Violet memilih menggunakan dress selututnya yang berwarna biru langit, kedua sisi rambutnya ia kuncir lalu di cepol, menyisakan beberapa anak rambut di sisi kanan dan kirinya. Tak lupa ia mengikatnya dengan tali pita berwarna senada dengan dressnya. Oh Jordan lihatlah calon masa depanmu yang semanis gulali ini.
Selesai berkutat dengan rambutnya, Violet mulai membuka lemari sepatunya. Walau anak orang mampu, sepatu Violet tidaklah mahal. Sepatu termahalnya saja hanya seharga dua ratus empat puluh ribu, itupun ia tawar menjadi dua ratus ribu saja.
Kalau kata Violet, untuk apa mahal-mahal toh di pakai untuk memijak bumi. Begitu pula dengan tasnya, rata-rata harga tas yang di milikinya seharga empat puluh lima ribu, itupun ia beli ketika ada gratis ongkir atau diskon di toko-toko klontong.
Intinya Violet anak yang irit dan sangat menyukai diskon, baginya yang penting barang tersebut layak di pakai. Violet mengambil sepatu flatshoes berwarna putih dengan
Violet masuk ke kamar Jordan untuk mengganti pakaiannya. Kamar apartemen Jordan tidaklah besar, di sudut ruangan banyak buku pengetahuan dan terdapat beberapa pigura larva dan kelinci. Violet tersenyum melihatnya, Jordan yang terlihat manly ternyata memiliki hobi yang unyu. Segera Violet memakai kaos kebesaran milik Jordan yang berwarna hitam, ketika ingin mengganti celana, ia mendengus pelan."Di kira pinggangku segede kerbau apa?" Violet melempar celana pemberian Jordan begitu saja. Untungnya ia memakai celana pendek di balik dressnya, doakan saja semoga Jordan kuat iman.Seperti yang telah di duga, ketika Violet keluar kamar dengan pakaian barunya, membuat Jordan yang tengah memakan apel tersedak. Jordan menatap ke arah Violet, ternyata banyak bekas luka di kaki putihnya. Astaga kenapa ia baru menyadari hal itu?"Kenapa kamu menatapku begitu? Aku tahu kalo aku itu seksi." Violet mengibaskan rambut panjangnya ke belakang seperti iklan shampoo yang di bintangi
"Kemarin kemana lo, Vi?" Saat ini Violet tengah di kerumunin teman-temannya layaknya semut yang melihat gula. Di bandingkan merasa terintimidasi, tatapan semua temannya lebih ke kepo untuk mencari bahan gosipan tentangnya. "Kepo banget dah!" Violet tak memperdulikan temannya dan memilih sibuk dengan makanannya. Lagian nggak mungkin kan kalau ia bilang semalam berada di apartemen Jordan, mana cuman berdua pula. Yang ada nanti akan tersebar gosip-gosip yang tak benar tentangnya. Apalagi yang ia hadapi teman-temannya sendiri yang memiliki mulut ember dan penguasa kerajaan pergosipan. Ohoho Violet tak mau mengambil resiko buruk itu. Dari kejauhan terlihat seorang gadis dengan rok lipit berwarna putih dan blouse berwarna pink pastel, tak lupa rambutnya yang di kuncir setengah. Berjalan mendekat ke kerumunan semut. Gadis itu memperlihatkan senyumannya yang semanis madu. "Wih siapa tuh cewek?" Tanya Fahri. Raisa yang di sebelahnya sudah menatap Fahri
Pagi ini Violet sudah terburu-buru menuju kampus, ia lupa bahwa akan ada ujian praktik sedangkan dirinya belum menyiapkan apapun. Skuter listriknya pun melesak membelah jalanan. Karena ulahnya, Violet tak luput dari omelan para pejalan kaki, terutama ibu-ibu yang baru pulang dari pasar.Bukan hanya itu, Violet juga sempat hampir menabrak kucing kawin. Beruntung, ia tak di kejar dan di cakar oleh pasangan kucing itu. Di persimpangan, Violet belok ke kiri dan segera sampai di depan gedung kampus. Keadaan kampus masih tergolong sepi. Lagian orang gila mana yang datang ke kampus di jam setengah enam pagi? Ah iya, orang itu adalah Violet. Segera, Violet berjalan menuju rumah kaca."Aneh, kok pintunya nggak di kunci?" Perlahan tapi pasti, Violet membuka pintu dan berjalan masuk.Violet menoleh kesana kemari, mencari bunga-bunga yang menarik. Ketika ia tengah memilih bunga, pintu mendadak tertutup. Membuatnya terpaksa memutar tubuh rampingnya. Namun kepalanya malah men
Universitas MTG atau Maju Tak Gentar adalah universitas ternama dan terelit di kota ini. Universitas bernuansa putih biru ini memberikan nuansa sederhana namun elegan secara bersamaan. Banyak orang berlomba-lomba ingin masuk ke universitas ini, karena masa depan kalian akan benar-benar terjamin. Tentu saja ada jalur beasiswa disini. Tapi kebanyakan anak yang mendapatkan beasiswa lebih memilih kuliah di jam malam, alasannya ya minder ngeliat anak-anak kaya yang sedang kuliah disini.Berbagai mobil bermerk, motor sport, sepeda bermerk terpakir rapi di parkiran dan menyisakan satu tempat khusus untuk skuter listrik milik Violet. Violet yang baru saja sampai, langsung merapikan kunciran rambutnya dan menggigit sandwich yang baru saja di belinya tadi. Setelahnya ia berjalan menaiki beberapa anak tangga."Violet!"Mendengar namanya di panggil, Violet pun berbalik sambil menunjukkan senyuman khasnya. Mendapati sahabatnya, Raisa."Ha
Jika orang biasanya di malam minggu akan menghabiskan waktu bersama pasangan, maka lain halnya dengan Violet, Gilang, dan Danis. Tahulahkan mereka itu jomblo semua. Jadi seperti rutinitas biasa, mereka akan menghambiskan waktu bersama di rumah Violet malam ini. Rumah Violet tidaklah sebesar rumah teman-temannya yang lain, rumahnya lebih ke desain minimalis dengan warna monocrome. Di dalam rumahnya banyak barang-barang antik, koleksi abangnya. Halamannya tidak terlalu luas, setidaknya cukuplah untuk tiga mobil parkir di halamannya. Di depan dan belakang rumah Violet banyak ditumbuhi bunga hias.Violet menatap bosan ke arah tv yang menyiarkan siaran unfaedah, apa di kota ini sudah tidak ada lagi berita yang lebih bagus? Dan kenapa sampai jam menunjukkan pukul delapan malam mereka belum juga sampai. Apa jarak rumah mereka begitu jauh sampai harus telat satu jam? Violet menuju kamarnya di lantai atas, menyusun novel-novel yang baru saja dibelinya tadi siang.Suara lemparan y
"Angkat tangan kalian!!" Teriak Violet tepat ketika ia berhasil masuk ke dalam rumahDua pemuda berpakaian hitam dan vintage mengangkat kedua tangan sesuai perintah. Dan saat itu juga Violet mengerjapkan matanya beberapa kali, lantas wajahnya langsung memerah karena malu."Kamu kenapa sih, dek? Astaga, ini di rumah bukan hutan. Kenapa teriak-teriak kayak kera? Pasti karena pergaulan mu bersama tiga babi itu kan?" Banyak pertanyaan keluar dari mulut Galang, abangnya Violet.Bukannya menjawab, Violet hanya diam dan melihat bunga mawar kuning di tangan saudaranya itu. Bunga itu dari tokonya bukan? Tapi kapan abangnya ini membeli bunga?"Maaf bang, kalau gitu Vio ke kamar." Violet langsung ngibrit ke kamar. Malu guys, apalagi di depan cogan. Hilang sudah image manis yang selama ini Violet perlihatkan.Sedangkan Galang hanya menggelengkan kepalanya, kapan adiknya itu akan bertingkah normal. Sepertinya dia harus di ruqiah biar sembuh.&
Violet sangat semangat pagi ini, bagaimana tidak, ada pria tampan yang menunggunya di depan rumah dengan mobil putihnya. Ah Violet lupa lagi siapa nama pria itu, yang pasti dia teman abangnya. Danis selaku tetangga sebelah kanan rumah Violet pun melihat hal itu."Bisa jadi bahan gosip nih." Danis pun berangkat ke kampus duluan, tentunya dengan semangat karena membawa berita yang panas.Mobil putih yang dinaiki Violet pun berhenti di parkiran kampus, Violet membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil untuk keluar. Begitu pula dengan Jordan. Mereka berdua kaget dengan banyaknya mahasiswa yang berkumpul dekat parkiran, ada juga yang di atas balkon, di dekat pos keamanan, dan juga di hall. Violet merasa tak nyaman dengan keadaan ini, berbanding terbalik dengan Jordan yang biasa saja. Banyak gadis dan pemuda yang pundung. Tapi bentaran doang, soalnya di kampus ini kan masih banyak primadona yang tampan atau cantik nan kaya.Di saat jam istirahat. Setelah
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, lampu kamar yang berada di lantai dua sebuah kamar terlihat masih menyala. Menandakan pemiliknya masih terjaga. Violet dengan piyama putih tengah bersandar di kepala kasur sambil membaca novel horror yang baru di belinya beberapa hari lalu. Tapi anehnya, kali ini Violet tak bisa fokus dengan bacaannya. Beberapa kali ia bangun untuk mengisi air putih, tetap saja ia tak bisa fokus. Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh otaknya? Suara ketukan pintu terdengar, membuat Violet terpaksa menutup novelnya untuk kesekian kalinya. Ia pun beranjak dari kasur dan membukakan pintu. "Gimana sama teman abang tadi?" Tanya Galang. Tanpa izin ia masuk dan duduk di kursi belajar Violet. "Teman abang yang mana? Raja? Atau Fajar?" Tanya Violet. "Bukan." Jawab Galang cepat. Violet semakin bingung dibuat abangnya, teman yang mana coba? Violet hanya tahu teman-teman Galang yang memang membantu usa