Share

Part 7

Sementara itu yang dibicarakan kini sedang berada di sebuah kota yang tampak sangat asri, masih terlihat keaslian alamnya. Dengan begitu banyaknya pohon pinus yang berderet deret di sepanjang jalan. Memang di kota ini ada hutan pinus yang sangat besar, itu membuat udara di kota ini tampak sangat bagus. Kota yang sangat menenangkan, tidak heran jika temannya merekomendasikan untuk mampir ke kota ini supaya bisa menghilangkan stress yang ia rasakan bertahun tahun.

Daren tampak duduk di sebuah tempat makan yang didominasi dengan kayu warna coklat yang diukir dengan sangat indah dan tampak mengkilap. Meskipun terlihat sederhana, namun terkesan mewan menurut pandangan Daren. Baginya ukiran yang berada di dalam rumah makan ini sangat rumit dan pastinya dilakukan oleh seorang ahli.

Sambil menikmati  secangkir kopi Daren melihat jalanan yang ada di depannya, beruntungnya ia duduk di tempat yang sangat pas. Ia bisa melihat banyaknnya orang berlalu lalang melakukan aktivitas masing masing.

‘ Bagaimana bisa tempat yang indah ini tidak ada satupun orang yang ingin membuatnya lebih modern, minimal dibuat mall atau tempat bermain untuk anak anak’ batin Daren jiwa bisnisnya kini meronta ronta melihat peluang yang ada di depan matanya.

Sejak memasuki kota ini, Daren belum melihat adanya Mall atau wahana yang bisa untuk bermain anak anak, dia sendiri merasa heran bagaimana caranya orang orang di sini hidup? Apakah seperti orang orang jaman dahulu? No internet, No Mall dll.

“ Sepertinya Tuan sangat menikmati tempat ini? apakah Tuan baru ke kota ini” ucap pelayan yang sejak tadi melihat Daren.

“ Oh, iya… habis tempatnya sangat indah mbak? Tapi kenapa di kota ini tidak ada Mall atau swalayan? Bahkan taman bermain anak anak juga tidak ada?” ucap  Daren bertanya pada pelayan itu.

“ Di sini memang tidak ada Mall, tapi kita ada semacam supermarket yang menjual keperluan sehari hari, dan untuk anak anak biasanya main di lapangan” ucap pelayan sambil tersenyum.

Daren membayangkan, bagaimana orang orang di sini bisa hidup, apakah mereka tidak punya keinginan untuk membeli sesuatu yang mereka lihat di TV ataupun di internet.

“ Apakah orang orang di sini tidak punya keinginan untuk ke Mall atau semacamnya, apalagi anak anak  jaman sekarang, pasti mereka punya idola yang muncul di TV dan mengikutinya. Bagaimana mereka bisa tahan di sini tanpa tempat hiburan dan semacamnya”

Pertanyaan Daren membuat pelayan itu tertawa dengan sangat renyah. “ Di sini kita tidak butuh Mall untuk bisa mewujudkan apa yang mereka impikan, mereka semua membuka tempat sendiri sendiri, misalkan toko pakaian, toko sepatu dan lain lain. Dan untuk anak anak main di sini juga ada, jika Kakaknya berjalan kearah Selatan akan melihat semua itu. di sana pusat segalanya, Cuma kalau dibandingkan dengan kota sebelah memang sangat lain Kak. Di sini bukan kota metropolitan yang sepertinya mau napas saja susah. di tempat ini memang masih sedikit tertinggal di bandingkan kota lain, namun dari kota ini banyak lahir orang orang pintar yang mereka kirim ke kota” jawab pelayan itu ramah.

Daren jadi ikut tertawa karena mendengar jawaban ibu itu, ia merutuki kebodohannya karena melontarkan pertanyaan aneh, sedangkan dia saja belum berkeliling kota ini. karena ketika sampai di bandara ia langsung ke penginapan yang temannya pesankan. Dan itu terletak tidak jauh dari rumah makan ini. yang di sekelilingnya pohon dan juga bukit bukit. Benar benar seperti pedesaan. Ia mengira kota ini memang seperti ini semuanya. Meskipun perasangkanya tidak salah, di tempat ini memang tidak ada mall atau tempat hibuan seperti di kota kota lain.

“ Maaf ya bu, habisnya aku sejak kemarin yang ku lihat hanyalah pohon pinus berderet deret di sepanjang jalan, aku tidak melihat bangunan tinggi. Jadi aku tidak berpikir jika masih ada tempat yang belum aku kunjungi” ucap Daren.

“ Tidak apa, tapi memang benar jika di sini kebanyakan pohon pinus, barat dari kota ini memang ada hutan pinus. Dan juga kota ini memang tidak ada bangunan tingkat tinggi, paling tinggi hanya tiga lantai, tidak boleh lebih dari itu” ucap ibu itu.

Daren hanya mangut mangut mendengarkan sambil sesekali menyeruput kopi yang sudah tidak hangat lagi, namun tiba tiba matanya dikejutkan oleh sosok yang sangat ia kenal sedang melintas mengunakan motor. Sedang di belakangnya ada tumpukan kardus yang diikat supaya tidak jatuh.

“ Ough itu…..” ucap Daren tertahan karena wanita yang dia lihat sudah beranjak pergi mengikuti jalan ke kiri.

“ Nah, jika kamu ingin makan kue kamu bisa datang ketempat wanita yang membawa motor lagi, dia seorang janda dengan anak anaknya yang masih kecil” ucap ibu tadi yang melihat arah mata Daren tadi yang berbinar saat melihat wanita cantik itu.

“ Oh dia janda, bukan gadis ya” ucap Daren sambil tersenyum. “ Bisakah ibu memberiku alamatnya, kebetulan aku sangat menyukai kue”

“ Kamu ikuti jalan ke kiri itu nanti di pertigaan kamu ambil jalan yang menanjak, rumahnya ada di bukit sana” ucapnya mempromosikan toko kue milik wanita tadi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
wah klo Daren k rmh utu yg membikin kue itu adik angkat sendri s El .semoga Daren ketemu El dn anak2 nya ..
goodnovel comment avatar
Putro Mocci
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status