Share

BAB 4 Hari Pertama Jadi Direktur

Hari pertama sebagai Direktur Utama, Teguh merubah penampilannya, karena semenjak kejadian di hari ulang tahun Putri, dia merasa harus merubah standar dirinya supaya tidak melulu dihina orang lain. 

Dengan menggunakan jas hitam, dalaman kemeja merah maroon, dan sepatu yang mengkilat, Teguh berjalan dengan penuh wibawa dan langsung diberi hormat oleh para karyawannya.

Teguh menerima banyak tugas hari ini, dari mulai laporan berkas yang mesti ia periksa, proses tanda tangan penyerahan jabatan, sampai jadwal pertemuan yang dalam satu minggu ini akan full. Teguh dikejar deadline mulai sekarang.

Beruntung, ada Pak Wicak yang merupakan orang kepercayaan Brian dan ditugaskan mendampingi Teguh untuk terus mempelajari tugasnya sebagai direktur, sehingga Teguh tidak terlalu pusing dengan segala hal yang baru dia temui saat ini.

"Maaf kalau saya banyak tanya, ya, Pak," ucap Teguh pada Pak Wicak.

"Saya sebenarnya merasa belum siap dengan jabatan ini, akan tetapi saya juga tidak bisa bisa melewatkan kesempatan ini," tambah Teguh lagi.

"Saya senang kok, kamu anak baik. Tapi, mulai besok kamu akan memiliki asisten resmi, namanya Aldo, dia anak saya yang baru selesai pendidikan di luar negeri, dan baru pulang satu bulan yang lalu."

Dan benar saja, keesokan harinya, Teguh dijemput oleh mobil kantor yang di dalamnya sudah ada Aldo, anak dari Pak Wicak. Teguh bersalaman dengan pemuda seusianya itu dan memperbincangkan banyak hal selama dalam perjalanan. Teguh dan Aldo langsung nyambung, mereka satu frekuensi dalam banyak hal.

"Okay, jadi, meskipun kamu asistenku, anggap saja aku teman, ya. Kecuali dalam pekerjaan, kita profesional." Teguh menatap Aldo yang mengangguk.

"Tentu, kita akan jadi rekan kerja sekaligus teman baik. Oh ya, ayahku bilang kamu ingin kuliah, ya? Ada salah satu universitas yang sudah membuka gelombang pendaftaran, kamu bersedia?" tanya Aldo.

"Tentu saja, asal jurusannya sesuai dengan pekerjaanku sekarang, karena jujur saja aku masih belum percaya diri dan merasa ilmuku belum mempuni." 

"Akan aku atur nanti," sahut Aldo.

"Apa yang mesti aku siapkan?" Teguh bertanya lagi membuat Aldo menggeleng.

"Kamu lupa kalau sudah punya asisten, ya?" kekeh Aldo membuat Teguh tertawa, karena dia sangat tidak terbiasa mengandalkan orang lain sebelumnya.

"Tenang, aku akan siapkan semua berkasnya dan nanti kamu hanya tinggal masuk saja, duduk rapi, dan belajar di kelas. Okay?!" imbuh Aldo, dan dibalas anggukkan oleh pemuda yang kini menjadi atasannya.

Mobil akhirnya sampai dan dua lelaki karismatik itu turun bersamaan dari dalam mobil, membuat para karyawan merasa sedang menyambut dua idola Korea. Teguh dengan wajah tampan, penuh wibawa, dan teduhnya, dan Aldo dengan gaya cassual, keren, juga penuh pesona.

"Se-selamat datang, Pak," ucap salah seorang karyawan perempuan dengan mata terpana. Pagi ini, mereka benar-benar cuci mata.

"Selamat pagi, selamat bekerja." Teguh mengangguk ramah.

Namun, yang membuatnya terkejut adalah keberadaan Clara. Gadis itu turut menyambutnya dengan memberikan senyuman hangat membuat Teguh salah tingkah.

"Clara, kamu di sini?" ujar Teguh dan langsung mendorong kursi roda anak dari Brian itu menuju lift khusus para direksi.

Para karyawan perempuan langsung berkumpul menggosipkan boss mereka serta asisstennya yang sangat tampan, mereka juga membicarakan rasa tidak sangka mereka karena ternyata, Teguh dan Clara sudah saling kenal bahkan seperti sangat dekat.

"Kalian itu lebay banget sih, cuma cowok kampung lulusan SMK doang, Clara juga paling mau nyuruh-nyuruh si Teguh ke sini," kata Rendi yang seperti biasa selalu sinis kalau membicarakan Teguh.

"Kenapa sih sewot mulu kerjaannya. Ayok, ah, jangan deket-deket sama si Rendi, malesin!"

Mereka meninggalkan Rendi yang merasa kesal, karena biasanya dia adalah lelaki yang banyak digandrungi sebelum Teguh datang ke perusahaan ini. Keberadaan Teguh membuatnya banyak rugi dan dia berpikir untuk membuat perhitungan pada Teguh supaya pemuda itu bisa dipecat dari perusahaan ini.

"Aku ada ide!" gumamnya lalu menuju meja kerjanya untuk merealisasikan idenya.

***

Clara sendiri datang pagi-pagi sekali diantar sopir dan perawatnya, karena jadwal kuliahnya hanya siang saja, dan entah mengapa hatinya tak tenang dan ingin datang ke perusahaan utama ayahnya di mana ada Teguh di sana.

"Apa kamu datang untuk memeriksa pekerjaanku, Clara?" tanya Teguh saat mereka sudah berada di ruangan direktur.

"Hmmm ... aku mau main saja, ini kan kantor ayahku." Clara salah tingkah membuat perawatnya mengulum senyum dan langsung izin keluar.

"Oh, ya sudah, lihat aku kerja saja, ya!" kata Teguh dan Aldo yang berada di sana langsung berpura-pura batuk.

"Aku keluar juga karena harus mengambil berkas pendaftaranmu di ruang berkas." Aldo keluar dan kini hanya tinggal Clara dan Teguh di sana.

"Kamu mau duduk di kursi roda atau sofa? Takutnya kamu tidak nyaman," 

"Di sini saja, aku nyaman kok. Hm ... Teguh, apa kamu selalu baik seperti ini pada siapa saja?" tanya Clara ragu.

"Memangnya kenapa? Bukankah kita memang dianjurkan berbuat baik pada sesama, ya?" balas Teguh dengan tersenyum, membuat Clara menarik nafas dalam. Dia benar-benar speechless sekarang.

"Maksud aku, ah, lupakan saja, lanjutkan pekerjaannya, ya!" titah Clara lalu melihat-lihat ruangan yang dulu digunakan ayahnya dengan hati yang gelisah.

Apa Clara jatuh cinta? Entahlah. Gadis itu juga masih menimbang-nimbang hatinya. Namun, perasaan selalu ingin bertemu membuatnya bingung harus bagaimana, karena di di satu sisi, dia takut disangka perempuan murahan. Di sisi lain, Clara tidak bisa menahan gejolak hatinya.

Teguh seperti air di padang pasir yang Clara temukan di saat hatinya dilanda kekeringan setelah Tomi mengkhianatinya. Pemuda itu berhasil membuat Clara yang susah jatuh cinta, dengan mudahnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tepat saat Teguh menolongnya di mall.

"Teguh, kamu siang ini makan siang di mana?" tanya Clara pada Teguh yang sedang fokus pada laptop-nya di hadapannya.

"Di hatimu," balas Teguh bercanda tapi Clara sangat serius menanggapinya.

***

Di luar, semua karyawan yang melewati ruangan direktur yang tak lain adalah ruangan Teguh merasa terkejut, karena ada sebuah kertas yang menempel dengan tulisan 'RUANGAN DIREKTUR MODAL 200 RIBU'. Mereka yang merasa ini tidak benar langsung melaporkannya kepada Aldo yang langsung marah saat melihatnya.

"Siapa yang menempel tulisan ini? Berani sekali dia!" bentak Aldo membuat Teguh dan Clara yang berada di dalam langsung keluar dan melihat tulisan tersebut.

Teguh menghela nafas berat, dia hanya busa terdiam karena isi dari tulisan itu memang benar adanya. Teguh hanya pemuda lulusan SMK dan tak memiliki tittle yang membuatnya layak mendapatkan posisi ini.

"Aldo, sudahlah, memang benar kan, aku ini menjadi direktur karena pernah membantu Pak Brian di terminal. Tidak usah diperpanjang!" pinta Teguh.

"Tapi, ini sudah melanggar etika, Pak Teguh!" sahut Aldo terlihat jengkel.

"Benar, kamu itu jangan terlalu baik, Teguh," timpal Clara. "Aku akan hubungi Papa."

Mereka pun mengechek CCTV setelah Brian datang dan betapa terkejutnya saat mereka melihat jika Rendi yang telah menempel tulisan tersebut di pintu ruangan direktur. Brian tidak menyangka Rendi akan berbuat hal yang amat melanggar etika, hingga dengan terpaksa, Brian memutuskan untuk memecat Rendi saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status