Share

07. Musuh Mulai Menyerang

Arawinda menatap Kaivan nyalang.

"Mau minum sendiri atau harus saya paksa minum lagi?"

Cepat-cepat Arawinda mengambil gelas dari tangan besar Kaivan dan minum dengan rakus. Ia tak menyangka, benar-benar tak menyangka!

Kenapa ciuman pertamanya malah diambil oleh si brengsek Kaivan!

Kenapa harus laki-laki itu!

"Bagus, saya keluar."

Andai saja Arawinda bisa berteriak, mungkin sekarang ia sudah memaki laki-laki itu. Mungkin saja ia sudah mencakar wajah Kaivan.

Menyimpan gelas dengan keras di atas nakas, Arawinda pun mendesah dan membaringkan diri asal di atas brankar. Sebelum mengusap-usap kasar bibirnya jijik.

Ia dan Kaivan sudah ciuman!

Tidak, bukan ciuman.

Seperti yang tadi Arawinda putuskan, semua yang Kaivan lakukan padanya adalah pelecehan. Iya, pelecehan dan Arawinda bisa sekali untuk melaporkan laki-laki itu ke polisi kan?

Sedang di sisi lain, Kaivan kini duduk di kursi besi panjang yang tersimpan di sisi tembok lorong rumah sakit.

Ia terlalu jauh kan barusan sampai harus menciu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status