Kedua tangan Erick menggenggam kuat besi pembatas yang ada di hadapannya. Rahangnya mengeras dan tatapannya tajam saat melihat Elsa bermesraan dengan laki-laki lain. Istrinya benar-benar seperti sedang menguji kesabarannya.
“Ayo, kita pulang!” ajak Erick.
Reza dan kedua laki-laki yang merupakan body guard Erick berjalan mengikuti Erick yang sedang terlihat kesal.
Elsa sendiri tidak menyadari kehadiran dan kepergian suaminya. Elsa masih asik berfoto serta berbincang dengan artis idolanya.
Tidak terasa hari sudah semakin sore. Elsa harus segera kembali ke rumah sebelum Erick pulang.
“Kak ayolah ikut denganku. Aku membawakan Kakak banyak oleh-oleh, aku juga ingin menunjukan rumahku pada Kakak,” rengek Elsa.
“El, lain kali saja. Mas Abi sebentar lagi akan pulang dari kantornya,” tolak Lina.
“Ck, ya sudah. Tapi besok-besok Kakak tidak boleh menolak saat aku meminta kakak untuk datang ke rumahku,&rd
Pagi hari yang cerah, Elsa bersenandung kecil setelah mandi. Elsa melangkah menuju lemari pakaiannya untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan. Dress ketat berwarna merah dengan panjang di atas lutut menjadi pilihan bagi Elsa.“Kamu terlihat bahagia sekali.”Elsa menoleh ke arah kamar tidur. Ternyata suaminya sudah bangun. Mata Elsa melihat Erik sudah duduk bersandar di kepala ranjang.“Eh ... kamu sudah bangun, Suamiku,” ucap Elsa.“Apa yang sedang kamu pikirkan? Hingga membuatmu merasa bahagia dan tidak mengetahui aku sudah bangun dari tadi,” tanya Erick. “Apa karena kamu berfoto dengan artis idolanya itu.”“Kamu masih merasa cemburu juga!” Elsa terkikik geli.“Jangan menghayal terlalu tinggi nanti jatuhnya akan terasa lebih sakit.” Erick mendengkus kesal.“Ya, ya, ya terserah kamu saja. Aku hanya menyambut pagi hari dengan kebahagian. Agar kita bisa me
Elsa sedang berbelanja di supermarket bersama Melani dan salah satu asisten rumah tangga di rumahnya. Rencananya Elsa ingin memasak, lebih tepatnya menyuruh para pelayan di rumahnya untuk memasak makanan kesukaan kakak, kakak iparnya, dan juga Gevan.Sebenernya Elsa tidak harus bersusah payah untuk belanja di supermarket, dirinya tinggal menelepon salah seorang staf di supermarket itu dan apapun yang Elsa inginkan akan dikirim langsung ke rumahnya. Namun, Elsa tidak mau melakukan itu. Elsa sengaja memilih untuk pergi berbelanja sendiri agar bisa mencari alasan untuk berjalan-jalan.Dua troli sudah terisi penuh oleh belanjaan Elsa. Istri dari Erick Bramasta itu mengajak kedua asistennya untuk membayar belanjaan mereka ke kasir.“Ayo kita bayar ini semua. Setelah itu kita pulang,” ajak Elsa.“Mari, Nyonya,” ucap Melani.Elsa melangkah diikuti dua asistennya
Langit gelap bertaburan bintang, rembulan bersinar terang untuk menyinari malam. Nampak sunyi, tetapi tidak dengan ruangan besar nan megah, tempat yang biasa Erick dan Elsa gunakan untuk tidur.Saat ini Elsa tidak berhenti meracau saat Erick menggerakkan tubuhnya maju mundur di atasnya. Laki-laki memberikan kenikmatan yang luar biasa hingga membuat Elsa hampir kehilangan akal.“Erick, apa kamu ingin membuat aku gila?” racau Elsa.Erick hanya tersenyum mendengar racauan Elsa. Erick sengaja tidak membiarkan istrinya itu diam, karena suara desahan Elsa makin membuatnya bersemangat.Erick pun sama dengan Elsa yang hampir kehilangan akal, ia juga merasakan hampir kehilangan akal setelah satu minggu memendam hasratnya pada istrinya.Tubuh Elsa seolah sudah menjadi candu bagi Erick. Ditambah tubuh mulus dan dua bongkahan di dada Elsa yang selalu terlihat menantang dirinya un
Kaki jenjang seorang wanita sedang berjalan di atas catwalk. Tubuhnya melenggak-lenggok seraya memperagakan busana yang sedang ia kenakan.Elsa Maheswari 24 tahun, ia adalah seorang model profesional. Kariernya di dunia itu sedang ada pada puncaknya. Aura kebahagiaan terlihat jelas pada wajahnya saat mengikuti peragaan busana itu. Akhirnya impiannya menjadi seorang model terkenal terwujud. Tidak sia-sia ia pergi ke luar negeri untuk mengikuti pelatihan modeling, hingga membawanya sampai pada puncak kariernya.Selesai acara raga busana itu, Elsa kembali ke backstage. Sudah banyak wartawan yang mengantri untuk mengambil gambar dirinya.Dengan senyum pada bibirnya, Elsa berdiri dan mengatur beberapa gaya tubuhnya saat para wartawan itu mengambil gambarnya."Permisi, ambil gambarnya sudah dulu ya. Biarkan mbak Elsa untuk istirahat dulu," tutur Rena, asisten pribadi Elsa."Terimakasih semua, saya permisi dulu." Elsa melambaikan tangan ke arah wartawan saat m
Elsa sedang makan malam bersama dengan pimpinan dari perusahaan kosmetik ternama. Makan malam itu dilangsungkan di sebuah restoran hotel bintang lima. Acara makan malam itu untuk merayakan bergabungnya Elsa dengan perusahaan itu. Elsa resmi menjadi brand ambassador dari kosmetik itu."Nak Elsa, boleh saya bertanya?"Elsa mengarahkan pandangannya ke arah pemilik perusahaan itu. Seorang wanita paruh baya yang masih nampak cantik dan energik."Silahkan, Nyonya Anita," sahut Elsa.Perempuan itu menunjukan senyum ramahnya."Nak, Elsa ... kita sedang di luar pekerjaan. Jangan terlalu formal. Kamu bisa memanggilku 'tante'. Anggaplah saya sama seperti mendiang ibumu," ucapnya."Iya, Nyonya ... eh, maaf. Maksud saya, Tante."Ada genangan air mata di mata Elsa. Mendadak ia mengingat mendingan ibunya. Elsa mengambil tisu untuk mengusap air mata di pelupuk matanya."Kamu baik-baik saja, El?" tanya Anita."Ya saya baik-baik saja. Hanya sedang
Tidak pernah terbayangkan oleh Elsa jika dirinya akan dipertemukan dengan orang paling menyebalkan macam Erick Bramasta. Memaksanya untuk menikah dengan dirinya dalam waktu yang sangat singkat.Dan bukan hanya itu saja, Erick bahkan sudah memberitahukan hal itu pada kakaknya, Lina tanpa memberitahukan hal itu pada dirinya. Tanpa berunding lebih dulu, Erick juga sudah memberitahukan pada Lina jika mereka akan datang ke rumahnya.“Apa-apaan ini?” batin Elsa.Elsa duduk di dalam mobil milik Erick. Duduk di kursi belakang di samping Erick dengan bibir mengerucut. Kini mereka sedang dalam perjalanan ke rumah kakaknya Elsa, Lina Meheswari.“Jangan tunjukkan raut wajah seperti itu di hadapanku,” perintah Erick.“Kenapa kamu selalu memutuskan semua sendiri?” tanya Elsa dengan nada kesal.“Karena aku tidak mau berdebat denganmu lagi,” jawab Erick dengan santainya.“Setidaknya beritahukan aku lebih awal agar aku bisa bersiap,” protesElsa.
Happy reading ...Satu minggu sudah Elsa menjalin hubungan tanpa status dengan Erick Bramasta. Elsa mulai terlihat terbiasa dengan sikap Erick yang suka seenaknya sendiri.Seperti saat ini Elsa beberapa kali harus menarik napas panjang saat Erick memberi kabar secara mendadak jika ada pesta di hotelnya. Pesta untuk orang dari kalangan atas.Elsa tengah bersiap di kamar tempat ia pertama kali bertemu dengan Erick. Beberapa model gaun sedang Elsa coba, gaun yang dipesan khusus oleh Erick. Bukan hanya pakaian, ada beberapa sepatu yang harus ia coba.Elsa memberikan nilai plus pada Erick karena tahu ukuran baju dan sepatunya. Elsa memilih gaun tanpa lengan warna merah menyala. Gaun ketat dengan lebar di bagian bawahnya dan menampakkan punggung mulusnya.“Gaun yang cantik.”Elsa mematut dirinya di depan cermin, memutar tubuhnya untuk melihat keseluruhan penampilannya.“Anda terlihat sangat cantik, Nona Elsa,” puji seorang wanita yang membantunya
Erick sedang menunggu kedatangan Elsa di ruang pesta. Namun, perempuan itu belum juga menampakkan batang hidungnya."Kenapa wanita itu lama sekali? Apa dia butuh waktu selama ini untuk menghampiriku?" Erick menggerutu.Erick mengedarkan pandangannya mencari sosok perempuan berstatus calon istrinya. Kening Erick mengernyit saat melihat Elsa ditarik oleh seseorang.Erick tentu sangat mengenali wanita yang sedang menarik tangan calon istrinya itu. Erick tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan dua perempuan yang sedang berseteru itu.Erick terus memperhatikan kedua perempuan yang sedang berseteru itu. Erick bisa melihat ketegangan di antara Amanda dan Elsa. Namun, Erick tidak berminat untuk memisahkan mereka. Sampai saat Amanda mencoba untuk mempermalukan Elsa dan Erick sangat tidak menyukai itu.Erick mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri Elsa. Dan pada saat Amanda mendorong Elsa, Erick mempercepat langkahnya. Beruntung Erick sampai tepat waktu, j