Waktu terus berjalan dengan cepat, tidak terasa hari sudah siang, El yang masih bertukar cerita dengan Daren kini menyadari jika ia sudah harus menjemput anaknya di sekolah. Karena Ariana hanya bisa mengantar di waktu pagi saja, untuk pulangnya El sendiri yang akan menjemputnya.“ Ren, aku tinggal sebentar tidak apa apa yaa, sekalian bantu aku jaga toko. Jadi aku tidak perlu menutupnya” ucap El pada Dareen.“ Memangnya kamu mau kemana? Apa aku saja yang pergi untuk membantu kamu” ucap Daren menawarkan diri pada sahabatnya, ia merasa kasian setelah mendengar apa yang dilalui oleh sahabatnya.“ Aku harus menjemput anak anakku, sudah waktunya pulang. Anak anakku tidak akan sembarangan ikut orang yang tidak dikenalnya meskipun kamu mengatakan teman aku” ucap El tersenyum.“ Hum, baiklah aku akan jaga toko kamu, aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan anak anakmu” ucap Daren penasaran dengan anak El, sejak tadi mengobrol, namun El tidak mengatakan sedikitpun bagaimana dia menikah lagi da
“ Ibu, apakah tante Ariana sedang ada di sini? Kenapa tokonya buka atau ibu lupa untuk menutupnya” ucap Xaquil dan membuat kedua adiknya juga menengok dan langsung menganggukan kepalanya. Mereka juga penasaran kenapa tokonya buka.“ Oh itu, ada teman ibu yang dari tempat jauh datang jadi ibu minta tolong pada dia, kalian masuk dulu nanti kalian bisa kenalan dengan teman ibu” ucap El yang kemudian mendapatkan anggukan dari Xavier dan juga Xhaqella. Namun tidak dengan Xaquil yang tampak memikirkan sesuatu.‘ Teman ibu siapa? Bukankah selama ini Ibu tidak punya teman selain tante Ari, dan juga ibu tidak pernah menceritakan jika punya teman yang sangat jauh tinggalnya. Ibu hanya bercerita jika kakek dan neneknya sudah berada di surga’ batin Xaquil sambil jari jari mungilnya mengetuk dagunya berkali kali.“ Masuk dulu sayang, Ibu tahu pasti kamu penasaran kan, lebih baik masuk ganti baju dan nanti ibu kenalkan pada paman” ucap El yang sangat hapal anak sulungnya memang tidak puas dengan j
Dareen sangat senang melihat ponakan yang baru datang ini, meskipun terkesan dingin namun entah kenapa ia sangat menyukainya. Ia kemudian langsung tersenyum lebar untuk menyambut bocah mungil itu. namun ia terkejut saat melihat bocah itu terkejut saat melihat dirinya. Bahkan anak itu sampai membuka mulutnya membentuk huruf O dengan mata yang lebar menatapnya.“ Paman kamu kan yang…“ Apakah kamu pernah mengenal paman sebelumnya” ucap Daren penasaran dengan bocah itu, tidak hanya Daren tapi juga Elvaretta yang juga terkejut melihat reaksi anaknya saat melihat Daren, seperti sudah pernah bertemu sebelumnya. Begitu juga dengan kedua saudaranya.“ Xaquil,apakah kamu pernah bertemu dengan paman Daren” tanya El menuntut jawaban dari anak sulungnya.“ Oh… Eh… he..he.. belum Bu, aku hanya terkejut ternyata ibu punya teman yang keren seperti ini,Paman namaku Xaquil dan aku sangat menyukaimu” ucapnya dengan senyuman yang lebar memperlihatkan deretan giginya.El hanya bisa menghela napas dengan
Daren terkejut saat mendengarkan Xaquil telah mencari Sean Hill, dan tentunya itu tanpa sepengetahuan dari Elvaretta. Apa yang membuat anak sekecil ini mencari tahu tentang Ayah mereka? Apakah mereka merindukan kasih sayang seorang ayah? Dan bagaimana dia mengetahui tentang Sean Hill? “ Kamu mencari tahu mengenai Sean Hill untuk apa? Apakah kamu tahu siapa dia” tanya Daren dengan hati hati. Ia sangat kagum pada anak ini yang sangat pintar. “ Hum” ucap Xaquil sambil mengangguk. “ Apa yang kamu tahu tentang dia dan kenapa kamu tidak menanyakan pada ibu saja mengenai dia” “ Aku tahu semuanya dan aku tidak mau membuat ibu sedih! Awalnya aku melihat koran bekas yang ada di rumah tante Ariana, dan aku melihat berita tentang ibu yang…. yang ….. yang… Daren langsung mendekap tubuh mungil Xaquil dengan hangat, dalam hatinya ia mengutuk perbuatan Sean dulu. Saat itu Daren hanya menurunkan berita mengenai El dan juga mencoba menghapusnya. Namun ia tidak menyangka jika masih ada yang tersisa
Daren langsung tersedak ludahnya saat mendengar permintaan gadis imut yang ada dalam gendongannya. Sedih saat melihat wajah Xhaqella yang tampak serius meminang dirinya untuk menjadi ayahnya. Terdengar lucu namun ia miris mendengarnya, segitu inginkah dia memiliki seorang ayah? Daren tidak pernah tahu bagaimana rasanya tidak memiliki seorang Ayah dalah hidupnya. Sejak kecil Daren selalu diberikan kasih sayang yang melimpah karena ia memang anak tunggal. Maka dari itu ia menganggap El sebagai adiknya. Sejak kedua orang tua El meninggal.“ Sayang, paman dan ibu tidak bisa menikah karena kami adik dan kakak, tapi kalian bisa menganggap paman Ayah jika kamu membutuhkan” ucap Daren kemudian memeluk Xhaqella dengan Erat. Ingin rasanya ia menanyakan apakah Xhaqella merindukan ayahnya, namun ia tidak sanggup mendengar jawaban gadis kecil ini.Anak kecil dalam dekapannya itu hanya mengangguk kemudian mengalungkan tangannya ke leher Daren.“ Terima kasih paman” ucapnya renyah.Sementara itu, ta
Keesokan harinya, El yang mengantarkan anak anaknya kesekolah karena kepala sekolah ingin bertemu dengannya. Katanya ingin membicarakan soal ketiga anaknya. Semalam saat salah satu guru di sekolah anaknya mengirimkan pesan ia sedikit khawatir, takut jika di antara ketiganya ada yang membuat masalah. meskipun selama ini ketiganya tidak pernah membuat masalah yang mengharuskan orang tuanya untuk hadir di sekolah. Jadi El merasa benar benar khawatir. “ Ayo sayang cepat Bersiap siap supaya tidak terlambat ke sekolahnya” Ucap El saat melihat anaknya masih dengan santainya duduk duduk di halaman rumah sambil bermain tebak tebakan berapa banyak burung yang hinggap di pohon depan rumahnya. Ada ada saja jenis permainan mereka! Sederhana namun membuat mereka bahagia!Meskipun mereka terlihat mandiri namun tetap saja meraka masih anak anak yang selalu bermain hal hal yang sangat konyol. Dan mereka tumbuh di sebuah bukit jadi mereka lebih banyak berinteraksi dengan alam.“ Baik bu” Ucap Xaquil
El terus termenung memikirkan tawaran yang diberikan oleh kepala sekolah, kesempatan bagus namun ia sendiri masih takut untuk menghadapi kehidupan kedepannya, yang sepertinya tidak akan mudah. Namun tegakah dirinya memotong sayap anak anaknya yang punya kesempatan bagus untuk bisa terbang lebih tinggi, lebih dari ini. Jujur El sangat senang dan ingin mendorong anak anaknya untuk bisa lebih tinggi lagi. Tapi apakah anak anaknya akan aman jika ada yang mengetahui bagaimana kecerdasan ketiga anak anaknya? Apakah tidak ada orang jahat yang ingin memanfaatkan ketiganya? Mampukah ia melindunginya di tempat baru nanti? Apakah anak anaknya mau pindah dari sini?Banyak hal hal yang membuat El merasa takut untuk mengekpos ketiganya, apalagi ia sempat mendapatkan sesuatu yang buruk dalam hidupnya. Terkadang masih terlintas jelas bagaimana ia harus berjuang dari orang orang yang jahat padanya. El mengira jika dia akan hidup bahagia bersama anak anaknya di kota ini selamanya, meskipun kota ini ti
“ Ibu! “ Ibu! “ Ibuuuu! Suara teriakan dari ketiga anaknya terdengar sangat merdu di telinga El yang saat ini sedang melayani beberapa pelanggan yang mengambil pesanan kue untuk ulang tahun. Hari ini anak anak dijemput Daren yang masih berada di kota ini. “ Wah, anak anak ibu sudah pulang” sapa El kemudian berjongkok dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut anak anaknya yang berlari padanya. Hap! Tawa renyah dari ketiganya saat berada dalam pelukan El, sebuah kebiasaan El yang selalu menyambut anak anaknya saat pulang sekolah. Dan tentunya para pelanggan sudah mengetahui itu jadi mereka membiarkan El meladeni anak anaknya terlebih dahulu. Paling hanya sebentar saja, anak anaknya sangat pintar dan mulai mengerti bahkan ketiganya selalu membantu saat ia sedang bersama pelanggan. “ Kalian bertiga tidak nakal kan selama di sekolah” tanya El melepaskan pelukannya dan menciumnya satu persatu anaknya. “ Tentu saja kita tidak nakal, dan juga kita belajar dengan benar” ucap Xha