Share

Bab 6 : Bertemu Lagi

Kiara terus saja bolak balik diarea parkiran dan seakan enggan melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih maju.

Ia bingung sekali dengan keadaan hatinya tetapi ia tau bahwa pekerjaan adalah prioritas utamanya. Maka dengan langkah yang berat ia langkahkan kakinya keluar area parkiran menuju halaman depan gedung bertingkat di depannya.

“Kau pasti bisa Kiara. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Bukankah semua orang pernah menangis?” kekehnya berusaha menguatkan hati dan mentalnya. Ucapan yang ia berikan untuk menghibur dirinya sendiri.

Ia masuk ke dalam lift dan memencet no paling akhir yang menandakan letak ruangan yang paling atas.

Berkali-kali ia menghela nafasnya. Ia benar-benar gelisah.

Ting~~

Pintu lift terbuka. Kiara memantapkan langkahnya menuju meja diseberang sana.

“Apakah ada yang bisa saya bantu,bu?” tanya seorang wanita itu dengan ramah tanpa tau Kiara gugup luar biasa.

“Saya ingin bertemu dengan Pak Dylan. Apakah beliau ada di ruangan sekarang?” tanya Kiara memastikan.

“Sebentar bu, apakah ibu sudah ada janji bertemu dengan Pak Dylan?”

Kiara menggelangkan kepalanya menandakan jawaban tidak. Karna bagaimana ia akan janjian? No Dylan saja dia tidak punya.

“Maaf Ibu, jika belum ada janji bertemu maka saya tidak dapat memastikan Ibu untuk dapat bertemu dengan Pak Dylan”

Kiara tidak kaget dengan jawaban itu tapi mau bagaimana lagi. Ia harus bertemu dengan Dylan.

“Sebentar, bisakah anda pastikan sekali lagi? Saya minta tolong, bilang saja Kiara ingin bertemu. Saya ingin membicarakan kerja sama kami. Maaf mba, ini sangat mendesak. Saya mohon bantuannya ya” bujuk Kiara sekali lagi.

Wanita itu memandang Kiara dan akhirnya mengangguk dan berjalan keruangan didepannya.

Kiara menunggu dengan gelisah di depan meja itu berharap Dylan tetap ingin bertemu dengannya setelah kejadian kemarin. Karna sikapnyalah seakan-akan membuat Dylan harus menjauh.

Tetapi keadaan malah membuat Kiara sepertinya harus bertemu terus dengan lelaki ini.

“Ibu Kiara, silahkan masuk. Pak Dylan menunggu ibu didalam.” wanita tadi menggiring Kiara untuk masuk kedalam ruangan Dylan.

Sekali lagi Kiara menghela nafas dan berjalan mantap memasuki ruangan Dylan.

“Selamat Pagi, Kiara.”sapa Dylan dengan senyum manisnya.

Kiara membalas sapaan itu dengan kaku.

“Ehm, pagi.” jawabnya singkat.

“Maaf jika membuatmu menunggu lama, sekretarisku tidak tahu jika kau adalah tamu penting untukku.”

Perkataan Dylan membuat Kiara tersentak.

Penting? Apa maksudnya?

“Hah?” Suara Kiara lolos begitu saja tanpa mampu ia cegah. Ia begitu terkejut dengan perkataan Dylan

“Tentu saja penting. Kau selalu penting untukku. Tidak berubah.”jawab laki-laki itu lantang dan tegas.

Kiara membeku di tempatnya. Sialan. Dylan benar-benar mempermainkan hatinya. Jantung Kiara berdetak tak karuan tanpa bisa ia atur.

“Berhenti menggodaku. Kau mengatakan hal yang sia-sia.” jawab Kiara malas berusaha menutupi semua yang terjadi padanya saat ini.

Dylan tidak boleh tau bahwa Kiara sedang berusaha menutupi kegelisahannya.

Dylan melangkah maju meninggalkan kursi yang sedari tadi ia duduki. Melangkah mendekati Kiara.

“Aku mengatakan hal yang sebenarnya tanpa ada perasaan yang aku tutup-tutupi. Memangnya tidak boleh?”

Dylan menunduk sedikit agar kedua matanya bisa sejajar dengan wajah Kiara. Kiara terdiam membeku ditempatnya.

Jarak ia dan Dylan benar-benar dekat. Mata cokelat itu-mata yang selalu ia rindukan. Mata yang selalu menatapnya dengan teduh, seperti halnya sekarang.

Kiara sedikit menahan nafas. Dengan jarak sedekat ini seluruh tubuh Kiara merasa sangat gelisah.

“Boleh kan aku berkata jujur? Aku benar-benar merasa kau tetap penting untuk hidupku. Dulu, sekarang dan selamanya. Camkan itu Kiara.” suara berat Dylan terdengar jelas ditelinga Kiara. Bahkan ia bisa mendengar dengan jelas nafas lelaki itu.

Perkataan Dylan bagai bumerang bagi pertahanan Kiara. Bagaimana bisa ia menyerang Kiara secepat ini?

Dan tepat sasaran sekali. Ia menyerang hati Kiara langsung.

Dengan cepat Kiara berusaha untuk tetap tenang dan fokus. Ia harus cepat mengendalikan keadaan ini jika tidak ia benar-benar akan kehilangan kendalinya.

“Berhenti membual. Aku datang kesini bukan untuk membicarakan hal ini.”

Kiara mendorong tuduh Dylan menjauh dan segera melangkahkan kakinya maju meninggalkan Dylan tepat di belakangnya.

Ia tidak ingin lama-lama berada dalam keadaan seperti tadi.Kondisi tadi benar-benar berbahaya untuk kesehatan hati dan jantungnya.

“Baiklah. Untuk apa nona Kiara Putri Maharani datang kemari jika bukan karna Pak Wahyu yang memintamu, bukan?”

Kiara memandang Dylan heran. Bagaimana ia bisa tau.

“Aku tau. Karna aku yang meminta Pak Wahyu melakukan hal itu.” jawab Dylan tersenyum dengan penuh arti.

“Apa?!” Kiara terkejut

Bisa-bisanya Dylan membuat dia melakukan hal ini.

Tapi untuk apa? Untuk apa Dylan melakukan hal ini semua?

Apakah Dylan ingin ia dan Kiara terus bertemu?

Tidak mungkin.

“Aku hanya ingin memastikan kerja sama kita berjalan dengan baik. Aku percaya padamu dan tentu saja mengandalkanmu.” ucap Dylan dengan semangat.

Tanpa ia tau ucapan itu sedikit melukai hati Kiara. Ia berharap Dylan memang benar ingin terus bertemu dengannya tanpa embel-embel pekerjaan.

Tetapi memangnya apa yang Kiara harapkan? Ia bahkan tau hubungan ia dan Dylan tidak mungkin lebih dari partner kerja.

“Baiklah. Aku memang datang kemari untuk mendiskusikan beberapa hal denganmu.”

Dylan menarik bangku berwarna hitam dan mempersilahkan Kiara untuk duduk.

“Jika kau sudah tau apa maksud kedatangan aku kemari bearti aku tidak perlu menjelaskan semuanya dari awal kan?” tanya Kiara sangsi

Perkataan Kiara membuat Dylan tertawa sejenak. Dan hal itu menggetarkan hati Kiara lagi.

Sudah begitu lama dia tidak melihat Dylan tertawa seperti ini. Sedikit demi sedikit kerinduan hatinya terobati.

“Kau selalu to do point, Kiara. Tetapi aku suka.” kekeh Dylan sambil terus tersenyum.

Sialan. Dylan benar-benar menggodanya sedaritadi. Kiara meremas kedua tanganya. Tidak bisa. Tidak bisa ia termakan akan gombalan Dylan.

“Jadi kita akan menambahkan beberapa titik sampling lagi sesuai permintaanmu.” tekan Kiara dibagian kalimat terakhir.

“Dan kemarin kita sudah mengunjungi salah satunya, Pak Wahyu meminta agar setidaknya 5 titik sampling yang kau tambahkan tadi dapat kita kunjungi segera dan di laporkan progressnya kepada Beliau. Apakah kau keberatan?”

“Tidak. Asal bersamamu aku tidak keberatan.” jawab Dylan tersenyum

Membuat Kiara kembali melotot marah kearahnya.

“Apa kita harus mulai hari ini? Jadwalku kosong sampai siang ini.”

“Hah? Langsung hari ini? Aku belum prepare apapun.” jawab Kiara kaget

“Sudahlah tidak perlu menyiapkan apapun. Ayokk.”

Dylan berjalan mendekati Kiara dan segera menarik lengan wanita itu untuk ikut pergi bersamanya.

Kiara terkejut karna hal yang Dylan lakukan benar-benar spontan. Tubuhnya belum mampu mencerna kejadian ini dengan baik.

Dan tanpa ia sadari tangan Dylan terus menggenggam erat tangan Kiara.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nanda Utami
Lanjuuuut athouuuur. ditunggu updatenya segera. mau tau kelanjutan kiara dylan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status