Indonesia.
4 bulan berlalu.
Hari ini, Kanaya memulai paginya dengan sangat bahagia. Senyum lebar tidak pernah meninggalkan wajah cantik nya itu.
Saat ini, Kanaya sedang berada di meja makan sendirian, sepertinya Alvin belum selesai berpakaian sehingga pria itu belum menunjukkan batang hidung nya hingga saat ini. Bukanlah hal yang mengejutkan jika Kanaya menghabiskan sarapan nya tanpa ditemani oleh Alvin, dia sudah sangat sering melakukan hal itu. Tak hanya sarapan, bahkan sampai makan malam pun, dia sangat jarang melakukan nya bersama dengan Alvin. Entah lah akhir akhir ini, Alvin sedikit berubah.
Di awal pernikahan nya, Kanaya selalu merasa dirinya gagal sebagai seorang istri karena dirinya tak pernah melakukan hal - hal kecil kepada Kanaya seperti yang biasanya dilakukan seorang istri kepada suaminya. Kanaya tidak pernah mengikat dasi Alvin, Kanaya tidak pernah menceritakan masa kecil nya kepada AL
"Nona, kau sudah bisa membuka matamu" ucap salah satu perias yang sedari tadi sibuk merias wajah Kanaya.Mendengar ucapan perias tersebut, Kanaya lantas langsung membuka matanya secara perlahan. Senyum puas langsung tercetak indah di bibirnya saat melihat hasil karya perias tersebut."Apakah kau puas?" tanya perias tersebut sambil tersenyum senang."Tentu saja," jawab Kanaya dengan mantap.Kanaya mengagumi pantulan dirinya yang sedang berada di cermin. Wanita itu terlihat sangat cantik dan angkuh disaat yang bersamaan. Perpaduan antara lipstick matte berwarna merah serta cat eyes membuat Kanaya semakin berbeda.Kanaya yang berada di hadapannya ini sangat berbeda dengan Kanaya 4 bulan yang lalu. Nampaknya, cinta benar benar mengubah seorang Kanaya."Siap untuk mengenakan gaun mu?" bisik perias tersebut.Mendengar bisika
"Aku akan menyapa kolega bisnisku dulu, kau jangan jauh – jauh dariku" ucap Alvin sambil tersenyum dan menarik rangkulannya dari pinggang Kanaya.kanaya hanya menggangguk.Cup.Alvin mencium pipi Kanaya dengan waktu yang lebih lama dari biasanya. Oh my, Alvin sangat totalitas sekali hari ini."Aku pergi dulu. Jika kau melihat aku dalam keadaan urgent, jangan ragu – ragu untuk datang," bisik Alvin."Kau berkata seperti itu seolah – olah aku sering lupa akan kewajiban ku " ucap Kanaya dengan wajah kesalnya."Aku hanya mengingatkanmu, tidak ada yang salah dengan itu" ucap Alvin sambil mengernyitkan dahinya bingung."Sudahlah, pergilah. Aku ingin berkeliling," usir Kanaya dengan nada yang dingin.Aneh.Alvin memicingkan matanya saat mendengar ucapan Kanaya itu. Saat ber
Kanaya menatap Alvin yang sedang berjalan menjauhi seorang wanita yang sedari tadi berbicara kepadanya. Dilihat dari ekspresinya, Alvin terlihat kesal. Apakah wanita itu telah mengusiknya? Apakah Kanaya harus menampar pipi wanita itu?Saat Kanaya menatap wanita yang telah ditinggalkan oleh Alvin, senyum puasnya langsung terbit. Kanaya mendapati raut wajah kecewa dan raut wajah hendak menangis yang ditampilkan di wajah imut wanita itu. Ck! Wanita imut yang malang.Baru kali ini Kanaya mendapati seorang wanita yang langsung menyerah hanya dengan kalimat - kalimat tajam nan dingin milik Alvin. Biasanya, wanita - wanita itu sangat bebal dengan kalimat - kalimat tajam itu dan akan tetap mengekori Alvin sampai Kanaya bertindak, barulah para wanita itu akan meninggalkan Alvin.Ah... andaikan semua wanita itu memiliki ketahanan hati yang lemah seperti wanita imut itu, sepertinya Kanaya tidak akan pernah membiarkan
Kanaya mulai menatap area sekelilingnya dengan bosan. Kakinya sudah sangat lelah untuk berdiri, wajahnya sudah terlalu sakit untuk selalu tersenyum dan bibirnya sudah terasa lelah untuk mengucapkan kalimat perkenalan diri."Kanaya, apa kau sudah lelah, my queen?" tanya Alvin di depan beberapa kolega bisnisnya tanpa maluPertanyaan Alvin itu hanya dibalas dengan sebuah senyum terpaksa dari Kanaya.You, son of a bitch, ALvin!Seharusnya tanpa bertanya, kau sudah tau jawabannya!"Oh my my, tuan Alvin tidak baik lho membiarkan istrimu kelelahan seperti itu, lihatlah wajah kusutnya" canda salah satu istri dari kolega bisnis Alvin."Saya tidak sebegitu lelahnya, nyonya. Terimakasih atas perhatian nyonya" ucap Kanaya dengan sopan sambil tersenyum."Ah iya, apa nyonya Kanaya sudah isi?" tanya wanita itu dengan bersemangat.&n
Kanaya melangkahkan kakinya dari kolam dengan pandangan yang kosong. Tangan nya meraih sehelai handuk yang telah tersedia di sebuah gantungan yang terdapat di luar kolam itu. Dengan gerakan pelan, Kanaya menggosok-gosok rambut nya yang sejak tadi tak henti-hentinya meneteskan air.Kanaya tersenyum miris dan merutuki betapa bodoh dirinya tadi. Jika saja Kanaya tidak mengucapakan nama terlarang itu, pasti Kanaya dan Alvin kini sudah melalui malam pertama mereka. Kanaya tidak terlalu peduli jika Alvin akan melakukan malam pertama mereka tanpa cinta. Kanaya hanya menginginkan Alvin melakukan itu dan Kanaya berharap jika seorang bayi akan tumbuh dalam dirinya.Memikirkan hal itu, Kanaya menggigit bibir nya dan menyentuh perutnya yang tidak terhalang oleh sehelai kain pun. Jika Kanaya memiliki bayi, setidaknya Kanaya sudah memiliki tujuan hidup. Apalagi, menurut perkataan istri-istri kolega bisnis Alvin, bayi adalah sosok yang dapat menghilangkan
Kanaya melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke salah satu tempat salon yang telah menjadi tempat langganannya selama 1 tahun belakangan ini. Hari ini adalah kunjungan wajib yang dilakukan Kanaya. Biasanya, Kanaya akan menghabiskan waktunya 2x dalam seminggu untuk melakukan perawatan wajah, rambut serta tubuh nya di salon itu.Tempat salon favorit Kanaya ini bernama Salón de Belleza Alamo. Salon ini terletak di Barcelona. Jika diingat-ingat, jarak dari rumah Kanaya, ke tempat salon itu berada, Barcelona, bukanlah jarak yang dekat. Untuk sampai ke salonnya tersebut, Kanaya harus menaiki helicopter milik Alvin agar Kanaya bisa menghindari kemacetan. Namun, jika buru-buru, Kanaya terkadang akan menaiki jet milik Alvin."Welcome Mrs Kanaya," ucap salah satu pekerja salon yang sedang membukakan pintu salon untuk Kanaya.Kanaya hanya membalas ucapan pekerja salon itu dengan sebuah anggukan dan senyuman. Mungkin, karena Ka
sshhh..."Kanaya mendesis saat tangan Alan menekan bongkahan es batu ke atas permukaan tangan Kanaya. Kini, Kanaya merutuki dirinya yang sudah menggunakan tenaga penuh untuk menampar wanita yang ditemuinya di salon tadi.Kanaya menatap Alan yang tengah menekan bongkahan es batu itu dengan hati-hati. Kanaya tau, di dalam hati Alan, pasti pria itu sudah merutuki tindakan bodoh Kanaya."Katakanlah, Al," ucap Kanaya sambil menatap Alan dengan tatapan yang dalam.Mendengar ucapan ambigu Kanaya, Alan langsung mendongakkan kepalanya dan menatap bingung nona nya itu."Mengatakan apa, nona?" tanya Alan dengan sebuah kernyitan bingung di dahi mulus nya."Bukankah kau sedang merutuki ku di dalam hatimu?" tebak Kanaya sambil tersenyum kecil.Mendengar tebakan Kanaya yang 100 persen benar itu, pipi Alan langsung bersemu dan dia langsung menundukkan wa
"Aku tidak akan melakukan hal itu. Sampai matipun, aku tidak akan melakukan hal itu! I will never apologize for a mistake that I never made!" kekeuh Kanaya."You!!!"Alvin sudah bersiap-siap untuk mengangkat tangannya dan melayangkan tangan besarnya itu kea rah pipi Kanaya. Namun Alvin langsung menahan tangannya saat tak melihat sedikitpun raut gentar terlukis di wajah istrinya itu."Sialan!" ucap Alvin sambil menarik tangannya dengan kasarDengan gerakan tergesa-gesa, Alvin meraih ponsel dari dalam sakunya."Karena kau tidak mau meminta maaf, aku akan membuatmu tidak bisa tidur nyenyak malam ini," ucap Alvin.Kanaya hanya diam dan menanti-nanti hal apa yang akan dilakukan oleh Alvin sehingga dapat membuat dirinya tidak bisa tidur nyenyak malam ini."Good night, Jandro! Bisakah kau mengirim wanita terbaik di club mu ke rumah