Aku duduk di tepian ranjang. Melihat mbak Yayuk yang menempelkan telingannya di daun pintu."Ngak denger apa-apa Sar" Ucapnya pelan sembari mengerak-gerakkan tangannya. Aku hanya tersenyum."Aku pulang dulu saja ya sar. Besok aku kesini deh. Eh lupa, ini ada kue dan susu UHT, siapa tau kamu lapar malam-malam kan"Aku memganggukkan kepala. Mungkin memang baiknya mbak Yayuk segera pulang. Aku juga ngantuk sekali. "Makasih ya mbak kuenya" Aku letakkan kue itu diatas meja."Sama-sama. Eh, lewat samping bisak kan ya? Ngak enak aku lewat depan rumah""Bisa mbak, ngak dikunci juga gerbangnya. Makasih yaa mbak.""Udah ah, makasih terus. Kamu tapi ngak apa-apa ditinggal sendiri?"Aku menganggukkan kepala lagi."Mbak Yayuk, bisa carikan aku orang buat beres-beres dan masak enggak? Sama urus aku kalau lagi ngak ada mas Aldo?"Mbak Yayuk nampak berfikir sebentar. Rapi sepertinta belum menemukan yang cocok."Nanti deh mbak fikirkan siapa. Siti emang ngak bisa?""Ngak bisa mbak, aku saja masih kur
"Memangnya aku ini pembantu apa, pagi buta suruh ke sini. Ngapain!""Yasudah kalau begitu, ibu ngak usah protes kalau aku panggil orang buat kerja di sini!""Sudah berani menjawab terus ya kalau dibilangin, dasar mantu mandul, mantu durhaka kamu sama mertua!"Ya Allah bu, mengapa sumpah serepah kepadaku, seolah seperti makanan ringan di mulutmu. Apa tak ada kata baik yang bisa terlontar dari mulut ibu mertuaku?Ibu menunjuk-nunjuk aku tepat di depan wajah. Wajahnya merah padam saat menatapku. Siti nampak ketakutan melihat ibu, bagaimana tak takut, dada ibu saja sampai terlihat naik turun karena marahnya sendiri."Murni, kamu pulang saja sana. Nih upahmu kerja. Sudah ngak usah datang lagi!"Ibu menatap Bulek Murni. Melempar uang sepuluh ribu ke arah bulek Murni. Bulek Murni yang sedang membersihkan meja makan terdiam memandang uang yang jatuh ke lantai. Keterlauan ibu ini!"Ibu kenapa minta Bulek Murni pulang. Dia kerja di rumahku, jadi ibu ngak ada hak untuk memintanya pergi!"Jika me
Hari ini bulek Murni datang lebih pagi, aku minta dia memasakkan sarapan kami sekalian dari rumahnya. Sebab bulek meminta datang agak siang setelah selesai membersihkan rumahnya sendiri.Saat Bulek sudah datang, Ibu sudah menunggu di luar pagar untuk menahannya. Sebenarnya, Bulek Murni hanya datang untuk mengantarkan sarapan. Lalu akan pulang dan kembali lagi pukul sepuluh nanti.Aku yang sudah duduk di ruang tamu sejak subuh menyaksikan pemandangan itu. Ibu berkacak pinggang melihat kearah bulik Murni."Masuk bulek!"Aku berteriak dari dalam. Bulek hendak masuk, namun ibu masih berdiri di depan pagar. Tak juga beranjak dari tempatnya."Mbak Sari, nggak boleh masuk bu Ida""Lapor sana, memangnya aku takut apa. Kamu ke sini antar-antar makan. Pasti berharap dibayar kan?" Aku mendengar ucapan ibu dari dalam. Padahal masih setengah tujuh pagi. Tapi suara ibu sudah seperti toa pengumuman.Aku mendengus kesal, aku rasa ibu mertuaku itu butuh liburan jauh. Kalau perlu tak usah kembali. Isi
Kamu benar akan pergi?"Entah sudah keberapa kali pertanyaan itu terlontar dari mulut mas Aldo. Dan aku masih tetap diam tak merespon."Budek istrimu itu do! Biar saja pergi, nanti ibu carikan istri lagi. Yang lebih pinter, baik, nurut, nggak mandul."Aku memanas mendengar ucapan ibu. Aku bahkan belum melangkahkan kaki dari rumah ini. Dia sudah berbicara tentang mencaru menantu baru."Yaa, carilah bu. Jika ada perempuan sebodoh aku. Bertahan dengan kekuarga tak normal, lima tahun lamanya!""Apa maksud ucapanmu Sari?"Mas Aldo menarik tanganku kasar. Aku menghempaskannya dengan kencang. Perih. Kurasakan kukunya sempat menancap pada kulitku."Yaa memang bengitu kan? Selama ini aku sabar, diam, bahkan menggalah saat ibu dan adik tulang lunakmu itu menghinaku habis. Tapi lama-lama, orang waras juga bisa ikut gila berada disini?""Maksudmu kami semua gila?"Mas Aldo menatapku lebih tajam. Aku juga menamenatapnya kalah tajam."Kalian semua sakit!""Kurang ajar memang mulutmu itu Sari! Suda
Tiba di rumah ibu, Kania adik sepupuku sudah berdiri di pintu. Arya sudah memberi kabar tadi ketika kami masih di jalan. Kania membantuku turun dan masuk ke dalam rumah.Beberapa tetangga mengintip dari halaman mereka, pasti akan jadi bahan gibah yang menyenangkan setelah ini, ditambah bumbu karangan sendiri yang sedap untuk di sebarkan."Kakimu kenapa Sari?"Ibu berjalan mendekat saat melihatku dipapah masuk ke dalam rumah."Sakit bu, kesiram air panas. Tapi sudah mendingan kok bu.""Kok di antar Arya? Mana suamimu?""Budhe duduk dulu. Nanti baru kita bicarakan."Arya mencoba memberikan pengertian pada ibu."Iyo, budhe tak lungguh nang. Cobo Sari, ibu mau dengar kenapa sama kamu?""Sari ngak apa-apa bu, di sana Sari ngak ada yang ngerawat makanya sari pulang. Sari boleh tinggal di sini sementara bu?""Ya boleh, ini kan rumahmu. Tapi Aldo?""Mas Aldo tidak bisa antar, makanya Sari minta tolong Arya"Ibu hanya menganggukkan kepala, lalu melihat ke arah kakiku lagi."Ini ngak apa-apa?"
Berulang kali ibu mertuaku telphone tapi tak aku perdulikan. Biar saja, aku tau dia akan marah karena semua barang daganganku di ambil polisi, anak buah Arya. Membayangkan wajah ibu yang pasti masam seperti limau, lucu sekali. "Kamu ngak makan dulu Ar?"Ibu memanggil Arya saat dia beranjak dari sofa. "Nggak usah bude, Arya mau kembali ke kantor saja, yang penting mbak Sari sudah sampai disini. Nanti kalau libur, Arya kesini dengan Dinda" "Lah iya, ajak Dinda kemari. Mbak lama sekali ngak ketemu istrimu itu. Beberapa bulan cuma video call saja" "Gampang, nanti kalau longgar biar dia kesini sendiri. Kalian kalau sudah ketemu, pasti lupa pagi atau malam!"Aku cekikikan mendengar jawaban Arya " Ya, mau bagaimana Ar, namanya juga perempuan, banyak sabar saja."Aku memang dekat dengan Dinda, istri Arya. Dia baik dan sangat sopan. Siapapun pasti akan menyukainya, dia salah satu yang membantuku membesarkan bisnis onlineku.Dinda sering mempromosikan jualanku pada ibu-ibu Bhayang
Hari ini, secara mengejutkan mbak Yayuk datang bersama mbak Nur dan Siti. Begitu hebohnya mereka saat melihtku, untungnya ibu sudah berangkat rewang sejak pagi tadi.Hajatan tempat bu Ifah memang masih besok, tapi ibu sudah ditunjuk jadi koki utama, jadi harus datang lebih pagi untuk mempersiapkan segala sesuatunya besok. Ibu memang sudah biasa mengurusi masak untuk hajatan besar. "Kamu tau ngak, aku memvideo full ibumu yang berakting kemarin dan dia berhenti menangis saat semua barang di masukkan ke dalam rumahku. Nih lihat!". Aku memegang ponsel mbak Yayuk. Ibu menangis, meronta dan meraung didalam rumah lalu berhenti saat semua barang itu masuk ke dalam rumah mbak Yayuk. Akmal bahkan lebih sibuk membuat status di banding menenangkan ibunya yang kesurupan. Sungguh, ibu yang berakting, aku yang malu sendiri. "Akmal bikin status lagi nih"Mbak Nur memberikan ponselnya padaku, aku melihat ponsel mbak Nur. Ada kiriman screenshot dari adik iparnya, aku baru ingat, adik ipar mbak
Setelah semalam kuposting juga video lain yang direkam mbak Yayuk. Karena berita itu, bahkan beberapa pembeli membatalkan pesanannya. Bayangkan berapa kerugian yang aku tanggung!Aku juga harus membela diriku sendiri. Mana bisa aku biarkan orang menilaiku minus, sementara apa yang mereka bilang tak benar sedikitpun. Arya bahkan menelpon meminta penjelasanku atas sikap ibu dan Akmal, bisa-bisanya mereka membohongi publik.Hari ini aku putuskan untuk menemui mereka, coba kulihat seberapa banyak mereka akan membela diri. Mbak Yayuk menjemputku dengan mobilnya dan aku menuju rumahku sekarang.Sampai di sana aku terkejut, banyak orang di depan rumah ibu, bahkan mobil mbak Yayuk tak bisa bergerak cepat. "Ada Apa sih mbak?""Nggak tau, tadi mbak berangkat belum ramai begini"Mbak Yayuk pun binggung dengan situasi ini, dia masih sibuk menyetir sementara aku membuka kaca jendela saat melihat Siti."Siti, ada apa?""Mbak Sari?" Siti tanpa diminta langsung masuk ke dalam mobil, dia duduk di bel