-Flashback on- [Rufus mendapatkan memorinya ketika ia adalah keturunan terakhir dari Ketua Pembasmi Vampir yang tewas oleh Vlad Transylvannia, seorang Pemimpin Ordo Vampir yang kala itu menguasai Diagon Alley lama.Rufus terbangun di suatu tempat yang asing, tidak tahu bagaimana dia bisa berada di sana. Dia melihat sekitar dan merasa kebingungan karena segala sesuatu terlihat sangat berbeda dari dunia yang dia ingat. Seorang wanita misterius mendatanginya dan memberinya sebuah kotak yang berisi beberapa benda, seperti pedang dan baju besi. Dia memberitahu Rufus bahwa dia adalah keturunan terakhir dari Keluarga Pembasmi Vampir yang terkenal. Wanita itu menjelaskan bahwa keluarga Rufus telah bertarung melawan Ordo Vampir pimpinan Vlad Transylvannia pada abad ke-14, tetapi mereka kalah dan semua anggota keluarga kecuali Rufus tewas. Dalam kotak tersebut, Rufus menemukan buku harian leluhurnya yang berisi informasi tentang keluarga dan bagaimana mereka bertarung melawan vampir. Rufus
BLASS! Sebuah cahaya kuning keemasan muncul dari area Rufus dan Dr. Jones yang termanifestasikan lewat Perisai Vampir yang dibuat Rufus. Para vampir itu mulai terbakar dan tidak dapat menahan panasnya perlindungan tersebut. Terdengar jeritan dan erangan dari para vampir yang terbakar oleh cahaya perisai tersebut."GGGGGRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRGGGGHHHHHH!" "Kau berguna juga,Nak!"Dr. Jones tersenyum lega melihat efektivitas Perisai Vampir yang telah diciptakan oleh Rufus. Ia tahu bahwa mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk bertahan hidup di dunia yang penuh dengan vampir ini. Namun, kegembiraan mereka berdua tidak berlangsung lama. Salah satu anggota vampir yang lebih kuat muncul dari kegelapan dan menyerang Dr. Jones dengan cepat. Rufus bereaksi dengan segera dan melindungi Dr. Jones dengan Perisai Vampirnya. Saat itu, kekuatan vampir tersebut sangat kuat sehingga perisai Rufus mulai terkoyak dan mulai melemah. Rufus berjuang untuk mempertahankan p
Rufus mengangguk. "Ya, mereka adalah sebuah kelompok legendaris yang dikenal memiliki kekuatan untuk mengalahkan vampir dan selalu beroperasi dalam ketertutupan. Tapi sepertinya mereka tidak lagi beroperasi di zaman kita ini." Dr. Jones menggaruk kepalanya dan berpikir sejenak. "Jadi kisah Lady Bangsawan dan serangan vampir yang kita alami kemungkinan terkait dengan Klan terakhir Pembasmi Vampir itu?" Rufus mengangguk. "Ya, kemungkinan besar. Kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang kelompok itu dan kaitannya dengan kisah Lady Bangsawan."Dr. Jones setuju. "Benar. Saya akan mencari informasi tentang Klan terakhir Pembasmi Vampir ini dan kisah Lady Bangsawan. Sementara itu, kamu harus istirahat dulu dan memulihkan dirimu sepenuhnya dari kejadian tadi."Beberapa jam kemudian, setelah Rufus terbangun dari tidurnya, Dr. Jones memberitahunya bahwa ia telah menemukan informasi yang menarik tentang Klan terakhir Pembasmi Vampir."Menurut catatan sejarah, Klan terakhir Pembasmi Vampir ad
"Ya, Bulan Darah adalah momennya para vampir untuk meregenerasi kekuatan mereka. Saat Perang Templar sedang terjadi, sebenarnya saat itulah sebuah perang yang tidak kita ketahui telah terjadi dimulai sebuah pengkhianatan dari salah satu orang kepercayaan Sang Lady." Rufus menjelaskan dengan runtut dan detail. Dr. Jones setuju untuk memulai pencarian di kastil tersebut.Mereka membuat rencana dan mempersiapkan diri dengan baik, termasuk membawa peralatan dan sumber daya yang cukup.Mereka tiba di kastil dan memeriksa kondisinya, menemukan beberapa benda yang dapat membantu dalam pencarian.Mereka menemukan petunjuk yang mengarah ke makam dan mulai mengikuti jejak tersebut.Setelah beberapa saat, mereka berhasil menemukan makam kuno dan menemukan harta karun yang luar biasa.***"Apakah Anda mengetahui di mana Toko Borgins?" "Ada di sana, Tuan."Seorang penduduk menunjukkan lokasi toko barang antik yang ditanyakan Lucius. "Terima kasih." Setelah bertanya ke beberapa orang di sekitar ko
Alena mengernyitkan alisnya”Aaa, aku tahu kau masih menungguku untuk penantian terakhirmu, bukan?” godanya lagi . Lucius tertawa mendengar candaan sahabat kecilnya itu. “Jadi, kau mau pesan buku yang seperti apa, Tuan…Lucius Damien?” “Hahah, aku ingin sekali mencari informasi tentang sesuatu yang sangat berharga. Bisakah aku menemukannya di tempat kau bekerja, Alena?” “Tunggu, kau bilang kau sedang mencari informasi tentang sesuatu?” tanya Alena dengan senyuman manis. Lucius semakin salah tingkah saat Alena bertanya demikian,”Tak kusangka aku bertemu denganmu hari ini. Bagaimana jika hari ini aku mentraktirmu sebuah…kopi? Atau the? Atau makan malam?” Alena terperanjat dengan tawaran Lucius,”Menarik. Sudah lama sejak kepindahanku dari kota ini, aku tidak pernah merasakan kopi seenak kopi Diagon Alley.” Seakan mendapat kesempatan, Lucius merasa mungkin dia bisa mendapatkan titik terang lagi dari perpustakaan, tempat Alena bekerja. Mereka tiva di sebuah kafe kopi yang sangat aesteti
Tiba-tiba, Lucius melihat seorang pria mengenakan jubah hitam yang sedang berjalan di depannya. Pria itu memiliki tampilan yang agak misterius dan Lucius merasa bahwa ia mungkin merupakan orang yang dicari-cari. Lucius memutuskan untuk mengikutinya dari jarak yang cukup jauh agar tidak terlihat mencurigakan. "Hei, berhenti!" teriak Lucius keras. Namun pria Itu tetap berlari kencang tanpa memperhatikan panggilan Lucius."Hei, kau!" Setelah beberapa menit mengikuti pria itu, Lucius tiba-tiba kehilangan jejaknya. Disugarkannya wajah dan rambutnya hingga ke belakang, "Sial! Aku kehilangan jejaknya!" Ia berputar-putar di sekitar Diagon Alley mencari tahu di mana pria itu pergi, tetapi tidak berhasil menemukannya. Lucius akhirnya memutuskan untuk kembali ke mobilnya dan pergi ke rumahnya. pemuda ituSampai di rumah, Lucius terus memikirkan tentang keberadaan pria misterius itu dan apa yang akan dilakukannya dengan artefak kuno yang dicarinya. Ia merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu u
(Aku tak mengira hari itu aku bertemu dengan berbagai keberuntungan yang tidak kuduga.) Lucius tiba di kediamannya dengan wajah yang penuh sumringah. Diletakkannya tas dan jas kerjanya. Dan dibukanya dasi yang selama ini membuatnya merasa sulit bernafas lega. Dia menghempaskan badannya ke sofa dan mengambil ponselnya. Mengetikkan pesan pada sebuah nama yang tadi siang ia temui. [+1 7935xxx:] “Tuan Damien, ada laporan dari pihak museum bahwa ada artefak yang hilang.” Lucius Damien mendapatkan laporan dari pihak museum cagar budaya bahwa telah hilang sebuah artefak lagi di museum itu. Lagi-lagi moodnya kembali kusut saat ia melihat pesan singkat dari sang anak buah tentang artefak yang hilang. Tiba-tiba ponsel Lucius kembali menerima notifikasi pesan. Kali ini dari nama yang ia temui tadi siang. (A..lena Ramphet?) Dibukanya isi pesan itu dan dilihatnya bahwa Alena memang mengirimkan pesan hangat padanya. [Alena:] “Ini aku. Sudah pesankan makanan lewat daring. Rumahmu masih yang
Sebuah portal ingatan Lucius tiba-tiba terbuka dan sesosok wajah wanita cantik muncul sekilas"Lucius Damien..."Lucius merasa mulai memasuki alam lain ketika sebuah suara memanggilnya.Lorong ingatannya berhenti pada satu sosok.(Seorang pria?)Lucius semakin panik karena mimpi itu. Dengan sekuat tenaga dia berusaha membuka kedua matanya dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi."Ugh...hhhh...rupanya ini sebuah mimpi." gumamnya. Disugarkannya wajahnya untuk menghapus rasa kantuk semalam.Alarm dari ponselnya membangunkan Lucius tepat waktu. Diambilnya ponsel itu dan dia melihat ada banyak pesan. [Alena Ramphet:]"Bagaimana tidurmu?"[Anak buah Damien:]"Tuan Damien, ada laporan kehilangan artefak di museum."[Tuan Bell:]"Damien, ke mana saja kau?"Lucius tidak terkejut melihat perangai atasannya yang cenderung selalu menyalahkan kinerjanya."Hhh, dari semua pesan ini hanya nama Alena yang menarik minatku."Saat ia sedang membuat sarapan roti bakar dan segelas kopinya, s