Share

Nostalgia

"Selamat, ya. Anakmu lahir dengan selamat dan sempurna. Lihat ini," Tar memperlihatkan bayi merah digendongannya kepadaku.

"Aku akan mengadzaninya, jika kamu mengizinkan." Dia tersenyum, manis sekali. Aku mengangguk bahagia, "Boleh," sahutku.

"Apa kau sudah mempersiapkan nama untuknya?" Aku menggeleng.

"Bagaimana jika Aryo, Aryo Wicaksono. Agar anak ini, tumbuh menjadi orang yang bijaksana sesuai dengan namanya."

"Nama yang indah, boleh juga." Aku mengiyakan sambil membelai lembut bayi laki-laki ini.

"Apa kau akan memberitahu suamimu perihal anak ini?"

Senyum yang semula merekah di wajahku mendadak sirnah. Aku belum siap. 

Tiba-tiba tubuhku seakan ditarik, melayang menuju dimensi waktu yang lain.

"Ibu, aku ini anak haram ya? Kok aku nggak punya Bapak? Hu..hu..hu.." Aryo datang menangis sesenggukan dengan masih mengenakan seragam sekolah.

"Loh, Nak, kata siapa? Aryo punya, kok. Udah diam, ya. Jangan di dengerin. Mere

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status