Lima Jari Playboy

Lima Jari Playboy

By:  Silvarani  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.3
6 ratings
44Chapters
18.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Setiap kenalan sama cewek, gue mengkategorikannya ke dalam lima jari. Apakah dia si Jempol yang sempurna, si Telunjuk yang mengagumkan, si Jari Tengah yang menggairahkan, si Jari Manis yang menggemaskan, dan si Kelingking yang bersahabat,"Entah sudah berapa teguk alkohol yang bersemayam di perut Cana. Lelaki berusia seperempat abad itu meracau di hadapan sahabatnya, Aubree, seorang penulis novel. Urusan Aubree sendiri menemui Cana lantaran dia ingin menyewa sound system untuk event launching novel besar-besarannya. Kebetulan, salah satu usaha keluarga besar Cana adalah penyewa alat musik dan sound system."Terus? Tipe mana yang bakal jadi istri lo?" Meski jengah dengan topik pembicaraannya, Aubree penasaran juga dengan jawaban Cana."Si Kuku," jawab Cana dengan tatapan mata yang belum fokus."Kuku?" Aubree mendelik."Yaa... Kuku. Kuku kan ada di lima jari. Jadi dia bisa jadi lima-limanya buat gue.""Hoo gitu, Can. Sudah dapat Si Kuku itu, Can?""Udah,""Siapa?"Sampai akhirnya, lelaki itu menunjuk Aubree, "You!"Siapa yang menduga jika apa yang diceritakan Cana kepada Aubree semalam suntuk ini membuat lelaki ini merasa kartu ASnya digenggam oleh Aubree. Dilihat dari kategori yang diciptakan Cana pun, Aubree memang unik.Wajar dan mungkin memang benar...Dia unik.Dia si kuku lima jari.

View More
Lima Jari Playboy Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ayas Larasati
Cana, aku tetap padamu
2022-08-26 17:28:58
0
user avatar
Lunetha Lu
Cana gebetannya banyak sekalii .........
2021-10-10 11:12:10
1
user avatar
Donna HM
kayaknya seru ni... semangat update thor
2021-09-15 19:50:31
1
user avatar
Silvarani
Happy Reading
2021-09-15 18:53:46
3
user avatar
Indra Fatiria
cerita yg bagus, ditunggu lanjutannya ya..
2021-09-13 22:29:58
1
user avatar
Pipi Gemoy
eh ending ini ya jadi Cana nga sama sapa sapa menurut ku yg paling cocok Aubrey
2022-03-01 09:20:39
0
44 Chapters
Prolog
@Apocalypse Bar Kemang Jakarta Selatan 22.30 WIB"Setiap kenalan sama cewek, gue selalu mengkategorikan mereka ke dalam lima jari," dengan pandangan seperempat nanar, Cana meneguk Erdinger. Aubree tak bisa menerka bagaimana kondisi sahabatnya kini. Apakah lelaki itu sudah mabuk, setengah mabuk, atau belum mabuk?Aubree tak begitu tahu tentang Liquor, apalagi dunia malam. Kalau Aubree bukan sahabat Cana yang bersedia mendengar curhatannya, dia pasti juga tak mau dibawa ke tempat seperti ini. Menurutnya, cahaya yang remang-remang bikin mata rusak. Keriuhan yang tak kunjung berhenti bikin telinga budeg. Lebih baik dia duduk membaca buku di perpustakaan atau menulis novel terbarunya di coffee shop
Read more
Bab I Kesadaran Alam Bawah Sadar
Kepala Cana berat sekali pagi hari ini. Dia mencoba bangkit dari tempat tidurnya, tetapi rasanya seperti ada batu yang meniban dahi. Entah sudah berapa gelas minuman keras yang dia habiskan semalaman. Semua dampaknya dia rasakan pagi ini. Memang liquor menjadi tempat pelarian dari penatnya pekerjaan, tetapi di sisi lain, sesungguhnya kesehatan akan bertambah buruk karena terlalu banyak mengkonsumsinya. “Seharusnya, gue bisa berhenti dari pelarian ke alkohol ini,” sambil menatap langit-langit kamar, Cana berbicara sendiri. Pria berusia seperempat abad ini mengusap wajah dan rambutnya sambil menguap. Dia baru menyadari jika kemeja putih berdasi hitamnya masih melekat di raganya. Bahkan, jam tangan kulit cokelatnya masih melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sakit kepalanya terasa kian bertambah. Cowok bertinggi badan seratus tujuh puluh sembilan centimeter ini jadi berpikir siapa gerangan yang mengantarnya ke rumah dan membaringkan dirinya di atas tempat tidur berukuran King-nya. Sel
Read more
Bab II Si Jempol Sempurna
“CANA! Kamu nggak apa-apa? Ini dimakan dulu buburnya,” Begitu aku membuka pintu kamarku, Jasmine sudah berdiri di depanku. Mimik wajahnya tampak was-was. Rambut panjang lurusnya dia biarkan menjuntai indah sampai atas bahu. Kulit putih glowing-nya seperti biasa begitu membuatnya cantik dan sebening bidadari. Belum lagi lesung pipitnya yang membuatnya jauh lebih manis. Jika ingin mencari sosok seorang wanita yang cantik, manis, imut, dan lembut dalam satu raga, jawabannya ada pada Jasmine. Menurutku, orang tuanya tepat menamakannya seperti itu. Dia memang seputih, sesuci, dan seharum melati. Aku juga baru sadar jika Jasmine memang lebih senang mengenakan baju putih atau krem. Misalnya saja seperti saat ini. Tubuh mungil langsingnya dibalut dengan gaun Sabrina putih selutut. Aku sanksi jika dia mengenakan baju seperti ini selama membantu orang tuanya di restoran. Jikalau dia hari ini mengurusi kasir, rasanya terlalu berlebihan jika berpenampilan seperti ini. Ayolah Cana! Jangan pura-pu
Read more
Bab III Si Telunjuk Mengagumkan
Aku menyalakan playlist lagu dari aplikasi ponsel dan kusambungkan ke tape mobil. Sebelum aku menancap gas, aku sempat mendapatkan beberapa notifikasi sosial media dan membukanya. Aku sekilas melihat Jasmine baru saja men-upload video singkat yang menunjukkan dia sedang mendengarkan lagu-lagu penuh cinta. Dia tambahkan caption: ‘Thinking about you’. Lalu, aku refleks memberikan komentar, “Who?” Perasaan cinta Jasmine yang kutangkap begitu meletup-meletup tak kuanggap memberikan refleksi bagi hatiku. Aku justru merasa energi itu begitu mengancamku. Dalam waktu dekat, mungkin aku harus menjaga jarak dengannya. Tarik ulur adalah seni menjaga rasa. Aku kembali mendapati notifikasi. Kali ini dari aplikasi chat. Kunamakan dia ‘Si Telunjuk 1’. Si Telunjuk 1: 15 minutes….. “Ah, damn!” membaca chat-nya yang singkat, aku tahu jika dia alias ‘Si Telunjuk’ itu marah. Dia mengabarkan jika dia sudah berada di ruang meeting selama lima belas menit. Saking lamanya melepas Si Jempol Jasmine, aku sa
Read more
Bab IV Si Jari Tengah Menggoda
“HAHAHAHAHA!” gelak tawa meledak seantereo ruang meeting. Suara Mandy yang menggelegar sempat membuatku menoleh beberapa kali ke arah pintu, takut-takut menarik perhatian para anak buahku atau office boy. Yaaa… kenyatannya, ruang rapat ini memang bagian dari kantorku. Tentu saja tadi Mandy bercanda dengan mengatakannya sebagai kantornya dan aku adalah anak buahnya. Walaupun sebenarnya, aku berani bertaruh bahwa perusahaanku mungkin akan lebih maju jika dipimpin oleh wanita sepintar, setegas, dan secantik Mandy. “Wanita anggun bukanlah wanita yang tertawa begitu terbahak-bahak,” aku mencoba mengkritik caranya bersikap. Mimik wajahku sengaja kuatur datar. Sekali-sekali, aku ingin membuatnya insecure. “Memangnya, aku ingin disebut wanita anggun olehmu?” Mandy mengerlingkan mata. “Kau saja selalu mencariku untuk mendapatkan pertimbangan keuangan dan bisnis,” “Kau sendiri senang, kan, ditanya?” aku menaikkan alisku. “Meningkatkan self esteem,” aku mencoba menggodanya lagi dengan melahap
Read more
Bab V Keloyalan Si Jari Manis
‘Kak, PPnya ganteng banget, deh! Hehehe,’ ‘Aku tadi dengerin podcast kakak loooh! Kereeeen!’ ‘Sebenarnya kak, pemerintah sudah mendukung seni dan budaya tanah air, tetapi terkadang inkonsistensi dari beberapa pihak yang bikin semangat seniman tanah air juga naik turun. Aku ngerasain banget waktu buka usaha tas anyaman bambu itu, Kak,’ ‘Tirandra likes your photo’ ‘Tirandra likes your photo’ ‘Tirandra reply your story’ ‘Tirandra commend your post’ ‘Tirandra likes your commend’ Baru saja aku membuka mata dari bangun tidur dan mengecek ponsel, beberapa notifikasi social media-ku masuk. Nama yang keluar begitu beragam. Namun, ada satu yang menarik perhatianku. Sebut saja dia, ‘Si Jari Manis Loyal’. Tirandra Dewy Leisnaldy…. Tiba-tiba, lamunanku beranjak ke peristiwa tujuh tahun silam. “Eh, name tag kamu jatuh, tuh!” percakapan pertama kami berlangsung pertama kali sekitar tujuh tahun lalu. Ketika itu, aku sedang menontoni para mahasiswa baru di fakultasku. Mereka sedang berlari-l
Read more
Bab VI: Si Kelingking Sobat Sejati
“Donburi Teriyaki is comiiiin’,” kutaruh nampan makananku dan Tira di atas meja. Tira yang sedang menggerak-gerakan dua ibu jarinya di keyboard ponsel jadi langsung menyembunyikan gadget-nya itu di bawah meja. Kelihatannya, dia jadi salah tingkah terhadapaku. Aku sempat lihat tadi dari kejauhan bahwa dia sedang senyum-senyum sendirian di depan layar ponsel. Aku masih curiga jika dia sedang membicarakan topik yang sama dengan orang yang tadi dia telepon.“Ma….kasih banyak, Kak Cana,” kedua mata Tira memandangku dengan berbinar-binar, “Ini…., bener-bener ditraktir, Kak?”Aku menunjukkan ekspresi wajah seseorang yang sedang marah. Tentu saja pura-pura. “Enggak!” aku mengangkat daguku, “Kamu harus bayar dua kali lipat ke aku!” aku berkacak pinggang, bercanda jika dia yang berb
Read more
Bab VII : Si 'Kuku' Alien
“Apa? Lo udah putus sama si cowok Korea itu?” mataku membelalak ketika mendengar curahan hati Gwen beberapa detik lalu. Aku tak mengira jika hubungan yang kelihatannya dijalin dengan begitu serius dan akan berakhir di gerbang pernikahan itu kandas di tengah jalan.Gwen menganggukan kepala, “Kita berdua ngerasa hubungannya udah nggak enak dijalanin sekitar seminggu lalu, tapi bener-bener putusnya itu semalam,”“Terus? Lo….nggak nangis?”Mendengar pertanyaanku, Gwen langsung menjentikkan jari, “Sama aja lo sama si Oppa mantan gue itu. Dia juga heran kenapa gue nggak nangis di zoom,”“Di mana?”“Di zoom,”“Zoom…?” aku mengernyitkan dahi.“Iya, Zoom. Aplikasi zoom, yang suka dipakek webinar orang-orang itu,” jelas Gwen.“Lah?! Lo diputusin via zoom? Via online? Via webinar?” aku menegakkan badanku. “Kok? M
Read more
Bab VIII : Ruang Hati yang Kosong
Penulis yang konon tak terlalu suka dengan gelora cinta Aphrodite itu duduk dengan santai di hadapanku. Pandangan matanya yang biasanya menyorot tajam ke arahku, kini agak sayu dan mengandung harap. Aku jadi ingin tahu alasan Aubree kembali ingin memakai sound system­-ku itu apa. Lalu, mengapa dia juga tampak putus asa begitu? “Can, gue nggak terlalu suka sama sound system mereka. Kualitasnya bagusan produk lo,” belum saja aku bertanya alasannya kembali ingin menggunakan produk perusahaanku, Aubree sudah melontarkannya sendiri, “Jadi, gue datang ke sini untuk meyakinkan lo,” lanjutnya. Aku suka dengan penampilan Aubree hari ini. Dia mengenakan topi pet berwarna cokelat kemerahan alias cokelat marun. Lalu, rambut lurus kecokelatannya menggantung rapi di atas pundak. Kemeja putih gombrong yang dimasukkan ke celana jins biru menunjukkan kesan androgyne atau sedikit maskulin. Gesper kulitnya sama-sama berwarna cokelat kemerahan
Read more
Bab IX: Ancaman Rindu Si Jempol
Lesung pipi Aubree tampak jelas di refleksi kaca spion tengah mobil. Selama mengunjungi Cana di kantor, dia memakirkan mobilnya di gedung parkir yang agak gelap. Tak jarang untuk meminimalisir kegelapan, dia menyalakan lampu dalam mobil.Di bawah sorot cahaya lampu mobil yang berwarna kekuningan, Aubree menggerak-gerakan bibirnya, melebarkan senyum yang kelewat lebar. Dia biasa melakukan hal ini jika sedang dalam kondisi tak terlalu baik-baik saja. Wajahnya yang good looking sebenarnya tak bisa dikatakan selalu cantik, tetapi karena dirinya selalu merawat kecantikan kulit dan berolahraga, dia yang kini sudah berusia seperempat abad masih cocok saja mengenakan seragam putih abu-abu. Menurut Cana, wajah Aubree juga tak berubah sejak SMA.“Cana jadi agak sebel nggak, ya, gue plin-plan begini?” Aubree memukul-mukul setir mobil dengan jemari. Kedua matanya masih melirik kaca spion tengah. Dia cukup mengagumi warna lensa kontaknya yang unik. Jika diperhatikan dengan seksama, lensa kontak ber
Read more
DMCA.com Protection Status