🏵️🏵️🏵️
“Aku nggak ada niat sedikit pun menghindarimu, Mas. Aku merasa tersiksa dengan perpisahan kita.” Sandra memegang tangan laki-laki yang sangat mencintainya tersebut.
“Kalau kamu merasa tersiksa tanpa diriku, kenapa kamu meninggalkanku? Kamu tiba-tiba hilang dan aku merasa menjadi seseorang yang kehilangan arah.” Sekarang Wisnu yang menggenggam tangan Sandra.
“Maafin aku, Mas. Aku telah membuatmu menunggu, tapi ….” Sandra tiba-tiba menggantung kalimat yang ingin dia ucapkan.
“Tapi kenapa, Sayang?” Wisnu penasaran mendengar apa yang ingin Sandra sampaikan.
“Nggak apa-apa, Mas. Lupain aja. Yang penting sekarang aku ada di sini untukmu.” Sandra mengembangkan senyuman di depan Wisnu.
Melihat keromantisan yang Wisnu tunjukkan, Sandra tidak mampu menceritakan apa yang seharusnya dia utarakan kepada laki-laki itu, padahal sebelumnya, Sandra telah berjanji kepada diri sendiri untuk memberitahukan kebenaran yang terjadi terhadapnya kepada Wisnu.
“Kita pesan menu favorit kita, ya, Sayang. Aku ingin menikmati makan siang bersamamu.” Wisnu mencium jemari kekasih hatinya. Sementara Sandra hanya mengangguk sambil tersenyum.
Wisnu segera memesan menu andalan mereka sejak dulu di kafe itu. Chicken steak. Laki-laki itu juga tidak melupakan dessert favorit yang selalu Sandra suka sejak dulu, tiramisu lemon. Dua insan itu pun menikmati hidangan setelah tersaji di meja.
Kini, kebahagiaan terpancar dari wajah Wisnu dan Sandra. Mereka bersikap seperti pasangan yang sedang kasmaran. Wisnu merasa menjadi laki-laki paling beruntung karena akhirnya kembali menikmati kemesraan bersama Sandra. Dia lupa kalau dirinya telah memiliki Sarah.
Di tempat lain, Sarah sedang berpikir dan merasa menjadi wanita lemah. Hatinya saat ini sangat sakit karena membayangkan sang suami tercinta bertemu dengan wanita lain. Wisnu sengaja memberitahukan kenyataan itu kepada Sarah tadi pagi sebelum berangkat ke kantor.
Untuk menata hatinya yang sedang gundah, Sarah pun memilih menyaksikan acara televisi bersama ibu mertuanya di ruang TV. Dia berusaha menunjukkan sikap yang tidak mencurigakan di depan wanita paruh baya tersebut.
Tiba-tiba terdengar nada pesan masuk dari ponsel Sarah yang digenggam sejak tadi. Dia pun membuka layar, terdapat nama sahabat dekatnya saat masih duduk di bangku SMA, Tasya. Sarah pun membuka pesan tersebut.
[Kamu di mana?] Isi pesan dari Tasya.
[Aku di rumah, Sya.] Sarah pun mengirimkan balasan pesan untuk sahabatnya tersebut.
[Aku melihat suamimu bermesraan dengan cewek lain di Tropical Coffee.] Hati Sarah sakit membaca kalimat yang Tasya kirim.
[Nggak mungkin, Sya.] Sarah berusaha mengelak walaupun dia sudah tahu kalau Wisnu dan Sandra pasti bertemu hari ini.
[Kalau nggak percaya, aku kirimin fotonya.] Tasya mengirim foto saat Wisnu mencium jemari Sandra tadi.
Sarah tidak kuasa melihat foto kemesraan sang suami bersama wanita lain. Dia pun meminta izin kepada ibu mertua untuk beristirahat di kamar. Sarah segera beranjak meninggalkan Bu Siska. Wanita paruh baya itu tidak tahu kalau saat ini sang menantu sedang terluka.
🏵️🏵️🏵️
Sarah tidak mampu menutupi kesedihan yang dia rasakan saat ini. Dia tidak pernah menyangka bahwa sang suami ternyata mampu bersikap mesra kepada wanita lain. Selama ini dia tahu kalau Wisnu laki-laki kasar.
Sekarang Sarah menyadari bahwa ternyata dirinya benar-benar hanya sebagai pelarian semata untuk Wisnu. Dia tidak mampu mengubah hati sang suami walau sedikit pun agar bersedia berbuat baik terhadap dirinya. Cinta yang dia miliki saat ini tidak berharga sama sekali.
Sarah kembali membuka layar, melihat foto Wisnu bersama Sandra yang telah Tasya kirimkan tadi. Dia memandang wanita yang sangat dicintai suaminya tersebut. Sarah tidak mengerti apa kelebihan Sandra hingga mampu menghanyutkan perasaan Wisnu.
Tiba-tiba Sarah mengingat laki-laki yang dulu mengungkapkan perasaan cinta kepadanya. Jumlah mereka tidak sedikit. Sarah merupakan idola ketika dirinya masih duduk di bangku sekolah.
Akan tetapi, itu tidak berlaku untuk Wisnu. Semua itu terbukti ketika Sarah menjalani magang di kantor laki-laki tersebut. Jangankan meliriknya, tetapi sikap kasar yang selalu Wisnu tunjukkan terhadap Sarah kala itu.
“Kok, marah-marah mulu, Bro?” Sarah pernah mendengar pembicaraan Wisnu dengan Kevin, bagian marketing di kantor, yang juga merupakan sahabat sang suami.
“Saya benci dengan perempuan.” Wisnu memberikan jawaban yang mengagetkan Sarah kala itu.
“Kenapa? Karena ditinggal Sandra? Move on, Bro. Untuk apa masih mikirin yang tidak pasti? Lihat, tuh, Sarah. Dia lebih cantik dari Sandra, masih muda lagi.” Kevin menyebutkan nama Sarah saat itu.
Ketika mendengar perbincangan dua orang sahabat tersebut, Sarah kala itu berharap agar tidak bertemu lagi dengan Wisnu setelah selesai magang. Dia tidak suka dengan laki-laki kasar itu. Namun, takdir berkata lain karena kenyataannya sekarang Sarah justru menjadi istri Wisnu bahkan mencintai pria tersebut.
Kadang Sarah bingung, apa yang membuat dirinya jatuh cinta kepada Wisnu, padahal sangat jelas seperti apa sikap yang ditunjukkan sang suami selama ini. Sarah bahkan mengabaikan perhatian Reno, adik sepupu Wisnu yang sering berkunjung.
Reno sangat tahu kalau Wisnu tidak pernah mencintai Sarah. Laki-laki itu bahkan mengetahui seperti apa kedekatan sang kakak sepupu dengan Sandra. Reno sudah lama mengetahui bahwa wanita yang Wisnu cintai hanyalah Sandra.
“Kamu bahagia?” Reno beberapa kali melontarkan pertanyaan itu kepada Sarah.
“Kenapa Kakak bertanya seperti itu?” Sarah tidak mengerti harus memberikan jawaban seperti apa kepada Reno ketika dia belum menyadari perasaannya terhadap Wisnu kala itu.
Akan tetapi, setelah rasa cinta itu tumbuh di hati Sarah untuk Wisnu, dia pun dengan yakin mengatakan kepada Reno bahwa dirinya sangat bahagia mendampingi hidup Wisnu. Sarah juga merasa kesal jika Reno berusaha memberikan perhatian kepadanya.
“Saya mohon, jangan bersikap seolah-olah ingin memberikan perhatian pada saya, Kak. Saya tidak mau jika Mas Wisnu salah paham. Kakak harus bisa jaga jarak dengan saya.” Sarah mengucapkan permintaan tersebut beberapa hari yang lalu kepada Reno.
“Ada apa denganmu, Rah? Kak Wisnu tidak pernah mencintaimu, dia hanya mencintai cewek lain.” Reno merasa heran mendengar permintaan Sarah agar menjaga jarak darinya.
“Tapi Mas Wisnu tetap suami saya, Kak. Tolong mengerti dengan ikatan yang telah terjalin di antara kami.” Sarah tidak memberikan alasan yang sebenarnya kepada Reno. Dia tidak ingin jika laki-laki itu mengetahui rasa cinta yang kini dia miliki untuk Wisnu.
Bagi Sarah, Wisnu laki-laki pertama yang telah berhasil membuatnya merasakan cinta, walaupun kenyataannya sang suami selalu menunjukkan kekasaran yang menyakitkan hampir setiap hari.
Sarah telah dibutakan oleh perasaannya sendiri terhadap Wisnu, padahal tidak hanya kekasaran yang diberikan sang suami terhadap dirinya, sekarang Sarah bahkan mengetahui kemesraan laki-laki itu dengan wanita lain.
=================
Apakah Sarah akan tetap bertahan walaupun Wisnu telah bertemu dengan Sandra?
🏵️🏵️🏵️ Seperti biasa, sore ini Sarah melakukan aktivitas bersama Bi Inah, menyiram tanaman. Walaupun Sarah masih sangat sedih mengingat kemesraan yang terjadi antara suaminya dengan wanita lain, tetapi dia berusaha menutupi hal itu di depan semua penghuni rumah Wisnu. Sarah tetap menunjukkan senyumannya di depan Bi Inah. Dia tidak ingin orang lain mengetahui luka yang dia rasakan saat ini. Sarah tetap berusaha tegar walau hatinya menangis karena mengetahui sang suami mampu bersikap mesra terhadap wanita lain. “Sore, Bik, Sarah.” Reno tiba-tiba muncul di dekat Sarah dan Bi Inah. Hampir setiap hari laki-laki itu menunjukkan batang hidungnya di rumah Wisnu. “Eh, ada Den Reno. Non Jessy ada di rumah, kok.” Bi Inah sebenarnya tahu kalau Reno sering mengunjungi rumah Wisnu hanya untuk bertemu dengan Sarah. “Terima kasih, Bik, tapi aku mau ketemu Sarah. Ada yang ingin aku bicarakan padanya.” Reno memberikan balasan yang membuat Sarah risi. “Bibik kirain mau ketemu Non Jessy. Ya, udah
🏵️🏵️🏵️ Sebulan telah berlalu setelah kejadian kesalahpahaman yang terjadi antara Wisnu dan Reno. Sejak saat itu, adik sepupu Wisnu tersebut tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dia tiba-tiba tidak ada kabar. Jessy bahkan sangat heran kenapa saudaranya itu tidak dapat dihubungi sama sekali. Dia mencoba bertanya kepada Wisnu, tetapi laki-laki itu justru memberikan jawaban yang aneh menurut Jessy. “Kamu nggak perlu bertanya tentang orang itu ke Kakak.” Begitu balasan yang Wisnu ucapakan kepada Jessy tentang Reno. “Kakak kenapa, sih? Gitu banget jawabannya. Kakak ada masalah apa dengan Reno?” Jessy tidak mengerti dengan sikap kakaknya. “Nggak ada, tapi lagi kesel aja sama, tuh, anak.” Wisnu segera menjauh dari Jessy karena tidak ingin mendengar pertanyaan berikutnya dari adiknya tersebut. Wisnu juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba merasa sangat kesal terhadap Reno. Dia sadar kalau dirinya tidak mungkin cemburu melihat kedekatan Reno dengan Sarah karena baginya sang istri ha
🏵️🏵️🏵️ “Kamu kenapa, Sayang?” tanya Bu Siska kepada Sarah dengan wajah heran. “Saya mual, Mih. Mungkin masuk angin karena semalaman nggak tidur.” Sarah merasa yakin kalau dirinya sedang masuk angin. “Kenapa sampai nggak tidur?” tanya Bu Siska penasaran. “Nggak apa-apa, Mih.” Sarah tidak ingin mengatakan yang sebenarnya kepada sang ibu mertua. Dia tidak mampu terpejam tadi malam karena mengingat dirinya akan berpisah dengan Wisnu. “Perginya ditunda aja. Kamu istirahat dulu.” Bu Siska memberikan Saran. “Biarin aja pergi sekarang, Mih. Kenapa harus ditunda?” Tiba-tiba Jessy membuka suara. “Jessy! Kenapa kamu nggak punya perasaan? Kamu juga perempuan, seharusnya mengerti posisi Sarah.” Pak Wildan tidak terima dengan sikap Jessy. “Nggak apa-apa, Pih. Saya pergi sekarang. Saya akan naik taksi.” Sarah pun mencium punggung tangan kedua mertuanya secara bergantian. Dia juga mengulurkan tangan kepada Wisnu dan Jessy, tetapi ditepiskan. Sarah tidak ingin berlama-lama di tempat tersebu
🏵️🏵️🏵️ “Mas Wisnu lagi sibuk, Yah.” Sarah memberikan alasan. “Tapi hubungan kalian baik-baik saja, ‘kan?” Sang ayah merasakan sesuatu yang aneh dengan kedatangan Sarah tanpa Wisnu. Setelah Wisnu dan Sarah menikah, kedua insan itu belum pernah sekali pun mengunjungi rumah Pak Dimas dan Bu Ratna. Sarah tidak berani mengajak sang suami berkunjung ke rumah orang tuanya. “Iya, Ayah. Ayah tenang aja. Sarah dan Mas Wisnu baik-baik saja.” Sarah berusaha meyakinkan Pak Dimas. “Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Ya, sudah, Ayah berangkat kerja dulu.” Sarah dan ibunya pun mencium punggung tangan Pak Dimas. Laki-laki paruh baya itu segera menyalakan mesin motornya lalu meluncur. Sarah tidak kuasa menahan kesedihannya di depan Bu Ratna. Dia langsung menumpahkan bening kristal dari pelupuk matanya lalu memeluk wanita itu. Sarah pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya hingga dia berada di rumah orang tuanya saat ini. “Apa reaksi mertuamu, Sayang?” tanya Bu Ratna. Dia berusaha menen
🏵️🏵️🏵️ “Sarah ingat hampir tiga bulan nggak haid, Buk.” Sarah memberikan jawaban. “Apa? Jadi, kamu nggak cerita ke Wisnu?” Sang ibu sangat terkejut. “Sarah juga nggak ingat, Buk. Baru ingat saat di taksi pas mau ke sini.” “Hal seperti ini harus diketahui suamimu.” “Iya, Buk. Maafin Sarah.” Bu Ratna sangat percaya kalau Sarah sedang mengandung benih Wisnu. Namun, wanita itu juga ingin memastikannya dengan mengajak Sarah ke rumah sakit. Bu Ratna berharap semoga apa yang Sarah alami saat ini menjadi petunjuk untuk anaknya tersebut agar kembali bersatu dengan Wisnu. Saat menuju rumah sakit, Sarah tidak sengaja melihat Wisnu dan wanita pujaanya sedang menyeberang jalan sambil bergandengan tangan. Sarah berusaha mengalihkan pandangan ibunya agar tidak melihat sang suami. Wanita pemilik senyum indah itu kembali bersedih. Dia merasa kalau Wisnu benar-benar tidak mengingat dirinya. Sarah membayangkan betapa bahagianya berada di posisi Sandra, dicintai laki-laki seperti Wisnu. Akan
🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan jam lima sore, Sarah memilih berbaring di ruang TV sambil menonton acara favorit. Dia tidak menyadari kalau Wisnu dan Bu Ratna sedang berjalan ke arahnya. Ternyata sang suami kini datang menjemputnya. “Sayang. Ada Nak Wisnu, nih. Katanya mau jemput kamu.” Sarah terkejut mendengar suara ibunya. Dia juga hampir tidak percaya kalau sang suami kini ada di dekatnya. Dia pun segera duduk. Wisnu memandangi wanita yang telah dia usir dari rumahnya kemarin pagi. Wisnu tidak menyangka kalau saat ini sang istri sedang mengandung anaknya, padahal dia sudah tidak mengharapkan perempuan itu setelah Sandra kembali dalam hidupnya. Rencana Wisnu untuk segera melamar Sandra, kini pupus sudah. Dia harus menunggu sampai Sarah melahirkan anaknya. Wisnu tetap ingat apa yang pernah dia ucapkan kepada Sarah kala itu. Setelah anak mereka lahir, maka sang istri harus segera pergi dari rumah. “Silakan duduk, Nak Wisnu. Ibu akan ambilkan minum.” Bu Ratna pun beranjak ke dapur. Wan
🏵️🏵️🏵️ Kadang sikap seseorang tidak dapat ditebak, itu yang terjadi terhadap Wisnu. Setelah laki-laki itu mengetahui kehamilan Sarah, dia masih sanggup berbuat kasar kepada wanita itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Wisnu saat ini. Dia seolah-olah tidak memiliki perasaan sama sekali. Wisnu selalu menganggap Sarah sebagai penghalang bersatunya hubungannya dengan Sandra, padahal sangat jelas kalau Wisnu yang meminta Sarah untuk menikah dengannya empat bulan yang lalu. Jika memang laki-laki itu terpaksa mengikat hubungan sakral dengan Sarah, kenapa dirinya justru sangat ingin agar segera memiliki keturunan. Ya, walaupun harapan itu berawal dari permintaan kedua orang tuanya. Setelah melihat hasil pemeriksaan Sarah di rumah orang tuanya tadi, Wisnu merasa bahagia mengetahui ada benihnya di rahim sang istri. Namun, dia tetap sanggup menyakiti wanita yang akan melahirkan anaknya. Jalan pikiran Wisnu benar-benar susah untuk dimengerti. Akan tetapi, Wisnu tiba-tiba merasa kasihan mel
🏵️🏵️🏵️ [Suamimu hobby banget berduaan sama, nih, cewek. Kenapa kamu diam aja, Rah?] Isi pesan dari Tasya. [Itu namanya Mbak Sandra, Sya. Sahabat karib Mas Wisnu.] Sarah tetap menutupi perbuatan suaminya. [Sahabat apaan? Pegangan tangan mulu. Sampai cium tangan dan pelukan. Aku nggak percaya, Rah. Kamu jangan polos gitu.] Tasya tetap tidak percaya dengan alasan yang Sarah berikan. [Aku percaya pada suamiku, Sya.] Sarah kembali mengirimkan balasan yang membuat Tasya sangat kesal membaca pengakuan sahabatnya. Sarah baru sadar sekarang, kenapa tadi Wisnu buru-buru saat berangkat ke kantor bahkan tidak sempat menikmati sarapan seperti biasanya. Ternyata laki-laki itu telah merencanakan sarapan di luar bersama wanita yang dia cintai. “Kamu kenapa, Rah? Kok, diam?” Reno memegang pundak Sarah. “Maaf, Kak, saya ke dalam dulu, ya.” Sarah pun beranjak meninggalkan Reno menuju kamar. Sarah tidak tahu bahwa seseorang tengah mengambil fotonya saat tadi Reno memegang bahunya. Dia tidak mer