Di kediaman Fang, terlihat semua sudah dipersiapkan dengan rapih untuk menyambut kedatangan Oliver. Menikah selama empat tahun, tidak kunjung hamil, membuat Fang Fang sangat menyayangi keponakannya itu.“Bibi..!” teriak Oliver yang baru saja tiba.Fang Fang yang sedang menata meja makan, langsung saja meletakan sendok dan garpu yang sedang dia pegang. Berlari kecil memenuhi panggilan kesayangannya. Dia pun bersimpuh untuki menangkap tubuh kecil Oliver.“Bibi, aku rindu sekali!” mulut manis Oliver sedang mencari perlindungan agar Pamannya tidak marah lagi kepada dirinya.Fang Fang langsung saja berdiri dan menatap suaminya. Li Jancent mengusap tengkuk lehernya. “Dia tidak mengira jika Oliver pandai sekali mengadu dalam hening!”“Tidak boleh ada yang memarahi kesayanganku!” imbuh Fang Fang.“Haiya, ayo kita makan, Aku sangat lapar!” imbuh Li jancent sembari mengajak mereka ke ruang makan.Mayleen langsung memeluk Fang Fang. “Bagaimana kesehatanmu akhir-akhir ini?”“Semakin sehat!” jawab
Hati William bedesir indah ketika membaca pesan dari Mayleen, tangannya sedikit gemetaran ketika ingin mengetik balasan pesan dan pada akhirnya hanya mengetuk dua huruf saja, ‘ok’ Merasa terlalu singkat, ingin mengirim pesan yang lain. Tapi urung, karena William merasa terlalu canggung, tina-tiba saja hatinya menjadi serba salah. Duduk tak tenang, berdiri pun tak tenang. Pada akhirnya dia menyudahi pertemuan bisnisnya dan pergi dari sana. Robert membukakan pintu mobil, “Berikan kunci mobilnya!” pinta William kepada asistennya itu. Mobil pun melaju, Pada saat ini hati William merasa menjadi aneh, merasa bimbang tak terkira. Bahkan dia melaju tanpa arah. Sesaat hatinya terasa senang, sesaat lagi terasa bimbang. Hatinya tergetar merasakan sebuah rindu yang terasa tidak pernah usai. Tapi, tak paham sedang merindu siapa. Menyetir tanpa tujuan, pada akhirnya dia pergi ke Pantai, menepikan mobilnya. Bergeming sesaat lalu dia menanggalkan sepatunya, dan mulai berjalan di pasir putih de
Fang Fang berdehem, lalu menghela napas sebentar. “Tuan Gu, mohon maaf aepertinya adik iparku tidak bisa menemani kita makan malam. Dia merasa kurang sehat. Jadi biarkan aku yang mewakili terima kasih kami atas pertolonganmu pada Oliver kami!”William mengangguk, meski merasa sedikit kecewa. Fang Fang berkata lagi, “Bagaimana jika aku ambil foto kalian berdua, agar bisa aku perlihatkan kepada Mamanya Oliver!”Belum mendapatkan persetujuan, Oliver malah sudah menempel kepada William. Pria itu pun memberikan ponselnya kepada Fang Fang. Sebuah foto pun selesai diambil, “Nah ini, kalian berdua terlihat sangat tampan!”Mereka bertiga pun melanjutkan makan malam. Setelah Selesai Fang Fang pun langsung mengajak Oliver kembali ke penginapan mereka. “Mohon maaf tidak bisa lama menemani. Angin malam tidak baik untuk anak kecil!”William pun berdiri, mengangguk paham dan mengantarkan mereka keluar dari restoran. Memandangi Fang Fang dan Oliver sampai menghilang dari pandangannya. Lalu dia pun ke
Mayleen keluar dari kamar dengan sambil merapihkan gaunnya. “Sudah bangun!” sapa suara yang familir di daun telinga.Dengan perlahan Mayleen membalikan badannya. Wajahnya langsung menjadi kaku ketika melihat William sedang berdiri bersedekap sambil menelisik Mayleen dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.Hati Mayleen bertalu-talu melihat William memandang dirinya dengan sangat sinis. “Anggap saja ini tidak pernah terjadi, aku tidak akan mengganggumu atau muncul dihadapanmu lagi.Mayleen berbalik badan lalu sedikit berlari. Tapi, langsung tertahan ketika tangan William mencengkramnya. “Kau pikir bisa pergi begitu saja!”William memaksa Mayleen untuk berbalik, wajah keduanya berjarak sangat dekat. Embusan napas mereka pun saling terasa di wajah. Tidak ingin terikat lagi dengan pria yang sedang menyanderanya, tiba saja William berteriak karena tulang kering kakinya baru saja ditendang.“Kita tidak ada hubungan apa-apa, ok. Jadi lupakan saja tentang hari ini. Lupakan saja aku, baik itu d
Gerakan tangan mereka semua terhenti ketika sosok pria berdiri di dekat meja mereka. “Bukankah kau sedang ada bisnis!” imbuh Fang Fang sambil berdiri dan memeluk Li Jancent.Pria yang sedang dipeluk itu hanya terdiam sembari memandangi William. Lamunan Li Jancent terbuyarkan ketika Fang Fang menariknya untuk duduk bersama mereka,menikmati sarapan pagi. “Apa sudah makan?”Li Jancent menggelengkan kepalanya dengan tidak melepaskan tatapannya kepada William seraya berpikir, “Dia benar-benar tidak mengingatku!”Setelah melihat reaksi William kepadanya, hati Li Jancent sedikit lega. Dia mengetahui pada saat ini musuhnya itu sedang mengalami lupa ingatan. Karena itu dia pun segera bersikap biasa saja, tidak ingin memancing kecurigaan.William memandangi Li Jancent dengan cermat, dia merasa bahwa pria yang sedang duduk di depannya itu terlihat mengeluarkan aura permusuhan ke arahnya. Merasa tidak nyaman, dia pun segera bangkit berdiri seraya berkata. “Aku tidak bisa menemani lebih lama, masi
Wiliam memakai pin itu di dasinya. “Terima kasih ucapnya, aku menyukai ini!”Reina pun tersenyum, lalu menarik tangan pria itu. “Tentang pertunangan kita…” belum juga dia melanjutkan perkataannya, lagi-lagi William menyelak.“Untuk Panda Fashion, aku ingin kau menangani penuh!” imbuh William mengalihkan perhatian Reina, agar berhenti menyebut pesta pertunangan.Reina terdiam sesaat. Dengan wajah setengah tenang, setengah panik dia berkata. “Maksudmu… aku yang jadi Direktur?”“Ya, selama ini kau telah bekerja sangat baik. Anggap saja ini sebuah penghargaan untukmu!” imbuh William lagi.Lagi-lagi tebakan William benar, reina akan selalu lupa dengan hal menyedihkan jika dihujani dengan materi. Reina bertepuk tangan sambil tertawa senang Karena dia dipercaya menjadi Direktur di Perusahaan fashion yang bergerak di penyediaan baju anak-anak.“Jika kau sudah mempercayakan semua kepadaku, maka aku akan bekerja dengan lebih keras lagi!” janji Reina yang langsung bertanya lagi, “Apakah fasilita
Gadis di sebelahnya sedikit terpental-pental, ketika Li Jancent mulai mengebut. “Pakai sabuk pengamanmu!”“Sabuk pengaman!” imbuhnya masih dengan napas yang tersengal. “Di mana… di mana sabuknya!”Li Jancent menoleh kepada gadis yang sedang duduk di sebelahnya yang terlihat sedang meraba-raba. “Dia buta… dia seorang gadis buta!”“Pegangan saja kuat-kuat!” imbuh Li jancent lagi dengan tetap fokus mengemudi.Gadis itu pun segera menjamah pegangan pintu yang ada di samping atas jendela pintu. Li jancent menoleh ke arah belakang. Melihat tidak ada yang mengejar mereka,barulah dia melambatkan laju mobilnya.Li jancent menepikan mobilnya. “Kau buta?” tanyanya.“A-aku… iya aku buta!” jawab gadis itu.Li Jancent menggigit bibir bawahnya lalu dia berkata, “Di mana rumahmu, aku akan mengantarmu!”“Rumah… aku tidak tahu!” imbuhnya lagi.“Selama ini kau tinggal di mana?” tanya Li jancent dengan nada heran.“Hutan!” jawab gadis itu.“Hutan? Lalu bagaimana kau bisa sampai di sini!” tanya bingung L
Oliver membantu Niu Nuan untuk berdiri dan membawanya kembali duduk di sofa. Mereka berbincang sebentar sampai kepala pelayan memanggil dan mengatakan jika makan malam sudah siap. Mereka berempat pun pergi ke ruang makan.Makan malam baru akan dimulai jika kepala keluarga telah tiba. Tidak menunggu lama Li Jancent pun masuk ke ruang makan. Ujung matanya menangkap siluet gadis buta yang sedang ikut duduk di meja makan. Alis pria itu sedikit menaik, ketika melihat rupa Niu Nuan yang sudah terlihat lebih bersih dan rapih dari waktu dia menemukan gadis itu.Mereka pun menikmati makan malam dalam damai. Li Jancent menyudahi makannya. Dia meletakan sumpitnya. Lalu berkata sambil menatap kepada Fang Fang, “jadi bagaimana!”“Kami sudah berdiskusi tadi. Dan, Kami sepakat untuk membantu Niu Nuan!” jawab Fang Fang.“Membantu apa?” tanya Li Jancent.“Kau akan mengantarnya untuk menemui Neneknya!” jawab Fang Fang,Mendengar perkataan Istrinya itu sontak saja membuat pria itu menjadi terheran. “Bag