Share

Pertengkaran

"Grey? Kenapa kamu tidak menyahut? Apa kamu ada di dalam?" panggil pria itu lagi. 

Tak lama kemudian, ponsel Greya yang berada di atas meja makan berdering. Suara ponsel Greya terdengar sampai keluar.

"Grey, kamu ada di dalam tidak?" tanya pria itu lagi mulai panik.

"Lepaskan aku, pria mesum!" bentak Greya kesal.

"Baiklah. Aku tidak jadi memakanmu sebagai sarapan pagi," ucapnya yang langsung melepaskan pegangannya dari tubuh Greya.

"Pinjamkan ponselmu!" pintanya sambil menengadahkan tangannya.

"Untuk apa?" tanya Greya meningkatkan rasa kewaspadaannya.

"Aku mau menghubungi orangku untuk menjemputku di sini. Apa kau kau mau menampungku sampai aku sembuh? Kalau begitu, aku akan menumpang di sini dengan senang hati!" Hansel memperlihatkan sederet giginya. Meskipun terlihat menyebalkan, tetapi wajahnya sangat tampan. Namun, tetap saja Greya tidak terpesona. Aura menyebalkan lebih mendominasi.

"Menumpang? Enak saja. Pergi sana!" Greya menolak tubuh Hansel sampai terduduk di ranjang. Hansel hanya menyunggingkan senyum menawannya saja. Greya berlalu, mengambil ponselnya kemudian memberikan pada Hansel. 

"Kenapa kau masih di sini?" tanya Hansel mendelik heran.

"Untuk mengawasimu! Cepatlah! Pacarku sudah menunggu di luar," ketus Greya, melirik ke arah jendela, memastikan Jonathan yang masih berdiri di sana menunggu Greya membukakan pintunya.

"Kenapa harus menungguku? Bukakan saja pintu untuk pacarmu!" seru Hansel.

'Lama-lama stok kesabaranku mulai menipis menghadapi pria sialan ini!' umpat Greya dalam hati.

"Baiklah, aku tidak mau mengganggu waktumu dengan pacarmu lagi." Hansel langsung memasukkan beberapa digit nomor dan melakukan panggilan.

"Alex, jemput aku di jalan…." Hansel tidak tau di mana dia sekarang berada. Menatap Greya yang sedang bersedekap menatapnya tak suka.

"Di mana ini?" tanya Hansel.

"Jalan Nuri!" ketus Grey.

"Jemput aku di jalan Nuri! Dalam lima belas menit, kau harus sampai di sini!" titahnya. Langsung memutuskan sambungan telepon sebelum mendengar jawaban Alex.

"Cih, gayanya seperti Tuan muda saja!" ledek Greya sembari melihat ke sembarang arah.

Hansel tidak ikan celotehan wanita di depannya. Dengan langkah terbincang-bincang Dia menuju ke pintu depan. Dream menatap Hansel dengan kening yang berkerut dalam.

'Mau apa lagi pria ini?" batinnya bertanya-tanya.

Tidak diduga, Hansel malah membuka pintu depan, dia sengaja melakukannya untuk membuat Greya dan pacarnya cekcok. 

"Siapa kau?" tanya Jonathan ketika pertama kali melihat Hansel. Hansel hanya tersenyum, dia sudah menduga, reaksi inilah yang diterimanya.

"Bukan siapa-siapa. Hanya menumpang bermalam saja!" jawabnya ambigu.

"Bermalam?" Jonathan bertanya-tanya, kemudian dia celingak-celinguk melihat ke arah dalam berusaha mencari Greya. "Di mana Greya?" tanya Jo, masih menghunuskan tatapan tajam pada Hansel yang bahkan tidak menatap balik ke arah Jo.

"Entah, mungkin sedang mandi!" lagi-lagi jawaban ambigu yang didapatnya. Membuat Jonathan naik pitam.

"Jangan mengada-ada, Greya bukan wanita seperti itu!" pekik Jo marah.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku tidak mengenalinya dengan baik. Hanya menumpang bermalam saja … satu malam!" celetuknya.

Di dalam kamar, mendengar pengakuan Hansel, membuat Greya tidak berani keluar untuk menemui pacarnya. Dia meringkuk di tepi tempat tidur, berusaha menyembunyikan diri jika sewaktu-waktu Jo masuk dan mencarinya untuk menuntut penjelasan.

"Sialan! Sungguh, aku benar-benar sangat menyesal telah menolong pria bajingan itu!" rutuknya sambil mengepalkan tangannya.

Tidak berselang lama, terdengar deruan mesin mobil berhenti tepat di depan rumah Greya. Penasaran dengan sang empu pemilik mobil, Greya mengintip dari sela-sela jendelanya. 

"Ternyata dia memang seorang Tuan muda!" gumam Greya yang masih mengintip sampai mobil itu melaju dan hilang dari pandangan matanya.

"Greya!" Greya tersentak saat Jo kembali memanggil namanya. Dia menghela nafas panjang nan dalam, memutuskan untuk keluar dan menghadapi amarah Jonathan.

"Jo, masuklah!" pinta Greya, dia berdiri di ambang pintu.

"Grey, siapa pria itu? Kenapa dia bermalam di sini? Apa hubungan kalian? Kenapa dia mengatakan kata-kata yang terlalu ambigu dan membuatku salah paham? Jawab, Grey!" cecar Jonathan, pria itu terlihat tak sabaran ingin segera mendengar penjelasan dari mulut Greya.

Greya menarik nafas panjang, dia memejamkan matanya sesaat. "Bisakah kamu masuk terlebih dulu? Aku akan menjelaskannya di dalam. Jangan menanyaiku di sini, orang-orang sedang memperhatikan kita, Jo!" sanggah Greya mulai kesal.

"Baiklah. Tapi, kuharap kamu bisa memberikan penjelasan yang bisa aku cerna dengan baik, Grey!" Jonathan menurut, dia masuk dan duduk di meja makan. Seperti kebiasaan lama, jika Jonathan datang di pagi hari, maka mereka akan sarapan bersama.

"Makanlah dulu! Aku akan menjelaskan pelan-pelan sambil makan," ujar Greya.

"Jadi, dia memang bermalam di sini!" akunya jujur, menurut Greya kejujuran memang lebih baik.

"Kenapa kau mengizinkannya bermalam di sini? Sedangkan aku, kenapa tidak?" protes Jo.

"Bisakah kamu mendengarkan penjelasanku dulu? Aku belum selesai bicara!" sentak Greya, dia juga mulai kesal dengan Jo yang terlalu menyudutkannya. Padahal, dirinya dan Hansel tidak melakukan apapun semalam.

"Dia memang bermalam di sini, tapi kami tidak melakukan apapun! Dia di kamar, dan aku di sofa. Kau lihat cara berjalannya tadi, 'kan? Dia sedang terluka, banyak timah panas yang menembus kulitnya. Aku terpaksa menolongnya, Jo!" terang Greya berbicara sejujurnya.

"Aku tidak percaya!" 

"Kenapa?" tanya Greya, dia sungguh kecewa. Jo adalah kekasihnya. Seharusnya, dia bisa percaya pada ucapan Greya. Karena apa yang dikatakan Greya memang kebenaran yang terjadi.

"Mana mungkin pria dan wanita bermalam di satu atap yang sama tidak melakukan apapun!" cicit Jo.

"Kau tidak percaya pada apa yang kukatakan?" tanya Greya sekali lagi.

"Aku tidak percaya! Kecuali, kau memberikan bukti yang pasti!" sungut Jo menatap lekat manik hazel Greya.

"Apa yang bisa kuberikan sebagai bukti? Aku tidak memiliki apapun!" bantah Greya.

"Ada. Kau bisa membuktikannya dengan memberikan kesucianmu padaku. Jika kau benar-benar masih perawan, maka aku akan percaya," ucap Jo dengan entengnya.

Greya menggebrak meja, "Jangan keterlaluan! Aku bukan wanita murahan seperti wanita-wanita yang sering kau tiduri itu!" bentak Greya, matanya memerah menahan amarah yang semakin membuncah di dadanya.

"Jangan menuduhku, Grey! Jelas-jelas kau yang bersalah malah melemparkan semua kesalahanmu padaku!" Jonathan berdecak, menatap Greya dengan tatapan merendahkan.

"Jangan-jangan, kau memang sudah tidur dengan pria itu karena dia kaya raya, kan? Di depanku berpura-pura suci, tapi sebenarnya wanita jalang juga!" cibir Jo, kata-katanya begitu menusuk hati Greya.

Plak!

Sebuah tamparan melayang bebas di pipi Jo. Sontak, pipi Jo terasa panas dan memerah. Pria itu berdiri dan hendak membalas tamparan Greya.

"Apa? Kau juga mau menamparku? Lakukanlah! Lakukan! Apa yang kukatakan itu memang benar adanya! Kau memang selalu mempermainkan hubungan kita! Kita sudah menjalani hubungan ini selama lima tahun. Selama itulah kau selalu menduakan aku dengan ratusan wanita di luaran sana!" pekik Greya berang

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status