Cahaya sinar matahari yang masuk menerangi bumi, menyilaukan mata bagi hampir setiap penghuninya. Sama halnya seperti Zayn saat ini.
Ia yang lebih dulu terbangun dari tidurnya merasa keram pada tangannya, matanya menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapannya, namun sesaat kemudian senyum yang begitu merekah hadir di bibirnya melihat sosok yang berada dalam dekapannya.
Ntah bagaimana bermula, yang jelas saat ini Zeline tidur dengan menjadikan lengannya sebagai bantal, dan memeluk tubuhnya. Zayn merasa begitu bahagia dan tidak menyangka jika hal kecil yang sederhana seperti saat ini, akan menimbulkan rasa bahagia yang membuncah di hatinya.
Zayn menjangkau handphonenya yang berada di atas nakas dengan tangan kirinya, lalu mengabadikan momen langkah tersebut. Mengambil gambar dimana mereka tidur bersama dengan Zeline yang berada di dalam pelukannya.
Setelah mendapatkan gambar yang bagus, Zayn meletakkan kembali phonselnya, lalu menatap dalam ke wajah ca
Arya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mendadak di buat kesal saat melihat sosok wanita yang baru saja keluar dari Lift dan berjalan menuju ke arahnya, bukan menuju ke arahnya, namun hanya akan melewatinya karena tujuan wanita itu yang sesungguhnya adalah ruangan Zayn yang berada di sana."Zayn, ada?" tanyanya santai dengan berlagak anggun menjinjing tas di tangannya."Tidak menjawab itu artinya dia ada di dalam!" ucapnya lagi melewati Arya yang mendengus kesal melihatnya.Jika saja ini semua bukanlah rencana Zayn, jika semua ini murni keinginan Zayn untuk kembali pada wanita itu, maka Arya akan menjadi orang pertama yang menentanganya."Aku sangat membenci wanita licik ini!. Rasanya aku sangat ini membuangnya ke kolam buaya," gumam Arya menatap jengah pada Sella, seraya mengambil phonselnya untuk menghubungi seseorang, melaporkan apa yang terjadi.Tok... Tok... Tok..."Masuk!" ucap Zayn kencang dari dalam sana sembari menarik kembali se
Tepat pukul tujuh malam. Zeline yang telah siap untuk pergi, menatap kembali pantulan dirinya di cermin, memastikan jika penampilannya sudah oke. Setelah sekian tahun tidak berjumpa dengan teman serta kakak tingkatnya saat sekolah, tentu saja Zeline ingin tampil lebih baik dari sebelumnya.Zeline keluar dari kamarnya menjinjing tas kecil berwarna hitam senada dengan dress yang di gunakannya, dengan sebelah tanganya lagi membawa sebuah paper bag berisi kado yang akan ia berikan pada si pemilik acara nanti."Zeline!" Suara Zayn menghentikan langkah Zeline yang baru saja akan membuka pintu."Iya, ada apa?" tanya Zeline santai memutar tubuhnya menatap Zayn.Zayn menatap kagum sekaligus kesal melihat penampilan Zeline. Wanita yang ada di depannya itu menggunakan dress hitam ketat yang menempel sempurna di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang mempunyai lekuk tubuh yang sungguh menggoda iman setiap pria yang menatapnya.Dress sepanjang lutut itu s
Zayn mengeram kesal saat mendapat kabar dari orang suruhannya jika acara yang Zeline datangi dihadiri oleh banyak pria. Ia merasa sangat gelisah membayangkan mata-mata nakal para pria menatap Zeline, membayangkan jika Zeline di dekati oleh pria yang ada di sana."Kirimkan lokasinya!" ucap Zayn setelah itu memutuskan sepihak panggilan lalu segera bersiap untuk menjemput Zeline."Saatnya pulang istriku yang keras kepala!" gumam Zayn menyeringai.***"Kamu mau apa?" tanya Retha menghentikan sahabatnya yang akan menghampiri Zeline."Aku akan meminta pelayan untuk mendorong Zeline jatuh ke dalam kolam berenang!" ucapnya melirik tajam pada Zelien yang berdiri di pinggir kolam bersama kedua sahabatnya."Buat apa? Percuma, dia jago berenang. lagi pula jika kamu meminta seseorang membuatnya jatuh ke kolam berenang, itu justru akan membuat Zeline semakin mencuri perhatian semua orang disini, mereka pasti akan dengan senang hati berlomba menolong Zelin
Zayn mengerang nikmat saat Zeline terus saja menggerayangi tubuhnya. Gairahnya yang selama ini coba ia tahan saat melihat Zeline sekarang benar-benar sedang di uji.Zeline yang ia lihat kali ini sangat berbeda dengan Zeline yang selama ini ia lihat begitu acuh dan menjaga sikapnya. Zayn sadar betul jika saat ini wanita yang menyandang status sebagai istrinya itu tengah terkena efek dari obat laknat, dan itu membuat Zayn begitu marah. ia berjanji akan menemukan orang yang sudah Berani mengusik wanitanya.Ya, wanitanya. Tidak akan ia biarkan siapapun merasa tenang setelah berani mengusik ketenangannya."Ze, tenanglah. Kita bisa celaka jika kamu seperti ini!" ucapnya menepis tangan Zeline yang semakin nakal menggerayangi tubuhnya."Zayn, seseorang mencampur sesuatu di minumanku!" ucapnya mengendus tubuh Zayn lalu dengan santainya menaiki tubuh Zayn membuat Zayn seketika langsung menginjak pedal rem saat Zeline berada di pangkuannya."Ze apa yang kamu
Zayn terbangun dari tidurnya, di suguhi dengan wajah cantik Zeline. Ia tersenyum senang, mendapati Zeline berada di atas ranjang yang sama denganya. hal sederhana yang mampu membuat hatinya merasa hangat dan membuatnya begitu bahagia. Ia begitu tak menyangka jika akhirnya dia bisa menyentuh Zeline, wanita yang telah resmi menjadi istrinya, namun selalu menjaga jarak dengannya. Sekarang Zeline bukan hanya resmi menjadi istrinya sebagai status di mata hukum. Menyatunya tubuh mereka membuat ikatan di antara mereka semakin bertambah dan menjadikan pernikahan mereka seperti pernikahan yang semestinya di mana ada nafkah lahir dan batin. 'Aku ingin dan akan berusaha membuatnya agar dia selalu tidur di ranjang ku, bersama denganku!' batin Zayn menatap wajah cantik Zeline yang terlelap indah di sebelahnya. Tangannya terangkat ingin menyentuh wajah cantik gadis yang telah ia ubah menjadi seorang wanita yang sesungguhnya. Zayn mengecup begitu lembut, mulai dari
Beberapa hari berlalu. Apa yang di katakan Zayn benar terjadi. Setelah kejadian dimana mereka telah tidur bersama, bukan hanya sekedar tidur itu. Zeline tak keluar dari kamarnya. Bukan tidak keluar, melainkan menunggu Zayn berangkat ke kantor dulu barulah ia keluar dari kamar, dan akan kembali mengurung diri di kamar sebelum Zayn pulang ke rumah. Zeline benar-benar merasa malu untuk bertemu dengan Zayn apa lagi jika ia mengingat saat dimana ia yang tanpa malunya memimpin permain. Memikirkannya saja membuat Zeline merasa malu dengan dirinya sendiri, apa lagi jika bertemu dengan Zayn.Jarum jam menunjukan pukul sepuluh malam dan Zeline belum mengisi perutnya. Ia mengelus perutnya. tidak ada pilihan, akhirnya dia terpaksa keluar dari kamar, namun sayangnya tidak ada apa-apa di dalam lemari pendingin.Zeline yang masih berdiri di depan lemari pendingin di buat terkejut, saat mendengar suara langkah kaki yang masuk ke dapur, ia membalikkan tubuhnya dan melihat Zayn masuk ke
Mobil yang di kemudikan Zayn tiba di rumah mereka. Zayn membuka Seatbelt lalu turun lebih dulu dari mobil tanpa mengatakan apapun pada Zeline yang menatap bingung padanya."Apa aku membuat kesalahan?" ucapnya bingung.Zeline turun dari dalam mobil lalu menyusul langkah Zayn untuk masuk kedalam rumah, baru saja ia melangkah masuk, suara pintu yang ditutup cukup keras oleh Zayn membuat Zeline terkejut, dan semakin bingung ada apa dengannya."Sudahlah, lagi pula bukan urusanku, mungkin saja dia sedang ada masalah," gumam Zeline kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.Di lantai atas tepatnya di dalam kamarnya, Zayn bersandar di balik pintu untuk menata hatinya yang merasa tidak nyaman setelah mendengar ucapan Zeline saat di restoran. Mendengar kata berpisah dan sementara dari Zeline membuatnya merasa tidak nyaman, ia merasa begitu gelisah dengan kalimat yang di ucapkan Zeline."Ada apa dengan hatiku? Sadarlah, Zayn. Tujuanmu adalah membalas dendam
Zeline tiba di A3 bakery terdiam di depan pintu masuk, ia menatap bingung pada etalase roti yang ada di sana yang terlihat kosong. Ia mulai menduga-duga apa mungkin sesuatu telah terjadi hingga mamanya dan Ria tidak bisa membuat roti. Untuk menjawab rasa penasarannya, Zeline masuk ke dalam menuju dapur, "kak, kenapa tidak ada satupun roti di luar?" tanya Zeline pada Ria yang tengah membersihkan dapur di sana. "Kapan tiba, Ze?" tanya Ria menatap Zeline. "Batu saja kak, kalian tidak membuat roti?" ulang Zeline kembali bertanya. "Semua sudah habis terjual, Ze!" jawab Ria tersenyum menatap Zeline. "Habis? Semuanya?" ulang Zeline bertanya yang di angguki oleh Ria. "iya, sudah beberapa hari belakangan ini semua roti dan kue selalu habis terjual dengan sangat cepat, contohnya hari ini!" jawab Ria semakin membuat Zeline bingung. Bukan lantaran tidak bersyukur, Zeline sangat bersyukur jika dagangan mamanya laris, namun ia tetap merasa a