Share

Part 8 Modus Arsy

"Kamu mau bareng aja gak sama aku, sayang?" Randi tengah mengunyah roti dengan selai nanas membuka obrolan di meja makan pukul 6 pagi. 

"Ya jangan. Entar kalo ada yang lihat dia gimana..." Celetuk Airin.

"Iya jangan deh, mending kamu pakai taksi online aja.." Tambah Roger.

Aku seolah tidak perlu lagi menjawab atas pertanyaan Randi, karena sudah diwakilkan oleh mertuaku yang sangat ingin menutupi identitasku sebagai menantunya.

"Are you ok, baby?" Randi mengangkat daguku yang sedari tadi tidak berani menatap wajahnya atau bahkan sekitar.

Mataku membalas dengan menatapnya.

"I.. iya gak apa-apa sayang. Lebih baik gitu aja..." Tambahku. Lalu, aku melanjutkan menu sarapan yang sudah ada di depan mataku.

"Ingat ya, hari ini ada arisan. Kamu pulangnya jangan lebih dari jam 6 deh. Kalo ternyata lebih dari jam 6, mending kamu nginep di hotel aja. Paham?" 

Tinggal dengan keluarga Randi yang baru dua hari saja sudah penuh tekanan lahir batin, gak kebayang bagaimana jadinya jika aku harus hidup dan tinggal selamanya dengan mereka di rumah ini. 

"Paham gak? Di tanya orang tua kok malah diam aja. Jawab dong, punya mulut kan?" Teriak Airin yang begitu murkanya karena aku tidak memberikan respon atas ungkapannya.

"Paham, paham Ma... Maaf..." Balasku pelan.

***

"Bro, si Claire sudah lama kerja sama lo ya?" 

"Sudah, dari awal karir dia kan langsung kerja di tempat gue. Kenapa emangnya?" Randi yang merasa berhak tau akan istrinya ini jelas saja langsung mencecar arah dari pertanyaan Arsy.

"Gue udah kenal lama sama Claire hahaha. Gak nyangka aja bisa ketemu lagi sama dia dan spesialnya lagi di kantor lo..." Ia menorehkan wajah bahagia dengan senyuman tipis disudut bibirnya sembari menandatangani beberapa dokumen yang sedang tersusun di hadapan mereka.

"Lo kenal Claire? Maksudnya gimana?" Randi sedikit meninggikan nada bicaranya,.

"Hahaha ya artinya dia temen sekolah gue dong. Bingung banget menyimpulkannya, Bro.." Balas Arsy sembari tertawa.

Randi sedikit lega dengan jawaban dari Arsy kalo ternyata di masa lalunya mereka hanya sebatas teman atau mungkin kenal aja.

"Dia udah punya suami belum, Sob?" 

Randi yang tengah minum jelas saja langsung tersedak...

"Uhuk... uhuk..."

"Eh eh lo kenapa. Santai santai....." Arsy langsung sigap merebut dan meminggirkan dokumen yang tengah ia tandatangan.

"Eh, ada yang ketumpahan gak?" Randi yang mulai bisa mengendalikan dirinya cukup khawatir dengan dokumen yang sedang ditandatangani oleh Arsy. Sebab jika dokumen tersebut ketumpahan, maka mereka berdua harus menandatanganinya lagi dari awal, dan itu punya hampir seratus halaman...

"Untungnya aman. Kan lo tau gue tangkas banget anaknya dari jaman dulu hahaha..." Jail Arsy.

"Di, by the way, tadi lo belum jawab pertanyaan gue tentang Claire...." Lagi, Arsy memang sedang menunggu jawaban dari Randi.

"Kenapa lo nanya gue? Gak bisa tanya langsung aja ke orangnya. Katanya lo teman sekolah dia..." Randi langsung menyerocos seolah gak senang ada pria lain yang menanyakan Claire, istri simpanannya.

"Ya gak enak dong, masa iya gue tiba-tiba langsung bilang. Lagian kan lo bosnya, gak mungkin lo gak tau dong kalo dia udah atau belum punya suami..." Kekeh Arsy.

"Belum sih. Kenapa emangnya?"

"Astaga hahahaha. Cuma jawab belum doang lo muter-muter dulu ya Sob hahaha...." Arsy terbahak-bahak.

Randi cukup terlihat salah tingkah, ya sebagai lelaki, ia sudah jelas tau apa arah obrolan dari sahabatnya ini. Namun, ia juga tidak berdaya untuk mengungkapkan identitas asli Claire di luar keluarga intinya dan keluarga inti Claire.

"But, thank you sudah dikasih tau hahaha. Bisa nih masih punya kesempatan!" Serunya seolah menyemangati diri sendiri. Randi yang tidak bisa apa-apa lantas hanya meliriknya dengan sinis.

"Sial, sepertinya dia suka Claire lagi..." Gerutu Randi di dalam hati.

***

[Siang Claire. Ini Arsy, sibuk gak?] 13.00 

Tepat setelah jam makan siang aku melihat ketikan ini lagi dari pria yang sama namun di waktu dan situasi yang berbeda. Ya meskipun aku juga tidak bisa lagi meladeninya bahkan sebagai teman sekalipun, namun karena tugas kantor ini, tetap saja aku harus sebijaksana dan seprofesional mungkin menghadapinya.

[Enggak nih. Mau kirim dokumen ke kantor kah, Pak?] 13.01

Selang dua menit kemudian ia membalas lagi pesanku.

[Claire, gue chat lo di nomor pribadi kan bukan nomor bisnis. Jadi stop sebut gue Bapak, karena gue mantan lo bukan Bapak lo hahaha..] 13.03

Jelas saja membaca pesannya ini sudah membuatku tertawa. 

Tiba-tiba ponselku berdering, dan terlihat nama yang mengubungiku adalah "Arsy".

Gila ini orang memang sibuk banget, sangking gak mau buang waktunya ya dia lebih memilih untuk langsung telfon. Bagus deh, karena aku pun merasa bersalah jika harus berhubungan lagi dengan Arsy, terlebih saat ini statusku sudah menjadi istri sah dari Randi. 

"Ya, siang. Kenapa?" Aku langsung ke poinnya saja.

"Dinner yuk!" 

"Wah, gak pakek salam dulu langsung aja lo ngajak dinner. Sopan santun lo udah gak ada sekarang?" Kagetnya aku ini langsung bisa mengomeli tindakannya dia.

"Hahaha kamu lagi shock ya makanya jadi ngomel...." Iya dia masih hapal apa yang terjadi saatku panik.

"E---engg... enggak..."

"jangan bohong, aku tau kamu melebihi siapapun, Claire.." Suara lembutnya ini masih tetap sama.

"I.. iya deh yaudah iya sedikit aja.." Aku menyerah karena tidak ingin debat lebih panjang lagi dengannya.

"Mau gak dinner malam ini? Hmmm atau gue revisi deh jadi bisa gak malam ini dinner, Princess? Hahaha." Ia menertawakanku dari seberang sana.

"Gak bisa gue Ar. Mungkin next time ya..." Balasku karena aku ingat sore ini aku tidak boleh pulang melebihi pukul 6 sore. 

"Kenapa gak bisa?" 

"Gue lagi ada urusan, Ar. Mungkin nanti aja kita coba agendakan lagi. Malam ini dan malam-malam lainnya gue memang gak bisa.." 

"Sebentar, malam-malam lainnya? Maksud lo, lo udah gak pernah pulang malam lagi?" Jawabanku ternyata justru menambah penasaran Arsy.

"Iya, gue udah gak bisa kena angin malam sih. Jadi sekarang ya lebih milih untuk pulang sore daripada malam.." Terangku berharap ia tidak menanyakan lebih detail lagi.

"Gue anterin lo sampai di depan rumah, gue yang bakal pastiin lo gak kena angin malam, Claire..." Pria ini masih kekeh dengan keinginannya. Padahal semua keinginannya juga tidak bisa dengan mudah memaksaku, kan?

"Ar, kita baru ketemu lagi loh ini, jangan buat gue marah lagi ya..." Aku menarik nafas dan menghembuskan nafas yang cukup panjang untuk mengontrol emosiku. Bagaimanapun aku masih seperti diriku yang dulu, benci sekali diatur-atur pria ini.

"Oke maafin gue Claire. Pokoknya kapan pun itu mau sarapan, mau makan siang, just let me know aja ya. Gue pasti bisa kapan aja, asalkan lo jangan benci gue lagi..." Akhirnya ia menyerah dengan argumennya dan menutup kembali ponselnya.

***

Siang berjalan sangat cepat, bahkan tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Dengan sigap, aku langsung membereskan semua perlengkapanku untuk pulang, lalu memasuki ruangan Randi untuk mengecek hal-hal yang krusial di mejanya. Lalu diakhiri dengan pemesanan taksi.

"Waduh ini tinggal 10 menit lagi, keburu gak ya. Ini macet bangettttt........" Aku sudah menggerutu dengan cukup kuat, tapi sang sopir taksi juga seolah tidak punya pilihan dengan posisi mobil terjebak seperti ini.

"Kamu beneran gak mau pulang nih?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status