Share

05 : Between Brother n Baby Sitter

XANDER POV

            Brakkkkk!!

Tabrakan itu tak terhindarkan lagi.  Sebuah motor menabrakku saat aku sedang menyebrang menuju mobilku.  Tubuhku terpental beberapa meter.  Untung aku masih sempat merubah posisi tubuhku hingga saat aku terjatuh ke aspal kepalaku tak terhantuk kerasnya jalanan.  Tapi kaki kananku terasa sangat sakit, ngilu dan susah digerakkan.  Darah pun mulai membasahi betis dan pahaku.  Sial, akan kupastikan penabrakku mendekam di penjara selamanya!

==== >(*~*)< ====

Mom ikut mengantarku ke villa.  Dia terlihat khawatir sekali dan kesal karena tak bisa mengubah keputusanku.

            "Xander Edisson, seharusnya kau mengikuti saran Dad.  Berobat di luar negri dan terapi disana!  Kau adalah anak emas kami, kau patut mendapat yang terbaik!" gerutu Mom.

            "Come on, Mom.  I'am okay. Tulangku hanya patah dan sedikit retak.  I just need to relax my body."

            "Tapi dua bulan itu lama, Xander!  Mom will miss you and Dad.. dia bakal repot kehilangan tangan kanannya," keluh Mom.

Aku tersenyum miris, dua bulan lama?!  Lalu bagaimana dengan Chocho yang sudah kalian asingkan selama enambelas tahun dan cenderung diabaikan keberadaannya?!  Aku merasa iba pada nasib adikku.  Mungkin aku sama saja dengan kedua ortuku, kesibukanku membuatku jarang menengok adikku.  Aku merasa bersalah padanya.  Jadi itulah yang membuatku bersikeras ingin dirawat disini.  Karena aku ingin menemani Chocho sebisa mungkin supaya dia tak merasa kesepian sebelum aku terjebak pada kesibukanku lagi.

            "Mom, aku tetap akan mengerjakan tugas kantor.  Semua bisa diatur via mail.  Mom tak usah khawatir," kataku datar.

Mobil kami sampai di depan villa.  Mom turun duluan sedang aku masih didalam mobil.  Agam, perawat bisuku sedang mempersiapkan kursi roda untukku.  Yah aku sengaja memilih perawat bisu supaya rahasia keluargaku aman, tentunya plus ditamengi perjanjian kerja super ketat seperti biasanya.  Kami tak ingin orang tahu tentang keberadan Chocho yang mengalami keterbelakangan mental.  Dad dan Mom melakukan itu karena malu dan gengsi.  Kalau aku hanya ingin melindungi adikku satu-satunya itu, supaya ia aman di sangkar emasnya.  Tak tersentuh kejamnya dunia. 

Tiba-tiba dari dalam villa melejit sosok aneh yang berlari kearah kami.  Dan aku agak syok saat mengenali sosok aneh itu adalah Chocho!  Biasanya tampilan fisiknya tanpa cela... keren, modis, bersih dan wangi.  Sikapnya halus dan tertata baik meski manja luar biasa.  Mengapa sekarang Choco berubah menjadi makhluk bar-bar seperti ini?!  Dia berlari kencang sambil berteriak sangat keras dan tampilannya... apa-apaan ini?!  Seperti orang gila!  Bajunya tumpang tindih berantakan, belum lagi ditambah aksesoris di tangannya.  Sintingnya lagi, dia memakai bando yang ada dua telinga hewan entah apa itu.  Lalu di pipinya ada stiker love menjijikkan!

            "Mommmmmm!!!! Mommmmm!!"  Dia menjerit sambil melonjak riang hingga Mom mengernyitkan dahinya heran.

            "Siapa kamu?" tanya Mom bingung.

            "Chocho!  Chocho!"

Mom mengamati penampilan Chocho dari atas sampai bawah dengan mulut ternganga lebar.  Tapi dia tak berkomentar apapun, buat Mom penampilan Chocho seperti apapun tak berpengaruh padanya asalkan anaknya yang merupakan aib baginya itu tak dibawa 'keluar'!

            "Mom... ini ultah Chocho?!  Chocho ultah?!" dia bertanya heran.

Tentu saja, Mom biasanya datang saat Chocho berulang tahun.  Jadi wajar adikku berpikir seperti itu.  Mom tersenyum kecut, dia mengira Chocho menyindirnya.  Padahal aku tahu persis si polos Chocho tak mungkin menyindir orang.  Dia cuma mengungkapkan apa yang ada dalam pikiranya.  Dia tuna grahita, pikirannya kelewat sederhana.

            "Bukan.  Mom kemari mengantar Kakak.  Dia ada didalam mobil."

Chocho sontak mengalihkan tatapannya padaku, matanya berbinar melihat kehadiranku.

            "Kakak!!  Kak Ander!" jeritnya senang.

Dia membuka pintu mobil dan menunjukkan bola kecil gambar panda di tangannya.

            "Kakak, lihat!  Bola kecil!  Lucu!  Ball, inggrisnya.  Ball!"

Hah?  Chocho mulai belajar bahasa Inggris? Apa Titikoma yang mengajarnya?  Dan apa yang dilakukan Titikoma?  Bisa-bisanya Chocho lepas sendiri begini!  Seakan tahu sedang kubatin, Titikoma berlari cepat kearahku.  Dih, pantas Chocho berubah bar-bar, baby sitternya sama saja.  Urakan bin seksi.  Seksi?!  Bagaimana bisa pikiranku melenceng kesana?  Apa karena pakaian yang dikenakannya?

Dia memakai pakaian serba putih, agak transparan.  Celana pendeknya putih, dengan blus putih yang memperlihatkan bra hitamnya.  Sialnya blus itu diikat bagian bawahnya hingga menonjolkan perut datarnya yang seksi.  Nah, kenapa pikiranku melenceng kesana lagi?!  Aku berusaha mengalihkan pikiranku yang error dengan menegurnya ketus.

            "Kemana saja kamu, Titikoma?  Bagaimana bisa kamu membiarkan  Chocho lepas begitu saja?!"

            "Iiih, Mas Aro... lepas?!  Emang Chocho anak anjing?  Meski sama lucunya, tapi Chocho itu manusia lho.. yang punya akal budi, perasaan, otak dan...."

Huh bawelnya!!  Aku mendengus dingin.  Titikoma baru terdiam saat melihat Agam mendorong kursi roda mendekatiku, lantas terperanjat.

            "Mas Aroooo!!  Astaganaga... kenapa kakimu?!  Diamputasi?!" jeritnya panik.

Dia berlari mendekatiku dan dengan lancang mengambil selimut yang menutupi kakiku.  Matanya membulat menatap kakiku, lalu ia berjongkok di depanku.

            "Mas Aro!!  Kenapa setelah lama tak bertemu, sekarang aku melihat dirimu jadi cacat begini?! Huaaaaaa..."

Dia menangis alay, membuatku melongo bengong.  Mengapa tingkahnya mengesankan seakan ada hubungan khusus antara kami?!

            "Kau begini, lalu aku bagaimana Mas Arooooo?!  Huaaaaa.... kedepannya kita bagaimana?  Kamu punya masih berfungsi tah?  Bisa menghamiliku?" tangannya meraba-raba kaki dan pahaku.

Shittttt!!  Apa si Titikoma lagi mabuk?!  Apa-apaan ini?!  Aku langsung mencekal tangan lancangnya dan mencengkeramnya keras.

            "Titik!  Hentikan!  Sandiwaramu menjijikkan!!" desisku tajam.

            "San.. di.. wa... ra?" dia bertanya sok polos.

            "Xander Edisson, tolong jelaskan apa yang sedang terjadi?  Kau menyembunyikan kekasihmu disini?  Apa itu sebabnya kau tak mau diterapi di luar negri dan memilih menyepi disini?"

Double shit!!  Aku melupakan kehadiran Mom.  Kini dia menatapku tajam, siap menginterograsiku!  Dan aku melupakan Chocho yang kini memandangku dengan mata berlinang airmata.  Triple shit!!  Ini semua gara-gara baby siter sinting nan seksi ini!!  Shit... shit... shit... otakku error lagi!

==== >(*~*)< ====

Meyakinkan Mom bukan hal yang mudah dilakukan, untung ia percaya penjelasanku.  Meski sebelum pergi ia menitipkan amanahnya agar aku segera memecat baby sitter sinting itu.  Huh, emang mudah apa mencari baby sitter untuk anak tunagrahita seperti Chocho?!  Dan yang mulutnya bisa dibungkam!  Sedang Titikoma terbelit banyak hutang pada perusahaan kami.  Lebih mudah menekannya dengan kenyataan itu.  Cuma memang mulut toanya menyebalkan sekali!  Belum lagi disertai tingkah anehnya.  Aku harus menegurnya nanti!

Aku mendorong kursi rodaku mencari baby sitter toa itu.  Ternyata ia berada di kamar Chocho, sedang menenangkan adikku yang menangis sedih.

            "Kakak.. dia mau mati?" tanya Chocho ketakutan.

Titikoma menghapus airmata Chocho dengan jarinya.

            "Tidak, Dedek.  Kakak tidak akan mati.  Kakinya hanya patah.  Ada tulangnya yang retak."

Kulihat Titikoma berkata lembut sambil mengelus rambut Chocho.  Tak sadar aku ikut mengelus rambutku sendiri, sepertinya enak dielus seperti itu.  Buktinya Chocho memejamkan matanya sambil memeluk baby sitternya manja.  Eh, apa-apain ini?!  Mereka terlalu dekat!!

            "Kakak dah rusak?" tanya Chocho polos.

            "Masih bisa diperbaiki," jawab  Titikoma sembari nyengir.

Sial, emangnya aku barang?!

            "Makanya Kakak disini untuk memperbaiki dirinya supaya kembali utuh.  Chocho senang kan ada Kakak?"

            "Senang!  Senang!  Senang ada Kakak! Senang ada Kak Titi!"  Chocho berkata sambil bertepuk tangan riang.  

Aku tersenyum melihat tingkah polosnya.

            "I love you!"

Aku berjingkat kaget mendengar Chocho berkata seperti itu pada baby sitternya.  Apa-apaan ini?! Siapa yang mengajarinya?  Titikoma?  Aku makin syok saat melihat Chocho menarik tubuh gadis itu dan memangkunya dengan mesra.  Titikoma diam saja diperlakukan seperti itu, bahkan dia mengelus pipi Chocho dengan mesra.

            "I... love... you..." ulang Chocho pelan.

Cup.  Aku membelalakkan mata menyaksikan Chocho mencium pipi baby sitternya dari belakang. 

Astaga!!  Ada apa diantara mereka?!  Apa mereka berpacaran?!!

==== >(*~*)< ====

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status