Share

Kesalahpahaman Berujung Petaka

Diam adalah emas tidak selalu membawa keberuntungan. Kali ini karena diamnya Nea, ia terjebak pada pria bernama Aciel ini. Pak Broto sudah salah paham mengira mereka memiliki hubungan.

"Om, Nea sama dia nggak punya hubung—"

Ucapan Nea menggantung karena  secara tiba-tiba tangannya digenggam oleh seseorang membuat dirinya terkejut.

"Rasanya tidak etis saat proyek ini diberikan karena sebuah hubungan. Saya ingin bersaing secara sehat dengan yang lain," ucap Aciel dengan tegas.

Nea yang posisinya tidak memahami proyek apa yang di maksud hanya diam saja. Terlebih lagi Aciel seakan memberi kode pada dirinya untuk diam dengan terus menggenggam tangannya.

"Saya sudah tahu kemampuan Pak El dalam memanajemen pembangunan bagaimana. Oleh karena itu saya yakin memberikan proyek ini pada anda, dengan syarat yang telah ditentukan. Saya harap anda tidak mengecewakan saya."

Aciel benar-benar terkepung dalam keadaan ini. Bergerak maju salah mundur juga salah.

"Nea, nanti sekretaris om akan menghubungi kamu. Om duluan ya." Pak Broto mengelus kepala Nea dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Hati-hati di jalan, pak," ucap Aciel saat pak Broto pergi meninggalkan mereka.

Nea langsung menoleh ke arah Aciel. Sejujurnya ia marah dengan sikap Aciel yang diam saja sejak tadi. Jika ia menjelaskannya lebih awal, semua ini tidak akan terjadi.

"Maaf, mengapa anda menyuruh saya diam?" tanya Nea kesal.

"Sekretaris saya akan menghubungi kamu." Aciel pergi meninggalkan Nea.

Apa-apaan ini, mengapa semua orang menyuruh sekretaris menemuinya. Menerima ajakan Niko ke tempat ini adalah sebuah petaka.

Hentakan kaki Nea yang dapat di dengar semua orang menjadikannya sebagai pusat perhatian.

Niko sejak tadi kehilangan jejak Nea langsung berkeliling mencari gadis itu hingga melihat sahabatnya itu tengah berjalan dengan wajah kesal.

"Ne, ada apa?" tanya Niko.

"Kamu mau nyuruh sekretaris Kamu nemuin aku juga?" kesal Nea.

Niko mengerutkan kening. Ada apa dengan gadis ini?

"Ha? Apaan sih, Ne. Kamu tadi ke mana?" tanya Niko sambil merangkul Nea.

Nea menghela napas panjang. "Aku tadi ketemu Om Broto."

"Serius? Dari tadi aku nggak ngeliat om Broto."

"Om Broto udah sesukses itu sekarang ya?" tanya Nea sambil menatap mata Niko.

Niko mengangguk. "Bokap  cerita banyak tentang om Broto. Katanya bisnis pakaian miliknya berkembang pesat sehingga Om Broto mencoba bisnis-bisnis yang lainnya dan puncak bisnisnya saat hotel yang baru saja dibangunnya menjadi viral dan dikenal banyak orang. Yang aku dengar sekarang banyak perusahaan konstruksi yang sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan proyek mall dan apartemen milik Om Broto."

Nea sangat terkejut mendengar fakta mengenai Pak Broto. Dulu beliau merupakan salah satu rekan bisnis ayahnya. Kini kesuksesannya membuat Nea sedikit iri.

"Banyak hal yang Aku lewati," gumam Nea.

"Makanya Ne, sesekali update informasi jangan sibuk kerja Mulu."

Nea menatap tajam Niko. "Aku bukan Kamu  yang punya koneksi banyak," kesal Nea sambil memajukan bibirnya.

Niko menarik tangan Nea keluar dari Aula. Acara sudah hampir selesai dan Niko juga sudah bosan berada di sini.

"Adelard Construction, Kamu tahu?" tanya Nea saat mereka berjalan menuju parkiran.

"Tahu, kenapa emangnya?"

"Coba cerita."

Niko berdeham beberapa saat, seakan mengingat sesuatu.  "Adelard Construction adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang properti dan konstruksi. Pemilik perusahaan tersebut meninggal 10 tahun yang lalu setelah itu anaknya yang masih duduk di bangku kuliah melanjutkan perusahaan tersebut. Bisa dibilang semenjak berpindah tangan, Adelard Construction semakin bertambah maju. Nama pemiliknya Aciel Cale."

Ternyata pria yang ditemui Nea bukanlah orang biasa. Melihat perjuangannya Nea cukup kagum. "Kamu pernah ketemu CEO-nya?"

Niko memicing curiga. "Ini bukan Nea yang aku kenal," curiga Niko.

"Aku cuma bertanya."

"Aku nggak pernah bicara langsung, tapi pernah lihat dia beberapa kali. Orangnya sangat berkarisma dan juga kaku."

Nea membulatkan mulutnya sambil mengangguk.

"Oh ya, dia juga berusaha mendapatkan proyek Om Broto. Kamu tahu, sampai-sampai temen aku yang kerja di sana beberapa hari ini lembur untuk menyiapkan proyek ini."

Niko memberi sedikit jeda. "Satu hal lagi, katanya dia ngga pernah berhubungan dengan wanita mana pun. Ada yang bilang dia punya kelainan, tapi aku nggak tahu pasti."

Mendengar itu membuat Nea cukup terkejut. Pria dengan paras yang cukup tampan sepertinya tidak tertarik pada wanita? Padahal dengan menjual wajahnya itu, pasti banyak wanita yang akan mengantre kecuali dirinya. Nea cukup selektif dalam menilai orang dan Aciel masih belum masuk ke dalam kriterianya.

"Banyak berita tentang dia, aku rasa artis aja kalah tenar sama dia."

"Ah sudahlah, ngapain bahas dia. Aku laper, makan nasi goreng mang Ujang yuk."

Ucapan Nea membuat Niko terkekeh. "Padahal di dalam banyak makanan enak dan mewah tetapi Kamu tetap aja milih nasi goreng mang Ujang." Lelaki itu mengacak rambut Nea yang dihadiahi pukulan pada lengannya oleh Nea.

"Aku nggak selera lihat makanan di dalam sana, mending beli nasi goreng pinggir jalan."

Langsung saja Nea dan Niko memasuki mobil berjalan menuju nasi goreng yang diminta oleh Nea.

Di sisi lain, Aciel duduk di atas mobil dengan mata yang menatap lurus ke depan.

"Maaf tuan El, sekarang kita mau ke mana ya?" Ini adalah pertanyaan ketiga yang dilayangkan oleh sopir Aciel. Pria tersebut masih bungkam.

Tidak mendapatkan respons sang tuan, sopir Aciel pun berinisiatif menelepon Galen selaku sekretaris Aciel.

"Syukurlah, Pak Galen sudah datang," gumam Didin, sopir Aciel.

Suara pintu mobil terbuka membuyarkan lamunan Aciel. Pria tersebut menatap sekretarisnya yang terlihat kelelahan.

"Bagaimana?" tanya Aciel.

"Maaf, pak. Saya kehilangan jejaknya."

"Sialan!" Aciel melayangkan tinjuan ke jendela mobil. Untung saja tidak ada keretakan ataupun luka.

Semuanya buyar. Perjuangan Aciel mempersiapkan proyek ini hancur hanya karena syarat bodoh itu. Mau bagaimana pun proyek ini harus jatuh ke tangannya. Hanya proyek ini yang mampu mengangkat nama Adelard Construction melambung tinggi.

"Kamu tahu bukan proyek ini sangat penting. Saya harus buat kesepakatan dengan wanita itu. Besok, kamu harus mendapatkan identitas dan juga latar belakangnya!" titah Aciel membuat Galen menunduk sambil mengangguk.

"Baik pak, saya akan mencari informasi sebanyak mungkin."

"Jangan sampai perjuangan saya sia-sia, dengar!"

Aciel memalingkan wajah menatap ke luar jendela. Ia menghela napas berat. Malam ini terasa berat.

"Antar saya ke rumah!"

"Ke rumah mana ya, pak?" tanya Galen yang ragu akan tujuan bosnya itu.

Aciel sempat terdiam. "Mama."

Satu kata itu malah membuat Galen semakin khawatir, walaupun begitu ia tidak bisa membantah permintaan Aciel.

"Pak, jalan ke rumah nyonya ya!"

"Baik, Pak Galen."

Sepanjang jalan Aciel tidak hentinya menghela napas berat. Entah apa yang dipikirkan pria tersebut hingga terlihat gelisah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status