Kafe di depan jalan itu adalah yang terbaik. Baru satu minggu Aku hengkang dari tempat itu, namun rasanya tempat magangku itu seolah memintaku untuk kembali bekerja.

"Yah... Aku di sini seb" sahutku sambil menyilap rambutku yang tertiup angin. Semoga tidakn ada yang menyadari diriku sebagai Pengantin baru Barnet, karena Aku tak mau menjawab pertanyaan mereka mengenai malam naas kami. Ya, begitulah aku memaknai tadi malam.

Mataku segera kekanan dan kiri, memastikan tak ada motor dan mobil nekat yang menghalau jalanku. Oke, Aku menyeberang. YA! lagi, sakit. selangkaganku hampir saja berteriak. Memangnya efek tadi malam akan lama kurasakan ya? Memang saat buang air kecil tadi terasa sangat nyeri, Aku bahkan tak berani melihat apapun. cukup. Aku tak sekalipun mempersiapkan bagian penting untukku itu, karena itu…

Ya, ampun. Kenapa sih? Kenapa Aku harus persiapan? Aku tidak berniat untuk menyerahkan diri pada penyamun itu. Bodoh, bodoh, bodoh. Aku tak harus membayangkannya. Kakiku segera kulangkahkan lagi, pura-pura tak terjadi apapun. Nenek Hilda menungguku untuk menandatangi sesuatu, perjanjian kontrak.

Dan untuk kejadian tadi malam, sungguh, Aku juga tak akan membahasnya. 
Kuharap dia juga tak tahu.

Langkahku sampai pada pintu masuk Brightsone yang terbuat dari kayu dan kaca setengah pintu. Mataku segera menengadah, membocorkan lonceng khas pintu yang selalu berbunyi bila terbuka. Emas, dan terlihat menyala seperti seharusnya. Lonceng itu segera berbunyi begitu tiba dan membuka pintu.

Kriling-kriling….! Ya, Aku masuk. Kakiku masuk dengan hentakan sepatu menikah putih pengantinku. Aku tidak punya sepatu lagi, jadi disinilah Aku dengan sepatu pengantin yang membawaku masuk. Lumayan banyak pengunjung, dan tak kusangka tempat ini jadi ramai, padahal ini adalah pagi hari dimana seharusnya semua orang tengah bekerja. Aku melangkah, mencari Keira. Pagi ini adalah jadwal jaganya di kafe ini. Dia pasti ada.

Mataku masih berusaha mencari keberadaannya, Mencari sosok wanita berkulit putih gelap terbakar matahari dengan rambut coklat pirang yang mirip daun telinganya. Kucari, namun tak ketemu. Beberapa mata juga memandangku, dan kembali mataku ikut memandang tubuhku akan apa yang kupakai. Hari ini Aku datang menggunakan celana Palazzo hitam dan kemeja putih putih polos. Anthony cukup sigap memesan baju untukku, akhirnya Aku bisa berbusana seperti layaknya wanita yang memakai baju. Dan kembali pada alasan para orang-orang menatapku. Kurasa, tak ada yang aneh. Rambutku terurai, kering dengan sendirinya tanpa perlu memakai pengering rambut. Ya, Sebetulnya tak ada yang aneh. Tapi kenapa mata-mata itu masih melihatku. Aku kemudian ikut jalanku. Sambil kembali melihat sekeliling.

"Megan?" Aku kenal suara itu, Keira Norwood, sahabatku. Tubuhku segera berbalik, "Kei!" Sahutku. 

" Ohw.. yaa.. itu kamu… selamat pagi Mrs Barnet! Apa yang dilakukan pengantin baru disini?" Keira tak tahu aku akan datang kesini. "Sssst!" Terlambat. Semua orang memandangku. Aku merangkulnya untuk membawanya ke toilet. "Hei, kamu kenapa sih?!" tanyanya tidak mengerti. 

"Jangan ribut! Ayo ke toilet dulu!" Sahutku sambil membawanya dengan paksa.

Cklek!  Pintu itu tertutup, dan Aku berinisiatif menguncinya. "Apa yang kamu lakukan? Mengapa tidak terkunci?" Tanyanya, Dia pasti heran dengan perlakuanku. "Sssssst! Kau ini berisik sekali sih!" Sahutku. "Dengar dulu, dengar!" seruku.

"Oke, Aku diam, apa yang akan kau katakan?" Tanyanya seraya melipat kedua di atas perut kecilnya. Aku menghela napas dalam. Cukup dalam. Keira tahu alasanku menikah dengan Barnet. Begitu pula Charly (Meskipun Dia sedikit kurang setuju dengan keputusan terburu-buru ini). Namun untuk saat ini, ada yang harus kuakui pada Keira saja. "Kei.. dengar, Aku... tadi malam aku tidur dengan Anthony.."

"APA?!" Pekiknya, sembari menyungkupkan kedua tangan pada hidungnya. "Terus bagaimana? Apa yang kau lihat?"

Ya ampun anak ini!

"Hehehe... Jelas Kau pasti terpesona, mana sini kulihat cara berjalanmu!" Tukasnya memegang pinggangku.

"Tunggu! Dengarkan aku dulu?!" Dia yang terlihat senang, namun Aku yang jengkel. 

"Mrs Barnet….., mm, kata-kata itu pas kamu"

"Kecilkan suaramu, keadaan tak seperti itu!" Aku malu, ternyata pengakuanku menjadi senjata untuk mempermalukanku. "Ayooo Aku mau melihat caramu berjalan..." Dia menggodaku lagi. "Sudahlah Keira.. please...!" Tampikku, kurasa telah memerah tanpa bisa kucegah. "Lihatlah wajahmu memerah,..bagaimana? Apa dia sangat bersemangat? Apa kasur kalian sampai rubuh? Kau tidak sakit saat pipis?" 

Kenapa wanita ini jadi antusias? Gigiku bergemeretak malu. Aku ingin mengoceh, namun kutahan. Alhasil, malah keningku yang panas. "Kau tahu kan, aku menikah untuk apa? Memangnya aku suka sama suka tidur dengannya?" jelasku, tak tahan untuk memberitahu semuanya. 

"Kau ini wanita barat, Aku saja sudah melakukannya diusia delapan belas, Kau ini terlalu kuno Megan! Kau wanita cantik yang kuno.." umpatnya, sampil menyentuh pundak kiriku. "Aku tidak percaya melewatinya sambil mabuk, Pria itu memaksaku jadi-" mulut ini berbicara sebelum hatiku siap.

"Wauuuwh…. Dipaksa. Entah mengapa saya menyesal tidak memasang Video di rumah Barnet, khususnya..."

Aku hanya bisa memasangkan wajah sewot, sembari bertolak belakang. Percuma membahas ini dengan Keira Norwood, kepalanya sudah berisi hal yang begituan. "Okey okey. Kau mempertahan kegadisanmu, tapi siapa yang akan percaya wanita yang menikah dua tahun, tak bersentuhan dengan suaminya? Mereka akan mengira Barnet penyuka sesama jenis" 

"Hidupnya tak ada hubungannya denganku"

"Ohya… Kau tidak akan tahan hidup dengan Pria sepertinya, lihat saja. Aku menunggu Kau mengaku jatuh hati padamu" umpatnya lagi. Lagi-lagi Keira menggodaku. "Apa itu penting? Kami akan bercerai, satu tahun lagi.." meskipun Anthony memberitahuku bahwa keputusan cerai akan datang darinya. "Jelas ada, Kalian akan hidup bersama. Satu tahun itu lumayan panjang sobat" Ya, benar.

"Hei... Apa Nyonya tua Barnet sudah memberimu harta warisan?" tanya Alana dengan kening mengangkat. 

"Warisan? Apa maksudmu?"

"Kau menikah dengan Pria kaya, meskipun palsu, Kau kan sudah terikat kontrak dengan Nyonya tua yang kendalikan atas Suamimu" tukasnya.

"Tidak…." Yang kutahu, Nenek Hilda akan memberiku sejumlah uang. Dan uang itu akan kugunakan membayar pengobatan Ibu, membantu Martha untuk utangnya, serta untuk memajukan bisnis Ayahku kembali. Itulah misi Megan Sinclair. 

"Jadi Nyonya memanggilmu kesini untuk membahas kontrak?" 

"Ya, kurasa begitu" jawabku acuh tak acuh.

"Pelajari dengan jelas kontraknya, isi kontrak dengan orang kaya tak boleh disepelekan, Anda mengerti?" Ya, Inilah Keira yang mendukungku. Akhirnya Kepalanya sehat, syukurlah.

"Charly masih setuju tak setuju dengan keputusanmu, tapi sudahlah, ini bukan masalahnya, kami tahu masalahmu berat sobat…" Benar. Pria itu sebetulnya tak setuju. Tapi Dia tak menjelaskannya terang-terangan. Dia adalah teman yang baik. Pria tinggi yang hampir tak memiliki otot bisep dan trisep, si Vegetarian yang gemar membaca buku perjuangan Abraham Lincoln untuk kemerdekaan Amerika dan kisah Pearl Harbour. "Sudahlah, nanti juga James akan mengerti. Dia kan Pria, jadi biarlah…." Ulang Keira lagi. 

"Ya, nanti Aku akan berbicara dengannya" ucapku. Kurasa sahabatku yang satu lagi itu harus kuajak bicara. "Jam berapa kau janjian dengan nyonya Barnet?"

Kulihat jam tangan di lengan Keira. "Sekarang jam berapa?" bertanya. "Jam sebelas pagi waktu Beauford. "Astaga, aku janjian jam sebelas siang. Oke, aku akan menemui Nenek Barnet dulu" ucapku yang segera bergerak membuka kunci.

"Ya.. Kalau kau ingin makan siang, Kau bilang saja ya aku."

"Okey.. Aku akan turun selepas bertemu Grandma" jawabku yang segera berlalu. Kini saatnya membuat janji yang sejelas-jelasnya dengan TETUA BARNET yang menguasai hajat hidup Anthony Barnet.

***

Keira itu sebelas dua belas sama Barnet kayaknya, XD.

-bersambung-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status