Share

Bab 3: Menyesal Menerima Andin

***

Mas Rafa menatapku lekat. "Benar apa yang Andin katakan Zahra?" tanya Mas Rafa kepadaku. Kepalaku menggeleng menjawab pertanyaannya. Mas Rafa tak percaya pada kebohongan yang Andin katakan, kan? 

"Benar Mas, masa aku bohong? Aku jujur dengan perkataanku, Mas," ucap Andin. Dia merengek di depan Mas Rafa. 

Dahiku berkerut melihat tingkahnya. Kenapa semakin berani si Andin ini? Tak memandangku dia. 

"Zahra tolong jangan menyakiti Andin. Bagaimanapun juga dia istri Mas juga. Kamu tentu tidak lupa kan akan janjimu pada Hendri?" 

"Astagfirullah, Mas! Andin berbohong. Mana mungkin aku menyakiti Andin. Dia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Aku saja bingung kenapa Andin memfitnahku begini," Aku mencoba membela diri. 

"Andin tadi Mbak memintamu baik-baik. Lalu kenapa kamu berkata yang tidak-tidak pada Mas Rafa?" Aku mengalihkan tatapan mataku pada Andin. Demi apapun Andin berubah. Sifat aslinya kini terlihat jelas. 

Aku pun tak yakin kesedihan yang Andin tunjukan adalah karena kehilangan Hendri. Andin hanya pura-pura demi mendapatkan perhatian Mas Rafa sepenuhnya. Aku tak bisa diam saja. Aku tak akan membiarkan Mas Rafa terpengaruh oleh Andin. 

"Mas, aku minta ke Andin untuk tidur sendiri dulu malam ini karena Naura merindukanmu, Mas. Setiap malam anak kita mencari keberadaan kamu. Aku bisa apa selain memintamu tidur di kamar kita malam ini agar Naura bahagia?" 

Mas Rafa tampak tenang mendengar penjelasanku. Sedih aku melihat reaksinya itu. Naura adalah anak kesayangannya. Sekalipun ia tak ingin mengecewakan buah hati kami itu. Namun, lihat lah sekarang, Mas Rafa terlihat biasa saja mendengar Naura sedih kehilangan dirinya. 

"Kamu tenangkan saja Naura, Dek. Mas belum bisa tidur di kamar kalian sekarang. Andin masih membutuhkan kehadiran Mas," 

Ya Tuhan... Aku tidak salah dengar kan? Mas Rafa baru saja mengabaikan perasaan Naura. 

"Tapi, Mas ... " 

"Tidak ada tapi-tapi, Zahra! Mas tidak suka dibantah!" ujarnya. 

Sejujurnya dari dulu Mas Rafa memang selalu mendahulukan urusan Andin dibanding diriku kala Hendri meminta tolong padanya. Namun, aku tak menyangka perasaan Naura pun Mas Rafa abaikan hanya demi menyenangkan hati istri barunya itu. 

"Mas Rafa berubah,"

"Jangan bicara sembarangan, Zahra. Mas tidak berubah, Mas membela Andin karena Mas paham gimana kondisinya!" 

Dari caramu bicara saja kamu berubah Mas! Bagaimana mungkin kamu menyangkalnya? Namun, baik lah, aku terima semua perlakuanmu ini demi Naura, Mas. 

Aku mengangguk singkat. Lalu menoleh pada Andin. "Sekarang aku tahu sifat aslimu, Andin. Kamu hanya pelakor yang terlanjur aku izinkan masuk ke dalam rumah tanggaku!" ujarku pada perempuan itu. 

Jujur, aku menyesali semua keputusanku hari itu. Aku menyesal menerima Andin sebagai maduku. Namun, semua sudah terlanjur. Aku tak bisa kembali pada masa lalu. 

"Zahra!" Mas Rafa meninggikan suaranya. Untuk pertama kali selama pernikahan kami dia melakukan itu. Hatiku sakit karena Mas Rafa tak memikirkan perasaanku. 

Andin tersenyum penuh kemenangan. Tangannya mengapit lengan Mas Rafa penuh kepemilikan. Membuatku semaikin yakin dia bukan wanita baik-baik seperti yang selama ia dia tunjukan. 

"Mas tidak perlu marah pada Mbak Zahra. Kasihan dia," ucap Andin penuh drama. Seolah dia bersungguh-sungguh dalam membelaku. Hal itu membuat Mas Rafa mengusap rambutnya sambil tersenyum. "Mas minta maaf," ucapnya bukan kepadaku, tetapi pada Andin. Keduanya sama-sama tersenyum setelah itu. 

Ya Tuhan, aku mengusap dada yang terlanjur sesak. Mas Rafa seharusnya meminta maaf kepadaku. Bukan pada Andin yang penuh drama. 

"Kamu keterlaluan, Mas!" ujarku tak suka. Mas Rafa kembali mengalihkan tatapan matanya kepadaku. Ia menghela napas dengan berat, seolah lelah menghadapi sikapku. "Di sini aku yang terluka. Kenapa Mas meminta maaf padanya?" tanyaku sambil menggelengkan kepala. 

"Jujur aku menyesal mengizinkan Mas menikah dengan perempuan murahan ini. Aku tak yakin dia sedih Hendri meninggal. Aku justru percaya dia senang karena dengan begitu kalian bisa menikah!" 

Kulihat Andin menggelengkan kepalanya. "Astaga Mbak Zahra, tega sekali Mbak memfitnahku," ucapnya dengan suara yang lirih. Dulu, aku akan percaya Andin sedang terluka, tetapi sekarang tidak. Dia penuh dengan tipu muslihat. Dasar wanita jahat! Mulai sekarang aku tak menyukainya karena dia membuat Mas Rafa berubah hingga membiarkan Naura merindukan ayahnya. 

Sungguh ini bukan hanya karena aku cemburu, tapi karena aku benar-benar kesal lantaran baru tahu sifat Andin yang sebenarnya. 

"Iya, jangan memfitnah Andin begitu, Zahra. Andin memang sedih kehilangan adikku. Tak seperti kamu yang biasa saja!" ujar Mas Rafa membela Andin. Suami yang selama ini selalu bersikap baik padaku itu kini menuduhku. 

"Sudah lah jangan ganggu Andin. Aku tidak ingin dia sedih lagi," 

"Mas sudah gila! Belum juga setengah tahun Andin menjadi maduku, tapi Mas sudah berubah. Mas tidak bisa bersikap adil padaku dan Naura!" 

"Dan semua itu gara-gara Andin!" 

"Diam! Andin tidak bersalah. Jangan menuduhnya seperti itu." Mas Rafa lagi-lagi membela perempuan itu. Aku mengepalkan tanganku erat. Sungguh, tak ada maksud ingin bertengkar seperti ini pagi-pagi begini. Aku hanya ingin Mas Rafa menemani Naura nanti malam. Namun, semua menjadi runyam karena Andin bersikap menyebalkan. 

"Ibu, ada apa? Kenapa Ayah membentak Ibu sejak tadi?" 

Tiba-tiba suara Naura terdengar di antara pertengkaran kami. Bergegas aku menghampirinya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Ayo!" ajakku tak ingin Naura mendengar apapun lagi. Lebih baik aku hentikan pertengkaran ini daripada Naura melihat ayahnya yang berubah karena perempuan lain. 

.

Bersambung. 

Jangan lupa dukung aku dengan klik subscribe dan tinggalkan komentar ya kak. Makasihhhh 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Makandolu Effy
gimana ya ga masuk akal saja kalau semua hal bisa di pakai untuk menghalalkan poligami
goodnovel comment avatar
Sugiarti Harijanto
jangan terlalu jahat ke Zahra dan untuk andin terlalu kasar juga terlalu lebay sikap nya apa lagi dgn suami nya yg terlalu cepat kasar pada Zahra.jadi terlihat kalau dia terlihat lemah di mata andin.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status