Alexander menoleh ke samping, mengawasi jalanan padat Kota Redchester yang sangat sibuk. Karena ibu kota negara, Megapolitan yang setidaknya ada sepuluh juta orang ini merupakan kota besar dan punya sejarah. Ada banyak cerita di Redchester, dan ada pula misteri yang mesti dikuak.
Saat ini Farrell menjadi satu-satunya orang kepercayaan Alexander. Jika ada sesuatu yang bocor, itu pasti karena kecerobohan Farrell. Maka dari itu Farrell sudah bersumpah dan setia pada Alexander dalam mengemban semua pekerjaan yang diberikan serta melaksanakannya dengan sepenuh hati.Selain amanah, Farrell juga cerdas dan berbagai idenya sangat dibutuhkan oleh Alexander.Pada waktu pertempuran berlangsung, Farrell selalu berada di samping Alexander bersama sejumlah pasukan yang berada di bawah komandonya untuk memberikan penjagaan dan pengamanan kepada sang panglima perang.Sekarang, peran Farrel bisa dikatakan ajudan dan bodyguard sekaligus untuk mengawasi dan menjaga bosnya.Dan bagi Farrell sendiri, mengabdi untuk Sang Jenderal Naga Emas sama seperti mengabdi bagi negara. Dia mau merahasiakan hal besar dan riskan ini hanya untuk patuh terhadap sang jenderal.Sebelum ini, dia sudah dicecar oleh para petinggi militer tentang keberadaan Sang Jenderal Naga Emas, akan tetapi Farrell tetap setia dan tidak akan mengkhanati Alexander.Barusan saja ponselnya terus berdering. Panggilan dari orang pemerintahan dan militer, mereka mempertanyakan keberadaan Sang Jenderal Naga Emas padanya, sebab orang terakhir bersama Sang Jenderal Naga Emas adalah Farrell saja. Hingga sampai kapan pun dia akan tetap patuh dan setia pada Alexander.Alexander menghela napas pendek lalu berujar, “Letda Martin Scott. Kau harus cari tahu info perwira baru itu, Farrell.”“Siap, Jenderal!” sahut Farrell tegas.“Asal kau tahu, dia mau menikahi istriku.”“Apa?” Farrell terbelalak. “Jika Jenderal sekarang memerintahkan padaku untuk memenggal lehernya, sekarang juga aku akan melakukannya, Jenderal!”“Tenang dulu, Farrell. Sabar. Dia Letnan Dua. Tapi jangan meremehkan dia. Dan lagi pula jangan pernah meremehkan siapa pun. Bahkan jika dia prajurit terbawah pun kita jangan pernah meremehkannya.” Begitulah Alexander, jadi wajar kalau dia dibanggakan oleh semua tentara waktu itu, karena sifatnya yang mulia.“Siap Jenderal!”“Sekarang, kau cukup cari info tentang dia saja dahulu. Tugas pertama adalah tentang Martin Scott. Kita selesaikan satu per satu.”***Sementara Farrell bekerja sesuai instruksi, Alexander membeli sebuah rumah baru yang cukup mewah di salah satu sisi Redchester. Dia mendapat Golden Dragon Card dengan isi uang sebesar 10 milyar dollar sebagai penghargaan dari militer. Uang tersebut bisa dia gunakan untuk keperluannya apa saja untuk memenuhi hidupnya.Ketika Alexander sedang sibuk menata isi rumahnya, tiba-tiba saja siang hari itu dia ditelepon oleh ayah mertuanya.“Istri mu sedang sakit. Kalau kau masih mau dianggap sebagai suami bertanggung jawab, cepat ke sini sekarang juga!” Pablo langsung mematikan sambungan telepon dengan acuh tak acuh.Tapi Gabriella tidak mau ada orang yang merawatnya kecuali hanya boleh Alexander saja. Dia bersikeras mesti Alexander saja yang merawat. Titik. Apa pun yang diinginkan oleh Gabriella, sebisa mungkin akan dikabulkan oleh Pablo meskipun terkadang berat mengabulkannya.Segera, Alexander bergegas menuju rumah Pablo dengan menggunakan taxi online. Sekitar tiga puluh menit kemudian dia pun sampai di sana.Betapa terkejutnya Alexander saat menyaksikan keramaian di rumah Pablo. Lebih dari dua puluh orang sudah berkumpul di sana.Pablo merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Sekarang lima saudaranya sudah berada di sana bersama istri dan suami beserta anak-anak mereka.Di mulut pintu, Alexander masih terhenyak dan terpancang. Jika semua anggota keluarga berkumpul, itu artinya ada acara penting dan genting.Dia seakan merasakan sesuatu yang getir bakal terjadi nanti.Benar saja, belum juga masuk ke dalam rumah, dia sudah menerima tatapan sinis dan bengis dari sebagian besar mereka.Kenapa Gabriella bisa sakit?Karena tadi pagi dia mendapat ocehan dan makian dari orang tua, paman, bibi, serta sepupunya. Gabriella dicecar habis-habisan selama berjam-jam lamanya. Intinya, mereka semua menginginkan agar Alexander enyah dari sini lalu Gabriella bisa menikah dengan Letda Martin Scott.Penderitaan nya semakin parah saja.Hati Gabriella remuk. Pikirannya kacau. Sehingga fisiknya lantas melemah. Dia tidak tahan menerima serangan dari semua keluarga dan kerabatnya. Fisiknya masih utuh, tapi jiwanya hancur berkeping-keping. Makanya dia membenamkan diri di dalam kamar berjam-jam lamanya.Brendon Callister, sang putra sulung dan merupakan ketua Keluarga Callister, berdiri lalu berjalan pelan mendekati Alexander. Matanya penuh serangan. Dia berusaha mengingat-ingat wajah Alexander. “Benar kau Alex Luther! Ke mana saja kau selama satu setengah tahun? Dan apa yang sudah kau bawa?”Brendon saat ini menjabat sebagai Walikota Redchester. Kenapa dia bisa terpilih lalu diangkat? Jawabannya tentu saja karena Tuan Somers, mertuanya Pablo. Sudah dua periode dia menjabat sebagai walikota. Jika saja tidak ada keberuntungan, dia bisa lengser dari jabatannya karena kasus penurunan Somers dari Presiden erat hubungannya dengan Brendon. Brendon termasuk orang yang memperjuangkan agar Tuan Somers menjadi Presiden seumur hidup supaya karir politiknya tetap cemerlang, apalagi setelah ini dia berencana mau jadi Gubernur pula. Namun, rencananya tidak akan berjalan mulus karena empat tahun lalu Sang Presiden harus turun dari jabatannya sehingga Brendon pun ketar-ketir apakah dia bisa menang di pemilihan Gubernur nanti.Melihat Alexander yang menyedihkan, Brendon menggeleng malas sambil mendecak remeh. “Kau bawa apa? Makanan pinggiran harga dua dollar?” Lalu Brendon merampas bungkusan yang ada di tangan Alexander dan membuangnya di tempat sampah.Padahal itu adalah brownies seharga tiga puluh dollar.Alexander menghela napas pendek usai mendapat perlakuan tak mengenakkan barusan. Dia berusaha sabar dan tidak terpancing emosi. Diam, bukan berarti takut. Lagi pula dia pun menyadari tentang statusnya sebagai pendatang di Keluarga Callister, status yang biasa-biasa saja, dan tidak ada arti apa pun kalau dibandingkan dengan anggota Keluarga Callister.Tapi, itu dulu, sebelum dia dibuang di Pulau Lambora.Justru Alexander tetap ramah. Dia tersenyum dan berkata, “Pemilihan Gubernur tahun depan akan dilaksanakan. Apa agenda Paman nantinya?”Bukannya merespons baik, Brendon malah merengut bengis. “Peduli setan!” umpatnya kesal. “Kau mau membahas perkara besar bersamaku? Apa kau pikir tulisan-tulisan mu di media bisa memenangkan aku pada pemilihan nanti? Apa kau kira kau bisa memberikan kontribusi padaku walau hanya sedikit? Kau sampah tidak berguna, Alex! Kau tidak usah membahas hal-hal besar seperti pemilihan Gubernur. Kau tidak punya ilmu dan gagasan tentang itu.”Mendengar semuanya, Alexander hanya tersenyum tipis. Dia tidak gentar mendengar semua bentakan dan ejekan barusan, kupingnya sudah terbiasa mendengar suara tembakan dan bom. Omelan kecil dari Brendon hanya membuat kupingnya sedikit geli. Hanya saja Alexander tidak mau jumawa. Kalau saja Brendon tahu siapa Alexander sebenarnya, pastilah Brendon akan menempelkan bibirnya di telapak kaki Alexander bahkan sampai matahari terbenam.Brendon membalik badan dan berjalan dengan sangat angkuh. “Masuklah! Ada hal yang akan kami bahas tentang masa depan mu di Keluarga Callister. Jika kau punya permintaan terakhir sebelum angkat kaki dari sini, katakan saja!”Ruangan keluarga telah di-set sedemikian rupa. Ada satu buah kursi khusus yang diperuntukkan bagi Alexander. Semacam kursi yang akan diduduki oleh terdakwa sebuah kasus di pengadilan. Di depan kursi panas tersebut terdapat enam kursi lainnya. Di sanalah Brendon dan lima orang saudaranya akan menghukum Alexander.Sementara itu, anak-anak mereka yang besar dan kecil sudah dilarikan semua sehingga forum besar kali ini dijamin tidak akan terganggu oleh kebisingan. Mereka memastikan bahwa rapat keluarga penentu nasib Alexander akan berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang diinginkan, tentu saja tujuan mereka adalah menyingkirkan keberadaan Alexander dari Keluarga Callister.Alexander dengan setelan kemeja abu-abu dan celana jeans biasa terduduk. Di hadapannya sudah berdiri enam orang tua yang akan mencecar beragam kalimat untuk memojokkan dia. Lalu, apakah Alexander mampu melewati ujian besar ini?Brendon menyilangkan kedua kakinya sambil melipat kedua tangan di depan dada. Dia menatap w
Anak nomor empat di bawah Pablo itu bernama Shinta Callister. Sebenarnya siang ini sang dokter semestinya bekerja tapi karena ada acara penting dan mendesak, terpaksa dia izin sebentar walaupun tidak lama juga, hanya demi mensukseskan agar Alexander berpisah dari keponakannya yang malang.Shinta memperbagus jas dokter kebanggaanya sebelum berkata, “Tadi aku sudah mengecek kondisi fisik Gabriella. Badannya sangat lemas. Dia merasakan sakit di beberapa titik. Salah satunya di bagian perut dekat ulu hati. Dia juga merasakan nyeri di tengkuk. Aku memastikan dia sedang stres. Kejiwaannya terganggu dikarenakan beban pikiran dan mental. Tidak lain tidak bukan tentu saja karena makan hati sudah menjadi istri dari mu, Alex. Dia sebenarnya terbebani selama tiga setengah tahun ini semenjak menjadi istri mu. Dia makan hati. Tapi tidak mau bercerita. Puncaknya adalah sekarang. Sebagai dokter umum berpengalaman, aku menyarankan agar Gabriella dibawa ke psikiater untuk mendapatkan pengobatan dan jug
Enam orang di hadapan Alexander sepakat kalau Alexander tidak mungkin bisa melakukannya. Jika Dokter Shinta saja tidak bisa, lantas bagaimana dengan pria menyedihkan dari Keluarga Luther itu? Mustahil, sangat mustahil.Pablo menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menyindir geram, “Kau pernah tersiksa selama hampir dua tahun. Badan mu kurus dan penyakitan. Bahkan kau tidak mampu mengurusi diri mu sendiri. Lantas kau mau mengobati orang lain? Alex, sudahlah! Aku tahu kau sedang membela diri agar tidak ditendang dari rumah ini dan pergi untuk selama-lamanya. Kami semua di sini tahu kau pasti mengeluarkan beragam alasan supaya kau tetap bisa bertahan. Tapi, semua yang kau sampaikan akan sia-sia. Mana mungkinlah kami bisa percaya pada omong kosong mu?!”Dengan tenang dan percaya diri Alexander pun menjawab, “Aku sudah belajar banyak dari Tuan James Frick. Aku bisa meracik ramuan dan menguasai teknik akupuntur. Aku juga paham tentang teknik pengobatan modern seperti yang dikuasai oleh Do
Alexander berbicara dengan tegas. “Tuan Mike Ali juga difitnah. Beliau dituduh telah melanggar hukum berat. Katanya, beliau ingin menggulingkan Presiden Somers dengan power-nya yang luar biasa. Kita tidak tahu apakah beliau pro atau kontra dengan pemerintahan Presiden Somers. Kita tidak tahu apakah beliau benci atau suka dengan pemerintahan waktu itu. Tapi tuduhan yang mengatakan bahwa beliau ingin menggulingkan Presiden Somers, jelas hanyalah hoaks.”Pablo selaku menantu Somers langsung merespons cepat. “Kenapa kau malah membawa ayah mertuaku segala? Berita waktu itu santer memberitakan bahwa Mike Ali telah menyiapkan sepuluh ribu orang untuk menyerbu istana dan bahkan sampai ingin membunuh Presiden.”“Berita itu tidak benar,” balas Alexander penuh percaya diri.Dia satu tahun penuh belajar bersama Mike Ali dan tahu betul apa yang sebenarnya terjadi. Mike Ali sejatinya memang kurang suka dengan pemerintahan otoriter di bawah kekuasaan Presiden Somers, tapi bukan berarti dia radikal d
Selain itu, dia sudah mendapat jaminan dari lima gurunya, seandainya nanti dia bisa menyelesaikan semua misi dari lima gurunya, dia akan mendapat banyak keberuntungan yang tidak pernah terbayangkan.Contoh saja, Warren Rockefeller, salah satu guru Alexander, akan memberikan sebagian kekayaannya jika Alexander nanti bisa mengusut kasus penculikan terhadap dirinya. Warren Rockefeller menugaskan pada Alexander untuk mencari para pelaku dan menegakkan kebenaran. Setelah itu, beliau pasti akan memberikan imbalan besar bagi Alexander.Padahal, Alexander ingin menyelesaikan semua misi yang diberikan oleh gurunya adalah untuk membalas budi, bukan mengharapkan hadiah. Nah, Evans Holland juga akan memberikan hadiah seandainya pada Alexander seandainya misi tersebut juga berhasil. Tapi itu terlalu jauh. Evans Holland merupakan artis terkenal sekaligus CEO Sky Vision. Evans sudah memberikan akses kepada Alexander dan sedikit ruang untuk melakukan sesuatu. Karena itulah Alexander berani memberi
Harlow si nomor dua berdecak malas. Dia memandangi wajah Alexander dengan penuh rasa muak. “Apa pun yang sudah kau janjikan barusan tidak akan berguna bagi kami! Tadi kau bilang bisa membantuku menjadi Wakil Rektor? Tidak perlu! Aku tidak perlu pertolongan dari pria lemah seperti mu! Alex, sebentar lagi kau akan pergi dari sini! Kami bisa menerima semua gagasan gila mu, anggap saja itu hiburan terakhir bagi kami semua di sini, anggap saja hiburan perpisahan untuk kita semua.”Brendon si putra sulung menyilangkan kedua tangan di dada seraya berkata angkuh, “Kami terlalu tinggi dan mewah untuk menerima sampah kecil seperti mu, Alex. Sebelum kami semua malu lantaran kehadiran mu, lebih baik kau menyerah, menceraikan istrimu lalu pergi dan jangan pernah kembali. Aku masih berbaik hati pada mu. Bagaimana pun, aku adalah walikota yang harus baik terhadap siapa pun, termasuk pada pria rendahan seperti mu.”Terakhir, Pablo menghela napas panjang sebelum berkata dengan penuh penyesalan. “Aku m
Brendon menyuruh Alexander supaya sedikit menggeser kursinya lalu meletakkan satu kursi lagi di pas di samping Alexander.Tidak lama berselang Martin pun muncul di ruang keluarga lalu menyalami enam kakak beradik satu per satu. Kehadiran Martin menjadi pembeda. Dia disambut baik, bak seorang pahlawan yang baru saja menyelamatkan negaranya.Padahal, dia masih sangat cupu.Namun, kepercayaan diri Martin sangat tinggi seakan-akan dia sudah seribu tahun menjadi pasukan perang dan mendapatkan banyak penghargaan.Semua orang dia salami dan dia sapa, kecuali Alexander.Dia merapikan seragam tentara kebanggaannya di hadapan Alexander seraya meng-glorifikasi dirinya sendiri dengan penuh keangkuhan :“Aku seorang perwira di militer yang dimuliakan banyak orang!” Martin sedikit berjongkok untuk memperlihatkan lambang pangkat Letnan Dua (Strip kuning satu doang) pada Alexander. “Tidak mudah menjadi seorang Letnan. Jika di luar sana banyak wanita yang bemimpi punya kekasih selevel Prajurit kecil
“Kau! Bajingan!” caci Martin menyeringai. “Aku pasti menerima omongan semacam itu kalau kau Jenderal atau setidaknya lebih tinggi pangkatnya dariku. Tapi, kau ... Haduh! Parah! Kau bukan siapa-siapa! Kau bahkan lebih tidak berguna dari pada orang yang menyedihkan di kota ini! Lalu kau beraninya bicara seperti itu padaku?!”“Tentu saja aku berani. Kenapa harus takut?” Alexander tak mau kalah suara. Dia menegakkan bahu dan mengeraskan rahangnya. Tatapannya tegas dan jauh lebih tegas dari pada Martin.“Dan kau berani menyela?” sentak Martin lalu menyilangkan kedua tangan di depan dada. Matanya melotot tajam dan napas menderu-deru. Dia tidak terima suara Alexander lebih lantang dari pada suaranya. Menyaksikan keberanian Alexander, enam kakak beradik di sana lantas terperangah. Mereka kira, Alexander tambah menciut nyalinya setelah berhadapan dengan Martin.Di sana juga ada Winnie. Dia membekap mulutnya sendiri dengan dua telapak tangan karena tidak percaya keponakannya yang begitu dia ba