Share

Bab 3 : HIM

Dylan menatap Kiara yang sedari tadi terus menunduk. Hal ini sudah berlangsung sekitar lima menit.

Dylan menyukai pemandangan di depannya ini. Lebih dari apapun. Ia rela menghabiskan waktu berjam-jam tanpa bosan hanya untuk memandang Kiara.

Ia merindukan sosok ini. Rindu sekali.

Tetapi sampai kapan wanita ini akan terus bersikap acuh seperti ini kepadanya?

“Kiara.” panggil Dylan lembut.

Membuat wanita cantik itu menoleh dan menatapnya.

Dylan tersenyum. Kiara Putri Maharani. Satu-satunya wanita yang berhasil membuat hatinya kacau tak karuan.

“Apakah ada yang harus aku tau mengenai project ini? Selain yang Pak Wahyu telah sampaikan tadi?”

Kiara tertegun. Seakan-akan ucapan Dylan telah menarik dia kembali ke alam sadarnya.

“Sebentar.” jawabanya sambil membuka beberapa berkas yang ia bawa sedari tadi.

“Aku dan timku sudah melakukan beberapa research dan hasilnya sudah aku jabarkan disini.” tunjuknya sembari melihat ke arah Dylan.

“Baiklah. Akan aku baca sebentar.”

Tetap sama. Kiara adalah orang yang sangat detail dan rapi. Tidak berubah.

File ini tersusun rapi dan point-point penting terjabarkan dengan detail.

“Tapi jika hanya mengandalkan beberapa sampling ini bukannya masih terlalu sedikit?”

Kiara memandangku heran.

“Apakah masih belum cukup?”

“Tentu saja. Kita harus melakukan research yang lebih luas. Aku akan mengatur beberapa titik sampling yang harus kita kunjungi lagi.”

“Sebentar. Apa maksudnya dengan kita?” tanya Kiara bingung

“Tentu saja kau dan aku. Siapa lagi memang?” jawab Dylan cuek.

“Tapi aku tidak setuju. Aku bisa meminta timku untuk melakukan research ulang. Kau tinggal tetapkan saja titik pointnya.” jawabnya ketus

Penolakan. Dylan tahu bahwa Kiara masih terus saja menghindarinya.

“Tidak bisa. Aku tidak bisa mempercayai ini kepada siapapun selain aku dan kau.” tantang Dylan sembari menatap Kiara tegas.

“Kau tau bukan Kiara seberapa penting nilai investasi ini?”

Dylan tersenyum senang melihat Kiara yang tidak memiliki opsi lain selain menyetujui apa yang Dylan sampaikan.

“Besok kita akan mulai melakukan sampling.”

Dylan berkata dengan penuh semangat.

————-

“Aku benar-benar bisa gila, Kalisha!” teriak Kiara frustasi.

“Tapi ini benar-benar seperti takdir bukan? Maksudku benar-benar diluar duguan kita semua. Bagaimana kalau—“

“Diam!” Kiara melempar bantal kecil didepannya dan tepat mengenai wajah sahabatnya itu.

“Aku tidak akan menerima teori bullshitmu itu.” jawab Kiara sembari menutup kedua telinganya dengan tanganya.

“Tapi Kiara Putri Maharani, bagaimana kalau kita lihat ini dari prespektif yang lain. Hah?”

Kalisha memutar tubuh Kiara menghadapnya dan meletakkan kedua tangannya di bahu Kiara

“Kau masih mencintai Dylan. Dan sekarang kalian dipertemukan kembali. Bukannya itu jalan jodoh yang bagus?”

“Astaga kau benar-benar sudah gila.”

“Bagaimana bisa kau mengatakan aku masih mencintai Dylan?”

Kalisha menggoyang-goyangkan tubuh Kiara dengan gemas.

“Hei apakah kau pikir aku buta? Kau pikir aku bodoh? Bagaimana bisa seorang Kiara bahkan tidak dapat melirik pria lain yang nyaris sempurna dan terus mengeluhkan kriteria idealnya yang sangat amat persis dengan Dylan Nalendra, hah?!”

Kiara terdiam. Apakah selama ini dia sempat bahkan pernah berpacaran lagi setelah dengan Dylan?

Tidak pernah. Seingatnya tidak pernah sekalipun.

“Jalani saja dulu. Jangan terus menghindar, oke?”

“Siapa tau Dylan telah berubah.” Kalisha mengatakan hal ini dengan lirih.

Membuat Kiara kembali mengingat hal yang paling tidak ingin dia ingat.

“Bagaimana mungkin?”

“Dia berubah? Aku rasa tidak.”

Kiara sangat berharap perkataanya salah tapi fakta selalu terbuka dan menyatakan hal yang sebaliknya.

————

Kiara baru saja akan masuk keruangannya tetapi langkahnya terhenti oleh Ratih.

“Permisi bu. Sudah ada tamu di dalam yang menunggu ibu.” perkataan Ratih membuat Kiara bingung. Dia sepertinya tidak ada janji dengan client manapun.

“Tamu? Apakah saya ada janji baru, Ratih?”

“Tidak ada bu. Tetapi Pak Dylan mengatakan bahwa dia sudah ada jadwal untuk bertemu Ibu pagi ini.”

Perkataan Ratih membuat badan Kiara membeku. Dylan? Untuk apa dia kesini?.

Kiara segera membuka pintu ruangannya dan lelaki itu sudah duduk di seberang kursinya.

“Selamat Pagi.” dia menyapa Kiara

“Aku tidak ingat bahwa kita ada janji untuk bertemu hari ini.”

Dylan tertawa dan berjalan menghampiri Kiara dan membuat Kiara refleks mundur beberapa langkah.

“Apakah aku harus membuat janji untuk bertemu denganmu?”

“Tentu saja.” jawab Kiara tegas.

Laki-laki ini masih sama. Sering kali seenaknya bertindak. Tidakkah dia tau kalau keberadaanya ini sangat berbahaya bagi kesehatan hati dan tubuh Kiara.

“Baiklah, nona Kiara Putri Maharani. Apakah kau lupa bahwa kita akan melakukan sampling bersama?”

Kiara mencoba mengingat percakapannya dengan Dylan di restoran tempo hari.

“Tapi aku belum mengatakan bahwa aku setuju untuk melakukannya hari ini.”

“Bagaimana jika aku memaksa?”

Dylan memajukan badannya dan menundukkan wajahnya agar sejajar dengan Kiara. Benar-benar sejajar dan berada sangat dekat satu sama lain.

Kiara membeku. Jantungnya berdetak tak karuan.

“Baiklah.” jawabnya lemas sembari mendorong tubuh Dylan agar menjauh darinya.

Benar-benar berbahaya jika terus berada diposisi tadi untuk waktu lama.

“Aku akan menunggumu dimobil.”

Dylan berjalan santai sambil meninggalkan ruangan tanpa tau Kiara mati-matian mengatur hati dan pikiran untuk tetap fokus.

Bagaimana mungkin hari-harinya terasa sangat berat sejak kedatangan Dylan kembali.

“Jadi kita akan kemana lebih dulu?” tanya Dylan membuat Kiara heran.

“Bukankah kau sudah mengatur jadwal ini sedemikian rupa?” sindir Kiara

“Aku baru kembali ke Indonesia belum sebulan ini nona Kiara. Bagaimana mungkin aku paham jalan di kota ini?”

Kiara mendengus mendengar jawaban Dylan.

“Jika begitu kenapa kau percaya diri sekali untuk mengajak aku keluar melakukan sampling?!”

“Aku hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu.”

JLEB

Jawaban Dylan membuat Kiara terkejut. Telinganya masih sangat jelas dapat mendengar apa yang Dylan katakan dan otaknya masih mampu merekam perkataan itu dengan baik tanpa satu kata tertinggal.

“Apa tidak boleh?” tanya Dylan memastikan melihat reaksi Kiara yang terdiam.

Kiara masih diam dan terus menatap Dylan dengan bingung.

“Apa kau sudah punya pacar?” tanya Dylan sekali lagi untuk memastikan.

Kiara melirik laki-laki itu dengan tatapan tidak percaya. Untuk apa Dylan menanyakan hal semacam itu.

Tetapi tatapan laki-laki itu sekarang sangat sulit untuk Kiara tangkap maksudnya.

Tatapan berharap?

Tidak mungkin. Pasti tidak.

“Apa urusanmu.” jawab Kiara ketus.

Akhirnya hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari mulutnya.

Dylan malah tertawa dan mengangkat bahunya menyatakan bahwa dia tidak peduli.

Laki-laki ini benar-benar membuat Kiara kehabisan kata-kata.

Комментарии (7)
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Hahaha pepet terus Kiara-nya Dylan, jangan kasih kendor
goodnovel comment avatar
Weka
aseeek, udah mulai nih
goodnovel comment avatar
lutfi08
penasaran apa yang membuat Dylan dan Kirana berpisah
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status