Chapter 7
PENGANTIN BARU, RUMAH BARU
Drrt!
Maudy menatap sejenak ke layar ponselnya yang dihiasi wallpaper matahari tenggelam. Setelah menghadapi kemarahan dari teman satu kantornya tadi pagi, dia memutuskan untuk mengaktifkan nada getar ponselnya.
Dia lalu memasukkan kembali ponsel itu ke dalam tasnya. Namun, baru saja benda itu tersimpan di balik tas berwarna hitam, sebuah getaran merambat ke permukaan tas dan menyentuh tangannya.
Maudy menghela napas. Dibukanya lagi resleting tasnya dan mengambil benda persegi panjang itu. Gerakannya terhenti setelah melihat nama yang tertera di layar.
Maudy ingin mengabaikan panggilan itu, tetapi dia ingat betul bahwa itu melanggar kontrak secara terang-terangan. Bisa saja memang ada hal penting yang akan disampaikan Marcel padanya.
"Halo!" Perempuan itu menyapa lawan bicaranya dengan nada sedik
Chapter 8MASUK KANTORKeesokan harinya, pagi-pagi benar, Maudy langsung berangkat ke kantor. Sebenarnya, seluruh badannya terasa penat. Namun, ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.Wanita yang memiliki tinggi badan 155 cm itu merasa beruntung karena Marcel tidak benar-benar datang seperti pemberitahuannya di telepon kemarin sore. Jadi, dia bisa berbaring sepuasnya.Setibanya di kantor, tubuhnya langsung dihenyakkan ke atas kursi kerjanya yang lumayan empuk. Baru izin beberapa hari, rasanya Maudy sudah sangat merindukan tempat kerjanya ini.Dia sangat senang duduk di kursi kerjanya yang menghadap pemandangan luar gedung yang luas. Sepatu hak tingginya dilepas lalu kakinya diluruskan sebentar ke atas permadani yang hangat. Maudy tersenyum. Dinikmatinya suasana ini sepenuh hati.Wah, tidak disangka, tiba-tiba saja dia sedikit mengantuk. Apakah kar
Chapter 9LEKAS SEMBUH, ALYSAHanya berkisar kurang lebih sepuluh menit, angkutan umum yang dinaiki oleh Maudy hampir tiba di kawasan rumah sakit. Bangunan putih itu sudah terlihat menjulang tinggi dari kejauhan.Untunglah Rumah Sakit Mitra Sehat berdiri di pusat kota sehingga tidak menyulitkan untuk dijangkau dengan angkutan umum. Letaknya yang strategis dan jaraknya yang dekat dengan tempat tinggal maupun kantor sangat menguntungkan bagi Maudy.Tet. Teeett.Bunyi klakson mobil bersahut-sahutan. Udara panas dan jalanan yang macet sepertinya membuat semakin sulit mengontrol emosi."Minggir Kau, ah!Kau tidak tahu kalau jalan ini jalan umum? Bertelepon pula di jalan raya."Maudy terkejut dan takut mendengar suara makian sopir angkutan yang membawanya. Padahal, wajah sopir yang menjadi lawannya sama-sama san
Chapter 10PULANGMarcel baret duduk di sofa sambil menahan kemarahan yang menggelegak dalam dirinya. Pesan dari Jod membuatnya geram.Dasinya sudah dilonggarkan sejak tadi. Kegerahan yang dirasakannya tentunya bukan karena setelan jas hitam yang dikenakannya.Ditatapnya asisten Jod yang bernama Teddy berdiri mematung dengan wajah pucat. Jika bisa, laki-laki berkacamata dan bertubuh ceking itu mungkin ingin segera menghilang saja dari sini."Hei! Kamu yang di sana!" Tangan Marcel yang menyatu di bawah dagunya yang terlihat kuat."Ya, Tuan Marcel?" Sebisa mungkin, Teddy menahan ketakutannya."Sebenarnya, sepenting apa urusan ini sehingga aku harus menunggu tuanmu?""Maaf, Tuan. Sa... saya kurang tahu," kata Teddy gemetaran. "Maaf, sekali lagi."Marcel menghela napas lalu berdiri t
Chapter 11TINGGAL BERSAMAJarum jam terus berdetak dalam tempo yang teratur. Jarum pendek kini mengarah ke angka sembilan. Tidak ada suara lain yang terdengar di ruangan seolah-olah tiada penghuni yang tinggal dan beraktivitas setiap harinya di rumah itu.Maudy yang terbaring kelelahan sejak tadi mulai bangkit lalu masuk ke kamar mandi. Dia mulai menghapus lalu mencuci sisa riasan di wajahnya. Dengan perlahan, ditepuk-tepuknya kulit wajahnya dengan handuk wajah lalu mengoleskan krim malam tipis-tipis.Beberapa saat kemudian, dia duduk dalam diam sambil menatap dirinya sendiri di dalam cermin. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia sering melakukannya.Sebenarnya, meskipun di luar dia terlihat tidak takut apa-apa, dia juga memiliki rasa takut. Dia benci terlalu sepi seperti ini. Tinggal di rumah besar dan sendirian serta diabaikan. Ini membuatnya teringat akan kesendirian
Chapter 12LATIHAN MENJADI ISTRIPagi menyapa. Maudy terbangun dan menyadari bahwa dia telah berada di tempat tidur. Kedua bola matanya mengarah kepada Marcel yang masih terbaring di sebelahnya."Apa tanpa sadar aku pindah ke sini tadi malam?" gumam Maudy sambil menggosok matanya.Laki-laki itu itu juga terbangun dan memicingkan mata. Untuk sesaat, mereka bertatapan. Segera saat bibit kesadaran menyusup ke otak mereka masing-masing, Maudy segera menjauh dan Marcel segera terduduk."Apa kamu yang memindahkan aku ke tempat tidur?" tanya Maudy.Marcel mendengus. "Apa aku terlihat seperti orang yang mau repot-repot melakukan hal itu?" ejek Marcel sambil bertopang dagu."Jadi...aku pindah sendiri?" tanya Maudy bingung. "Sepertinya aku berjalan sambil tidur," sambungnya lagi."Aku tidak tahu apa-apa.
Chapter 13 PASANGAN MESRA Marcel menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dengan wajah datar. Sesungguhnya, dia agak gelisah, tetapi menutupinya karena mama dan papanya hampir tiba. Saat ini, dia duduk manis menunggu menantu rumah ini sambil berbincang rahasia dengan salah satu asisten rumah tangga. Banyak hal yang perlu disampaikan kepada mereka agar mamanya tidak curiga apabila jawaban yang mereka terima berbeda-beda. Pandangan Marcel kembali terarah ke pintu masuk, lalu kembali sibuk dengan koran yang dibacanya. "Apa seharusnya aku membiarkan sopir menjemputnya tadi?" gumam laki-laki itu sambil mencoba meningkatkan perhatian pada lembar koran yang dipegangnya. Akan tetapi, huruf-huruf yang bertaburan di lembar koran itu seakan-akan menari dan berebutan untuk memecah logikanya. Dia tidak mengerti apa isinya karena tidak bisa berkonse
Chapter 14JAMU PENYUBUR DARI MERTUAPagi harinya, Maudy terbangun dengan kepala sedikit nyeri dan pusing. Sikap Marcel yang kurang jelas membuatnya malah banyak berpikir dan baru bisa tidur menjelang terang hari.Saat terbangun, yang pertama sekali dia lihat adalah Marcel yang terbaring di sebelahnya.Sejenak dia merasa heran. Mengapa laki-laki itu mengizinkan dia tidur di atas ranjang yang sama?Awalnya dia mengira itu adalah salah satu bentuk perasaan bersalah darinya. Namun, perempuan itu mengingatkan dirinya kembali bahwa mulai detik itu juga dia tidak boleh terlalu mudah percaya pada Marcel. Bagaimanapun tujuan laki-laki itu mengajukan pernikahan kontrak yang sebenarnya belum terungkap hingga sekarang.Memang, ada poin-poin tertentu yang menunjukkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Akan tetapi, Maudy tetap merasa ada maksud tersembun
Chapter 15HARI YANG BERATSetelah sarapan dan bersiap-siap, pelayan memasukkan bunga dan kendi air ke dalam mobil. Tanpa sepengetahuan Maudy, beberapa koper juga dimasukkan ke bagasi dan bagian belakang mobil.Semua orang lebih banyak diam selama perjalanan. Maudy juga demikian. Dia beberapa kali melirik wajah Marcel yang terlihat dingin bahkan tadi di meja makan. Masalahnya, keluarganya tidak terlalu ambil hati dengan sikapnya. Tinggallah dia sendiri yang berkali-kali mulai mempertanyakan keputusannya untuk menjalani pernikahan sementara ini dengan laki-laki tersebut.'Tidak, Maud! Kamu sama sekali tidak boleh menyesal atau mempertanyakan keputusan ini,' katanya dalam hati untuk mengingatkan dirinya sendiri.Marcel yang sadar dilirik oleh istrinya, sengaja tidak menanggapi. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya saat ini. Banyak hal yang melibatkan perasa